Anda di halaman 1dari 43

LATAR BELAKANG

Epistaksis merupakan suatu tanda atau keluhan


bukan penyakit. Epistaksis merupakan
perdarahan spontan yang berasal dari dalam
hidung. Prevalensi epistaksis meningkat pada
anak-anak usia dibawah 10 tahun dan
meningkat kembali di usia 35 tahun keatas.
Epistaksis dapat disebabkan oleh kelainan
lokal pada hidung atau kelainan sistemik.
ANATOMI
Anatomi hidung bagian luar
SEPTUM NASAL BONE
STRUKTUR ANATOMI DINDING LATERAL HIDUNG
MUARA SINUS
VASKULARISASI
a.oftalmika  a. etmoidalis
anterior dan posterior
a.maksilaris interna a.
sfenopalatina
a.fasialis  a.labialis
superior
Vena-vena dihidung sama
dengan arteri dan tidak
memiliki katup 
penyebaran infeksi
sampai ke intrakranial
Plexus kiesselbach (Little’s
area): sering cedera 
epistaksis
INERVASI

n. Etmoid anterior
cabang dari
n.nasosiliaris berasal
dari n.oftalmikus
Gangglion sfenopalatina
(persarafan
vasomotor/otonom
mukosa hidung)
cabang dari n.maksila
N. olfaktorius
DEFINISI

Epistaksis adalah keluarnya darah dari


hidung yang merupakan suatu tanda atau
keluhan bukan penyakit.
EPIDEMIOLOGI

Insiden
terbanyak pada
usia 2-10 tahun
dan 36-80 tahun

Sering dijumpai pada musim dingin dan kering


Insiden pada bulan November sampai Maret dibandingkan
dengan bulan April sampai Oktober 56% versus 44%,
Epistaksis terjadi lebih
sering pada pria (58%)
dibandingkan dengan
pasien perempuan
(42%)
ETIOLOGI

Lokal Sistemik
LOKAL

Trauma

Infeksi Lokal

Neoplasma

Pengaruh Lingkungan

Deviasi Septum
TRAUMA
Mengorek hidung,
benturan ringan,
bersin atau mengeluarkan ingus terlalu keras,
atau akibat trauma yang lebih hebat seperti kena pukul, jatuh atau kecelakaan lalu
lintas
akibat adanya benda asing tajam atau trauma pembedahan.
INFEKSI LOKAL
Pada infeksi hidung dan sinus paranasal seperti rhinitis atau sinusitis.

inflamasi yang akan


merusak mukosa
memudahkan
Infeksi terjadinya
perdarahan
peningkatan di hidung.
permeabilitas
pembuluh darah
setempat
NEOPLASMA

Epistaksis sedikit dan intermiten, kadang-


kadang ditandai dengan mukus yang
bernoda darah.
Hemangioma, angiofibroma dapat
menyebabkan epistaksis berat

Pada tumor terjadi pertumbuhan sel yang


abnormal dan pembentukan pembuluh
darah yang baru (neovaskularisasi) yang
bersifat rapuh sehingga memudahkan
terjadinya perdarahan
PENGARUH LINGKUNGAN

Kelembaban
udara yang Zat-zat
rendah korosif

dehumidifikasi Iritasi
mukosa nasal mukosa

Pembuluh darah mudah


pecah
DEVIASI SEPTUM

Pembuluh
Deviasi Turbulensi darah pecah
Krusta
septum udara meskipun
trauma ringan
SISTEMIK

•Kelainan Darah
•Penyakit Kardiovaskuler dan lainnya
•Infeksi Akut
•Gangguan Hormonal
•Alkoholisme
KELAINAN DARAH

