Anda di halaman 1dari 30

THORACOTOMY

Adalah insisi yang dilakukan pada dinding chest


dengan kondisi paru atau cardiac, bronchus, dan
oesophagus. Intervensi thoracotomy akan
mempunyai resiko tinggi terjadinya komplikasi
restrictive pulmonary. Komplikasi paru post
thoracotomy beresiko terjadi postural deviation
dan resiko lain telah diketahui sejak lama
utamanya hari pertama post operasi . Program
FT Chest dapat mengurangi resiko komplikasi
post thoracotomy dan memperbaiki fungsional
normal paru.
Pasien dengan operasi abdominal juga mempunyai resiko
komplikasi paru post Op.utamanya pada upper
Abdominal surgery yang lebih sering daripada operasi
thorax. Hal ini disebabkan terjadinya hypoventilasi (VC
menurun 55 % pada 24 – 48 jam post Op. = Carolyn
kisner, 1996 ) dan batuk tidak efektif yang bisa
memudahkan terjadi pneumonia dan atelektasis sehingga
perlu program fisioterapi chest.
A. PULMONARY SURGERY
Penyebab Operasi
a. Malignant atau Benign tumor
b. Abses Paru
c. Bronchiectasis
d. TB
e. Abnormalities of the Pleura
 Type Operasi
a. Lobectomy mengangkat 1 atau 2 lobus
paru biasa akibat carcinoma
b. Pneumonectomy mengangkat satu paru
c. Segmental Resection  mengangkat satu
segment pada satu lobus , biasa akibat
tumor jinak atau kerusakan jaringan
akibat sekunder TBC atau Bronchiectasis
d. Pleurectomy  insisi pada Pleura
e.Thoracoplasty
B. CARDIAC SURGERY /OPEN HEART SURGERY

 Penyebab Operasi
a. Coronary artery disease
b. Cardiac valve insufficiency and stenosis
c. Aneurysm
d. Congenital abnormalities of the Heart (ASD,
VSD,Patent Ductus Arteriosus= PDA)
e. Arrhythmias requiring a cardiac pacemake
 Type Operasi
a. Open Hear Prosedur  sejak tahun 1950,
dengan extracorporeal Perfusion ( Total
cardiopulmonary bypass dengan alat pompa
jantung bypass ke jantung dan paru) yang
terdiri dari :
1). Aortocoronary bypass surgery  50 % prosedur
semua membuka jantung
2). Replacement Of The Mitral, Aorta, Tricuspid
valves of the Heart
3). Repair of Atrial and VSD and PDA
4). Commissurotomy splitting or Cutting of the
commissures of a valve secondary to valvular
stenosis
5). ANEURYSMECTOMY 
6). PACEMAKER IMPLANTATION

b. Heart Tranplantation Surgery


C. BENTUK UMUM INSISI OPERASI
1. Posterolateral insisi
Insisi mulai dari vertebral border dari scapula di gari costa 5, 6, 7, atau 8
ke arah sudut anterior atau costal margin  otot-otot yang terpotong
adalah ; m.trapezius, m. latissimus dorsi, rhomboid, 100 anterior,
intrcostalis dan erector spine. Kadang costa diangkat atau ditarik untuk
memperluas area thorax yang di buka dan teknik insisi ini sering untuk
operasi paru

2. Antero-lateral
Insisi mulai dari depan midline ke lateral mengikuti di garis costa di bawah
mammae sampai batas belakang axillary line. Otot-otot yang terpotong ;
Pectoralis mayor dan minor, serratus anterior, intercostalis interna dan
external. Insisi ini digunakan untuk Mitral Valvotomy dan Pleurectomy
3. Transverse (Submammary) insisi
Insisi menyilang sternum dari kiri ke kanan di space
intercostals ke 4 di bawah mammae. Otot-otot yang dipotong
; Pectoralis mayor, intercostalis interna dan externa. Sternum
dibagi secara transversal tetapi teknik ini jarang digunakan.
4. Vertical (Median Sternotomy) insisi
Insisi mulai sternal notch ke bawah mengikuti midsternal
tanpa memotong otot kecuali aponeuroses Pectoralis major .
teknik ini sering digunakan pada operasi Jantung (Open Heart
Surgery)
5. Thoraco-Laparatomy insisi
Insisi di Sternum sejajar costa 7 atau 8 sampai area abdomen.
di gunakan pada operasi Oesophagus
D. FAKTOR PENYEBAB RESIKO KOMPLIKASI DAN RLD
POST THORACOTOMY adalah :
Pasien post thoracotomy akan mengalami ; chest pain  yang
menyebabkan gangguan mobilisasi dinding chest, gangguan
ekspansi paru dan batuk tidak efektif dan sekresi paru juga
cenderung meningkat (akumulasi sekresi paru) mengakibatkan
sekunder Pneumonia dan Atelektasis
FAKTOR PENYEBAB KOMPLIKASI ADALAH :
1. General Anesthesia
a. Menurunkan gerakan normal cilia cabang tracheobronchial
b. Menekan pusat respirasi di sentral nervus sistim menyebabkan
pola respirasi dangkal (TV menurun)
2. Intubation  insertion endotracheal or nasogastric tube)
a. Menyebabkan spasma dan immobilisasi chest
b. Iritasi mukosa lining tracheobronchial  sehingga produksi
mukosa meningkat
c. Gerakan normal cilia menurun dalam cabang paru  sehingga
sekresi terakumulasi I paru-paru meningkat
3. Incisional Pain
a. Menyebabkan nafas dangkal , Ekspansi paru terhambat, Mobilisasi
Sekresi berkurang
b. Tidak mampu Batuk kuat/dalam dan tidak efektif  batuk dangkal
menyebabkan tidak efektif memobilisasi sekresi
4. Obat-Obat Nyeri/Sakit  disamping mengurangi nyeri insisi obat nyeri
juga akan :
a. Menekan pusat respirasi di SSP
b. Menurunkan gerakan normal cilia di cabang bronchial
5. Bed Rest Total post Operasi  menyebabkan sekresi berkumpul utamanya
di segmen basal posterior lower lobus
6. Keadaan Umum yang lemah dan lelah akan menurunkan efektivitas batuk
7. Faktor resiko lain yang tidak berkaitan langsung adalah :
a. Umur  diatas 50 tahun
b. Riwayat perokok , COPD, RLD dan gangguan neuromuscular
c. Obesitas , gangguan mental dan orientasi
Catatan : Pada operasi abdomen juga mempunyai resiko tinggi terjadi
komplikasi paru oleh karena nyeri akan lebih hebat pada operasi Upper
Abdominal daripada Thoracotomy  yang dapat menyebabkan
Hypoventilasi, batuk tidak efektif dan resiko tinggi terjadi komplikasi paru
post Operasi .
E. KOMPLIKASI UMUM POST THORACOTOMY
1. RESPIRASI
a. Infeksi jaringan paru
b. Konsolidasi / kollaps jaringan paru
c. Peumothorax
d. Haemothorax (utamanya post Op cardiac)
e. Broncho – Pleural Fistula ;  (khusus Pulmonary
Surgery) , terjadi bila Stump bronchus rusak akibat
Cairan dari Paru sehat masuk ke bronchus stump dan
sering terjadi pada Pneumonectomy dari pada
Lobectomy dan Segmenttectomy dan biasa pada hari ke
8 -10 post Operasi.
Gejala klinik : tachycardia , panas, batuk produktif disertai
cairan/sputu campur dara
- Terapi : antibiotic dan Drainage tube dimasukkan ke
cavum thorax
- FT  Posisi pada samping operasi untuk mencegah cairan
masuk ke jaringan paru sehat (Pneumonectomy) dan
memelihara samping yang sehat.
2. CARDIOPULMONAL DAN VASCULAR
a. PULMONARY SURGERY
1) Deep vein thrombosis
2) Cardiac arrhythmia
3) Tamponade
4) Haemorrhage

Tamponade  kumpulan / gumpalan darah di


cavum pericardium sehingga menekan jantung,
akibatnya kapasitas darah saat diastole
berkurang yang akhirnya menyebabkan Cardiac
arrest
5) Emboli yang berasal dari katup yang lepas
dapat menyebabakan penyumbatan pada
cerebral vessel dan menyebabkan STROKE
b. CARDIAC SURGERY
1) Deep vein Thrombosis  bisa menyebabkan emboli
paru 2) Cardiac arrest
3) Cardiac arrhytmhias
3. WOUND (CARDIAC or PULMONARY)
a. Infeksi
b. Lambat atau tidak sembuh
c. Perlengketan (adherent Scar)
4. JOINT STIFFNES (CARDIAC or PULMONARY)
a. Shoulder and Shoulder Girdle
b. Thoracic Spine
c. Costo-vertebral Joint
Shoulder /shoulder kompleks khususnya bagian
belakang dapat stiff joint unilateral post lateral
thoracotomy insisi, dan Bilateral stiff joint post
Sternotomy
5. MUSCLE WEAKNESS
a. Latissimus dorsi
b. Serratus anterior
c. Otot lainnya yang terkena insisi akan lema
d. Otot tungkai dan otot abdomen lemah akibat Bed
Rest lama atau unexercised
6. POSTURAL DEFORMITY
a.Cenderung menghindari terulurnya jarringan
perlengketan sehingga Scoliosis kearah Scar
(concave) dan Condong ke fleksi
b. Protraksi shoulder post Median sternotomy
c. Scoliosis concave kearah samping operasi post
lateral thoracotomy
d. Scoliosis concave kearah insisi post Lateral
Thoracotomy
PEMERIKSAAN KASUS THORACOTOMY
A. Pre operasi
Setiap sebelum operasi thorax harus dilakukan pemeriksaan secara
intensif yang antara lain : X- Ray, test fungsi respirasi, Gigi, kultur
sputum, pemeriksaan darah dan EKG  dan khusus kasus Respirasi
kadang dilakukan  Bronchoscopy, Bronchography, Cardiac
catheterization, angiocardiography dan angiography
PEMERIKSAAN UMUM YANG SERING DILAKUKAN SEBELUM
OPERASI ADALAH :
1. SHAPE OF CHEST
a. Congenital  Scoliosis, kyphosis, pectus carinatum (Pigeon
Chest) , Pectus Excavatum
b. DEFORMITAS DIDAPAT :  Barrel Chest , Scoliosis,
Kyphosis (idopathic or secondary). Trauma or Operasi
2. MOVEMENT OF RESPIRATION
a. Thoracic Upper dan Lower Costal (Unilateral or Bilateral)
b. Diaphragmatic
3. TANDA GANGGUAN KARDIOPULMONAL
Yang antara lain : Syanosis, Clubbing finger or toes , Oedema
ankle , Peningkatan Tekanan Vena Jugularis (jika ada catat
apakah meningkat saat inspirasi, Dyspnoe dan Orthopnea.
4. SPUTUM : catat 
a. Type  mucoid, mucopurulent or bloody
b. Kuantitas
c. Viscosity
5. JOINT MOVEMENT ROM Shoulder Girdle, Shoulder,
Neck, dan Thoracic Spine
6. EXERCISE TOLERANCE  Jarak dan kecepatan pasien
yang mampu ditempuh diukur  Jaraknya, ketinggian dan
anak tangga
7. PEMERIKSAAN KHUSUS  Semua data yang berkaitan
harus diperiksa termasuk X – Ray untuk membandingkannya
post Operasi , Fungsi Respirasi (VC, FEV1  khusus
resection paru) dan hasil pemeriksaan
bronchoscopy,bronchogram, cardiac catheterization
danangioghrapic harus diketahui atau diperiksa
8. CEREBRAL FUNCTION  memeriksa kemungkinan ada
gangguan yang berkaitan dengan jantung atau cerebrovascular
accidents (CVA) misalnya :
a. Atherosclerosis  adalah penyebab umu penyakit /
gangguan Angina Pectoris , CVA dan Intermitten
Claudication
b. Emboli  sering terjadi pada penyakit katup jantung yang
dapat menyebabkan CVA
c. Kemungkinan terjadinya Intracranial Berry Aneurysm
akibat penyakit Coartication of the aorta
B. PRINSIP UMUM FISIOTERAPI PRE OPERASI
1. Menjelaskan dan mengajarkan prosedur post operasi  BE ,
arm dan leg exercise serta general exercise dan Postural
awarnes
2. Mengajarkan BE yang berkaitan dengan Diaphragma ,Thorax
dan gerakan udara
3. Mobilisasi dinding thorax  General Rib movemen
(unilateral dan bilateral rib movement dan Trunk dan Shoulder
exercise
4. Untuk menambah pegembangan Diaphragma dan mengontrol
dan melokalisir Diaphragma BE
5. Untuk Membersihkan Sekresi dengan :  Batuk, PD, dengan
atau tanpa Perkussi dan Shaking, Inhalasi therapy, Intermitten
Positive Pressure Breathing (IPPB)
C. INTERVENSI FISIOTERAPI PRE OP THORACOTOMY
1. Rileksasi
Pasien dalam posisi lying atau half lying dan diinstruksikan
untuk menekan shoulder ke tempat tidur kemudian kembali ke
posisi semula untuk mendapatkan rileksasi otot-otot shoulder
girdle; atau dinstruksikan untuk stretch jari-jari, tangan
menekan ke tempat tidur, kemudian kembali ke posisi semula.
2. Breathing Exercise
a. Diapragma breathing
Posisi pasien : supine lying
Posisi ftis : ftis berada disamping pasien kemudian
meletakkan salah satu tangannya dibawah
sternum dengan jari-jari tangan terbuka.
Instruksi : minta pasien untuk menarik napas lewat
hidung dan menghembuskan lewat mulut. Pada
akhir ekspirasi lakukan penekanan dengan
tujuan untuk membantu ekspirasi pasien.
Dilakukan 3 – 4 kali pengulangan
b. Lateral costal breathing
Posisi : supine lying
Posisi ftis : disamping pasien dengan kedua tangan ftis diletakkan
pada sisi lateral kiri dan kanan costa pasien dan
usahakan kedua ibu jari ftis bertemu di proc.
xypoideus lalu instruksikan pasien untuk menarik
napas lewat hidung dan menghembuskan lewat
mulut.
c. Mobilisasi dinding thorax (BE)
d. Arm dan leg aktif exercise
1 Jari-jari kaki dan pergelangan kaki ditekuk dan stretching, 5 kali
pengulangan.
2. Salah satu kaki berputar ke arah luar dan dalam, 5 kali
pengulangan.
3. Ulangi dengan kaki lainnya, 5 kali pengulangan.
4. Jari-jari tangan dilipat dan stretching, 5 kali pengulangan.
5. Pergelangan tangan ditekuk dan stretching, 5 kali pengulangan.
e. Anterior basal expansion (pengembangan bagian anterior basal)
dengan posisi yang normal
Posisi pasien : supine lying
Posisi ftis : berada disamping pasien dengan kedua tangan diletakkan
didada pasien dan kepala pasien menoleh kesisi kontralateral ftis
kemudian instruksikan pasien tarik napas dalam dan ftis merasakan
pergerakan dinding chest lalu hembuskan napas secara perlahan.
f. Gerakan pasif (posisi lying atau half lying)
a.Salah satu hip dan knee ditekuk dan stretching, 1 kali pengulangan
b.Salah satu tungkai diputar ke dalam dan ke luar, 1 kali
pengulangan.
c. Salah satu tungkai dibuka ke arah samping kemudian kembali ke
posisi semula, 1 kali pengulangan kemudian ulangi pada tungkai
lainnya.
d. Salah satu elbow di bengokkan dan stretching, 1 kali pengulangan.
e. Salah satu lengan membuka ke arah samping kemudian kembali
ke posisi semula, 1 kali pengulangan kemudian ulangi pada
lengan lainnya.
g. Posterior basal expansion
Posisi pasien : duduk
Posisi ftis : berdiri dibelakang pasien dan kedua tangan ftis
diletakkan dipunggung atas dan kedua ibu jari bertemu di proc.
Spinosus yang sejajar dengan proc. Xypoideus lalu
instruksikan pasien tarik napas yang dalam lewat hidung dan
hembuskan lewat mulut secara perlahan-lahan.
TUJUAN FISIOTERAPI POST OPERASI

1. Membersihkan sisa sekresi paru


2.Memelihara Full Expansion jaringan paru-paru yang
tersisa
3. Mencegah komplikasi Sirkulasi
4. Mencegah komplikasi Luka
5. Mengembalikan gerakan extremitas dan Spinal
6. Memelihara/memperbaiki postur
7. Memperbaiki Toleransi Exercise
INTERVENSI FISIOTERAPI PADA POST OP THORACOTOMY
Hari Operasi :
 Pagi operasi sore boleh FT (segera setelah operasi boleh FT)

 Posisi pasien Half lyingdengan bantal di belakang neck ,


belakang dan kedua lengan diganjal dengan bantal
 Expansion BE semua area paru-paru

 Foot and ankle exercise

Hari I post Operasi :


 Half Lying  Segmental Expansion exercise

 Shaking atau Vibrasi jika perlu

 Huffing dan Expectoration dengan mensupport luka dengan


batuan tangan FT dan selanjutnya pasien harus melakukan
sendiri (sore)
 Foot and ankle exercise
 Koreksi postur utamanya mencegah Scoliosis akibat
pemendekan ke samping insisi
 Latihan yang singkat tapi adalah yang terbaik

 Pada sore hari pasien dapat didudukkan di pinggir


bed  agar Diaphragma meng mbang dengan baik
 Pada session ke dua lengan harus digerakkan  Full
elevasi, Hand behind Head, Hand behind Back, dan
Hand touch opposite shoulder
 Pasang Tali di Ujung Bed (Rope Ladder) yang dapat
dipegang oleh pasien agar bisa duduk da dapat
bergerak bebas di Bed
Hari ke 2 Post – Operasi :
Terapi dilanjut di tambah 2 kali sehari :
1 . Duduk di ujung Bed  Putar Trunk (trunk Turning), Trunk fleksi
kiri dan kanan, Trunk stretching kebelakang
2. Duduk di Kursi  bilateral Breathing Exercise
3. Berjalan de pinggir Bed denga trunk tegak dan lengan di ayun

Hari ke 3 post-Operasi :
BE dan Huffing dilanjutkan jika diperlukan , Aktivitas lain diteruskan
dua kali sehari  pasien boleh ke group terapi

Hari ke 4 post – Operasi - pasien Pulang


- Program pasien dilanjutkan di group Therapy  memakai baju,
berjalan di tempat datar,  Hari ke 7 : lakukan latihan naik turun
tangga dengan BE control  BE bilateral , trunk dan arm exercise
adalah juga sangat penting
- Jahitan biasanya dibuka pada hari ke 7 – 10 post Operasi
- 2 minggu post operasi umumnya pasien pulan dengan instruksi  agar
giat melakukan latihan (home Program)
MODIFIKASI PROGRAM
1. PD mungkin dibutuhkan jika paru-paru tidak bersih dengan
baik
2. Positioning pada samping yang operasi
3. Tipping / Perkussi tidak boleh diberikan sebab berbahaya
pada Broncho- pleural fistula akibat cairan yang merendam
bronchial Stump
4. Jika Udara tidak kuat masuk ke dalam paru-paru maka IPPB
(intermittent positive pressure breathing) dapat digunakan
untuk memperbaiki Ventilasi
5. Oxygen therapy dan Humidification mungkin dibutuhkan
6. Jika Nervus Laryngeal injury  maka BE dan Huffing dapat
membersihkan sekresi
7. Penggunaan IPPB harus hati-hati dengan tekanan rendah dan
hanya setelah konsultasi dengan dokter bedah
8. Jika Nervus phrenic terganggu maka batuk menjadi tidak
efektif akibat gerakan Diaphragm amenjadi paradoksikal
9. IPPB dapat digunakan untuk mobilisasi sekrei dan
meningkatkan udara masuk ke paru-paru
10. Incentive Spirometry dapat membantu memperbaiki kapasitas
Inspirasi

Anda mungkin juga menyukai