Trombositopenia

Leukimia

Hemofilia

Pengaruh obat-obatan

Kelainan kongenital
PENYAKIT KARDIOVASKULER DAN LAINNYA

Hipertensi

Arteriosklerosis

Sirosis Hepatis

Diabetes Melitus
INFEKSI AKUT

Demam
Berdarah Kompleks antigen antibodi

Agregasi Trombosit

Trombosit saling melekat Dihancurkan oleh RES


Pengeluaran faktor III

Trombositopeni dan penurunan faktor


pembekuan
GANGGUAN HORMONAL

Wanita hamil,
menarche, menopause

Estrogen dan
progesteron yang tinggi

Mukosa bengkak dan


pembuluh darah rapuh

Epistaksis
ALKOHOLISME

Alkohol

Sel darah menggumpal

Sumbatan pembuluh darah

Peningkatan tekanan intravaskular

Pembuluh darah pecah


PENEGAKAN DIAGNOSIS

• Riwayat perdarahan sebelumnya


• Lokasi perdarahan
• Apakah darah terutama mengalir ke dalam
tenggorokan atau keluar dari hidung depan
bila pasien duduk tegak
• Lama perdarahan dan frekuensinya
• Kecenderungan perdarahan
Anamnesis • Riwayat gangguan perdarahan dalam
keluarga
• Hipertensi
• Diabetes melitus
• Penyakit hati
• Penggunaan antkoagulan
• Trauma hidung belum lama
• Obat-obatan misal aspirin
Pemeriksaan Fisik
•Pengukuran tekanan darah
•Rinoskopi anterior
•Vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi,
dinding lateral hidung dan konkha inferior harus
diperiksa dengan cermat
•Rinoskopi posterior
•Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi
posterior penting pada pasien dengan epistaksis
berulang dan sekret hidung
INSTRUMEN ALAT
Pinset bayonet

Spekulum hidung

Kassa vaselin
Pemeriksaan Penunjang

Rontgen sinus dan CT- Skrining terhadap


Endoskopi hidung
Scan atau MRI koagulopati

Rontgen sinus dan CT- untuk melihat atau Tes-tes yang tepat termasuk
Scan atau MRI penting menyingkirkan waktu protrombin serum, waktu
mengenali neoplasma kemungkinan penyakit tromboplastin parsial, jumlah
atau infeksi. lainnya platelet dan waktu perdarahan.
SUMBER PERDARAHAN
PENATALAKSANAAN

Prinsip utama dalam menanggulangi


epistaksis, yaitu :

memperbaiki
menghentikan
keadaan
perdarahan
umum

mencegah
mencegah
berulangnya
komplikasi
epistaksis
Tentukan sumber perdarahan
• Pasang tampon anterior dengan adrenalin 1/10.000 dan
lidocain/pantocain 2%
• Tampon ini dibiarkan selama 3-5 menit, evaluasi lokasi perdarahan
PERDARAHAN ANTERIOR

Epistaksis • duduk dengan kepala ditegakkan,


ringan pada • cuping hidung ditekan ke arah septum selama beberapa
anak menit. (metode trotter)

Perdarahan •Gulungan kassa vaselin yang telah dibasahi dengan anestetik lokal dan
dekongestan lalu dimasukkan dengan hati-hati ke dalam hidung.
anterior •Bila perdarahan tidak berhenti, pemasangan tampon diulangi

•tempat asal perdarahan dikaustik dengan larutan Nitras


Bila sumber Argenti 20-30% / Asam Triklorasetat 10%,
telah terlihat •Elektrokauter

Perdarahan •Tampon anterior


masih terus
berlangsung •Tampon rol anterior
METODE TROTTER
TAMPON ANTERIOR
KAUTERISASI
PERDARAHAN POSTERIOR

Tampon Bellocq
TAMPON POSTERIOR KATETER FOLEY

Balon Intranasal
ALUR TATALAKSANA EPISTAKSIS
MEDIKAMENTOSA
Selama pemasangan tampon (3-4 hari), kenyamanan
pasien akan terganggu
 pemberian sedatif dan analgesik
Pertimbangan untuk pemberian antibiotik broad
spektrum
 untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat kuman
patogen selama pemasangan tampon.
PENCEGAHAN

Batasi
penggunaan
Gunakan gel hidung larut
air di hidung, oleskan obat – obatan
dengan cotton bud. Jangan yang dapat
masukkan cotton bud meningkatkan
melebihi 0,5 – 0,6cm ke perdarahan
Gunakan semprotan dalam hidung seperti aspirin
hidung atau tetes Bersin atau ibuprofen.
larutan garam, pada
kedua lubang hidung melalui
dua sampai tiga kali mulut
sehari.

Hindari meniup
Hindari
melalui hidung memasukkan
Gunakan alat terlalu keras benda keras ke
untuk dalam hidung,
melembabkan termasuk jari.
udara di rumah
KOMPLIKASI

Komplikasi akibat epistaksis


•syok
•anemia
•iskemi cerebri, insufisiensi koroner dan infark
miocard
•peningkatan PCO2 dan penurunan PO2 pada
pasien dengan riwayat paru atau jantung
dapat menimbulkan IMA dan gangguan
pembuluh darah otak.
•Tampon anterior
•sinusitis
Komplikasi •air mata yang berdarah (bloody tears)
akibat •septikemia.
pemasangan •Tampon posterior
tampon •otitis media
•haemotympanum
•laserasi palatum mole dan sudut bibir
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai