Anda di halaman 1dari 59

Case Report

PPOK
Almuizzu Nurjannah
David Restu P. Manik
Laura Citra Pratiwi
Pembimbing : dr. Muchnedy, Sp.P
PPOK ??
penyakit paru obstruktif kronik yang ditandai oleh
hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat
progressif, irreversibel parsial

1. Bronkitis
kronik 2. Emfisema
PPOK eksaserbasi

Kejadian akut ditandai oleh


perburukan gejala respiratorik
yang melebihi variasi kondisi
harian, yang memerlukan
perubahan terapi
Epidemiologi

 Tahun 1990 (WHO) PPOK urutan ke-6 sebagai


penyebab utama kematian di dunia
 Tahun 2002 urutan ke-3 setelah penyakit
kardiovaskuler dan kanker (WHO,2002).
 Dinkes 2004, Hasil survei penyakit tidak
menular oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di
5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung,
dan Sumatera Selatan)  PPOK peringkat
nomor 1
Faktor risiko
Merokok
Terpajan polusi udara di lingkungan dan
tempat kerja
Hiperaktiviti bronkus
Infeksi saluran napas bawah berulang
DIAGNOSTIK PPOK
A. Gambaran Klinis
Anamnesis
Keluhan batuk produktif atau
non produktif
Sesak nafas
Riwayat penyakit
Faktor predisposisi
Pemeriksaan fisis
B. Pemeriksaan penunjang
Rutin
Khusus
STADIUM KARAKTERISTIK
Spirometri normal
O. Beresiko Simptom menahun (batuk produksi
sputum)
VEP1/KVP 70% VEP1,  80% di
I. Ringan prediksi dengan atau tanpa symptom
menahun
VEP1/KVP  70 %
IIA Sedang 30%  VEP1  80% prediksi dengan
atau tanpa simptom menahun
VEP1/KVP  70%
VEP1 30% prediksi atau  50% prediksi
III Berat
+ adanya gagal nafas atau tanda klinis
gagal jantung kanan
GOLD 2010
Derajat Klinis Faal paru
Gejala klinis Normal
(batuk, produksi suptum)
Derajat I: Gejala batuk kronik dan produksi sputum tapi VEP1/KVP <70%
PPOK ringan sering. Pada derajat ini pasien sering tidak VEP1≥ 80% prediksi
menyadari bahwa faal paru mulai menurun

Derajat II: Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan VEP1/KVP <70%
PPOK sedang kadang ditemukan gejala batuk dan produksi 50%<VEP1<80% prediksi
sputum. Pada derajat ini biasanya pasien mulai
memeriksa kesehatannya.

Derajat III: Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, VEP1/KVP <70%
PPOK berat rasa lelah dan serangan eksaserbasi semakin 30%<VEP1<50% prediksi
sering dan berdampak pada kualitas hidup
pasien

Derajat IV: Gejala diatas ditambah tanda-tanda gagal napas VEP1/KVP <70%
PPOK sangat berat atau gagal jantung kanan dan ketergantungan VEP1<30% prediksi atau VEP1<50% prediksi disertai
oksigen. Pada derajat ini kualitas hidup pasien gagal nafas kronik
meburuk dan jika eksaserbasi dapat
mengancam jiwa
KLINIS
Riwayat merokok atau bekas perokok
dengan tanpa gejala pernafasan
Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna
ditempat bekerja
Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
Ada predisposisi semasa bayi dan anak
contoh : berat badan lahir rendah, infeksi
saluran nafas berulang, lingkungan asap
rokok atau polusi udara
Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
INSPEKSI
Pursed-lips breathing
Barrel chest
Penggunaan otot bantu nafas
Hypertropi otot bantu nafas
Pelebaran sela iga
Bila gagal jantung kanan terlihat denyut
vena jugularis dileher dan edema tungkai
Penampilan pink puffer atau blue bloater
Palpasi
Pada emfisema fremitus
melemah, sela iga melebar

Perkusi
Hypersonor pada empisema dan
batas jantung mengecil letak
diafragma rendah,
hepar terdorong kebawah.
Auskultasi
Suara nafas vesiculer
normal atau melemah
Terdapat ronki dan atau
mengi pada waktu bernafas
biasa atau pada ekspirasi
paksa
Ekspirasi memanjang
Bunyi jantung terdengar
jauh.
Pink Puffer
Khas pada emfisema : penderita
kurus, kulit kemerahan dan pernafasan
pursed –lips breathing.

Blue Bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronis,
penderita gemuk, sianosis sentral dan
perifer, edema di tungkai dan ronki
basah di basal paru.
Pursed-lips Breathing

Adalah sikap seseorang yang


bernafas dengan mulut
mencucu dan ekspirasi yang
memanjang sebagai maksimal
tubuh untuk mengeluarkan
retensi CO2.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Rutin
Faal Paru : VEP1
KVP
VEP1/KVP
Bila spirometri tak tersedia APE meter
dapat dipakai sebagai variabiliti
harian pagi dan sore tidak lebih dari
20%.
Uji bronkodilator
Setelah pemberian bronkodilator
inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 – 20
menit kemudian dilihat perubahan
VEP1 atau APE perubahan APE < 20%
nilai awal dan < 200 ml.
Dapat dilakukan pada PPOK stabil
2. Darah Rutin
Hemoglobin, Hematokrit,
Lekosit
3. Radiologi
Foto torak PA dan lateral
berguna untuk menyingkirkan
penyakit paru lain.
Pada emfisema
• Hiperinflasi
• Hiperlusen
• Ruang interkostal melebar
• Diafragma mendatar
• Jantung menggantung.
Pada Bronkitis Kronik
• Nomal
• Corakan bronkovaskuler
bertambah
Pemeriksaan Khusus (tidak rutin)

1. Faal paru
– Volume residu (VR)
– Kapasitas residu fungsional (KRF)
– Kapasitas paru total (KPT), VR/KRF,
VR/KPT meningkat
– DLCO menurun pada emfisema
– Raw meningkat pada bronkitis kronis
– Variabiliti harian APE kurang dari 20%
2. Uji latih kardiopulmoner
Sepeda statis
Tread mill
Jalan 6 menit ; lebih rendah dari normal
3. Uji provokasi bronkus
Untuk menilai derajat hiperaktiviti
bronkus, pada sebahagian kecil PPOK
terdapat hiperaktiviti derajat ringan.
4. Uji coba kortikosteroid
Menilai perbaikan faal paru setelah
pemberian kortikosteroid oral
(prednison atu metil Prednisolon)
sebanyak 30 – 50 mg/ hari selama 2
(dua) minggu yaitu peningkatan VEP1
pemberian >20%.
Pada PPOK umumnya tidak terjadi
peningkatan
5. Analisa gas darah
Menilai gagal nafas
6. Radiologi
CT. Scan mendeteksi emfisema
dini dan menilai jenis serta derajat
emfisema dan bulla.
7. Elektro kardiografi (EKG)
mengetahui komplikasi pada
jantung yang ditandai oleh P.
Pulmonal dan hipertropi ventrikel
kanan
8. Bakteriologi
pemeriksaan bakteriologi sputum
pewarnaan gram dan kultur
resistensi diperlukan untuk
mengetahui pola kuman dan
untuk memilih antibiotik yang
tepat.
9. Kadar alfa-1 anti tripsin
Rendah pada emfisema herediter
Defisiensi jarang ditemukan di Indonesia
Skreening dilakukan pada :
– Bronkitis kronis dengan obstruksi pada orang
yang tak pernah merokok
– Bronkiektasi, khususnya tak ada faktor
resiko yang jelas.
– Onset prematur untuk PPOK (<50 tahun)
– Riwayat famili defisiensi Alfa-1 anti tripsin.
Penatalaksanaan secara umum
1. Edukasi
2. Obat-obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
Edukasi secara umum
1. Pengetahuan dasar tentang PPOK
2. Obat-obatan, manfaat dan efek sampingnya
3. Cara pencegahan perburukan penyakit
4. Menghindari pencetus ( berhenti merokok)
5. Penyesuaian aktiviti
OBAT-OBATAN
• Bronkodilator
• Antiinflamasi
• Antibiotika
• Antioksidan
• Mukolitik
• antitussif
BRONKODILATOR
• Antikolinergik digunakan pada derajat ringan
sampai berat maksimal 4 kali sehari
• Beta -2 agonis untuk mengatasi sesak dan
eksaserbasi.Tidak dianjurkan untuk pemakaian
jangka panjang
• Kombinasi antikolinergik dan beta-2 agonis
untuk memperkuat efek bronkodilatasi
• Golongan Xantin
OBAT-OBATAN
• Antiinflamasi  Metilprednisolon atau
Prednison pada eksaserbasi untuk menekan
inflamasi.
• Bisa juga diberikan dalam bentuk inhalasi
dalam jangka panjang
OBAT-OBATAN
• Antibiotika diberi bila ada infeksi
• Lini I :Amoksilin dan makrolid
• Lini II :Amoksilin dan asam
klavulanat,sepaloseporin,kuinolon dan
makrolid baru
• Di RS Amoksilin dan asam klavulanat,
sepaloseporin gen.II III & IV injeksi dan
kuinolon peroral, dan anti pseudomonas
OBAT-OBATAN
• Antioksidan  N asetil sistein dapat
mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki
kualitas hidup
• Mukolitik  terutama pada bronkitis kronis
eksaserbasi dengan sputum viscous
• Antitussif  diberikan dengan hati-hati
TERAPI OKSIGEN
Sangat penting karena pada PPOK terjadi hipoksemia
progressif dan berkepanjangan yang menyebabkan
kerusakan sel dan jaringan
Indikasi :
PaO2<60 mm Hg atau sat O2 <90%
PaO2 diantara 55-59 mmHg atau sat O2 >89 %
disertai korpulmonal,perubahan p pulmonal,ht >
55% dan tanda-tanda gagal jantung kanan, sleep
apnoe.
TERAPI OKSIGEN
• Terapi oksigen jangka panjang yang diberikan
dirumah pada keadaan stabil 15 jam setiap
hari dengan nasal kanul 1-2 L/menit
• Terapi oksigen pada aktivitas sebagai
parameter digunakan analisa gas darah atau
pulse oksimetri dengan saturasi oksigen
mencapai 90%
VENTILASI MEKANIK
• Digunakan pada eksaserbasi dengan gagal
nafas akut,atau PPOK derajat berat dengan
gagal nafas kronik
• Bisa dengan intubasi dan tanpa intubasi
• Kalau masih bisa dihindarkan pemakaian
ventilator pada pasien PPOK karena sukar
dilakukan weaning
NUTRISI
• Sering terjadi malnutrisi pada PPOK
• Mengatasi malnutrisi dengan pemberian makanan
tinggi lemak dan rendah karbohidrat
• Gangguan elektrolit bisa terjadi( hipofosmi,
• hiperkalemi,hipokalsemi,hipomagnesi)
• Gangguan ini dapat mengurangi fungsi diafragma.
Dianjurkan pemberian nutrisi dengan komposisi
seimbang yaitu porsi kecil dengan pemberian sering
REHABILITASI
• Tujuan untuk meningkatkan toleransi latihan
dan memperbaiki kualiti hidup
• Latihan fisis (latihan meningkatkan otot
pernafasan dan endurance exercise)
• Psikososial
• Latihan pernafasan
Ilustri kasus
• Nama Pasien : Ny. A
• Umur : 78 tahun
• Alamat : keranji guguh
• Pekerjaan : petani
• Jenis kelamin : perempuan
• Tanggal masuk : 05 juni 2016
• Agama : Islam
• RM : 080098
• Keluhan utama
Sesak nafas
• Riwayat penyakit sekarang
Sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu, dirasakan memberat
sejak jam 5 subuh tadi sebelum masuk rumah sakit, sesak
nafas hilang timbul, sesak timbul pada cuaca dingin terutama
pada malam hari, sehingga pasien mengaku susah tidur pada
malam hari dan bahkan tidak bisa tidur. saat sesak pasien sulit
untuk berbicara dan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-
hari.
Batuk berdahak sejak 1,5 tahun yang lalu ; batuk dirasakan
memberat 1 minggu yang lalu, batuk terus menerus, dahak
kental berwarna putih sampai kekuningan, pasien mengeluh
dahak sulit keluar, dahak terasa kental. Badan lemas dan
sudah 3 hari tidak BAB.
Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat diabetes mellitus (+)
• Riwayat hipertensi (+)
• Riwayat penyakit jantung disangkal
• Riwayat alergi makanan dan cuaca (+)

Riwayat penyakit keluarga


• Riwayat penyakit diabetes mellitus (+)
• Riwayat hipertensi (+)
• Riwayat penyakit jantung disangkal
• Riwayat penyakit TB paru disangkal
• Riwayat alergi (+)
Riwayat pengobatan
• Pada tahun 2014 pasien didiagnosis dengan osteofit
L2-L5 + penyempitan discus intervertebralis + susp.
Osteoporosis + susp. KP + susp. PPOK dan di dirawat
inap.
• Pada tahun 2016 pasien didiagnosa PPOK +
hipertensi stage II dan dirawat inap.
Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi dan kebiasaan
• Riwayat bekerja sebagai petani
• Riwayat minum alcohol tidak ada
• Riwayat merokok ada : merokok sejak usia 30 tahun, berhenti
kurang lebih 1 tahun yang lalu, 3-4 batang rokok dalam
sehari, lama merokok 46 tahun

• Indeks Brinkman : 4 batang rokok x 46 lama merokok dalam


tahun
: 184 (perokok ringan).
• Sosial ekonomi : menengah
• Pola makan : baik
Pemeriksaan fisik
Status generalisata
• Keadaan umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran : composmentis
• Tekanan darah : 140/80 mmHg
• Nadi : 84 kali/menit
• Suhu : 360C
• Pernafasan : 32 kali/menit
• Tinggi badan : 160 cm
• Berat badan : 50 kg
• BMI : 50/1,6x1,6 = 19% (berat badan
kurang)
Kepala dan leher
• Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sclera tidak
ikterik, Pupil bulat isokor
• Hidung: Tidak ada deviasi septum nasi
• Mulut : Mulut tidak sianosis dan bibir tidak kering
Telinga
• Telinga: Tidak ada nyeri tekan
• Leher: Tidak ada nyeri,Tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening, Tidak ada spasme otot, JVP (5-
2 cm H2O)
• Thorax
• a) Paru
• Paru-paru anterior
• Inspeksi: simetris kanan dan kiri, pergerakan dinding dada
tidak tertinggal
• Palpasi : Fokal fremitus melemah pada kedua sisi dada
• Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
• Auskultasi :
• Kanan : ekspirasi memanjang, wheezing (+),
rhonki (+)
• Kiri : ekspirasi memanjang, wheezing (+),
rhonki (+)
• Paru-paru posterior
• Inspeksi : simetris, pergerakan dinding dada tidak
tertinggal
• Palpasi : Fokal fremitus melemah pada kedua sisi dada
• Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
• Auskultasi :
• Kanan : ekspirasi memanjang, wheezing (+),
rhonki (+)
• Kiri : ekspirasi memanjang, wheezing (+),
rhonki (+)
Jantung
• Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : ictus kordis tidak teraba
• Perkusi
• Batas atas : RIC III
• Batas kanan : Linea parasternalis dextra
• Batas kiri : Line axillaris media
• Batas bawah : RIC V
• Auskultasi : suara jantung reguler, gallop (-), murmur (-)
• Kesan : kardiomegali
Abdomen
• Inspeksi : bentuk perut datar, scar (-), distensi (-)
• Auskultasi : bising usus normal, 8 kali/menit (normal 5-
12 kali/menit)
• Palpasi : supel, nyeri tekan (+), hepar dan lien
tidak membesar
Ekstremitas
• Superior : akral hangat, CRT >2 detik, edema (+/+),
kelemahan (-/-)
• Inferior : akral hangat, CRT > 2 detik, edema (+/+),
kelemahan (-/-)
• Tangan : didapatkan clubbing finger dikedua tangan
Pemeriksaan penunjang
• 1) Darah lengkap
• Hb : 12,6 gr %
• Ht : 37,9 %
• Leukosit : 11,5 10^3/mm^3
• Trombosit: 272 10^3/mm^3
• Gula darah sewaktu : 225 mg/dl
• Albumin : 4,1 g/dl
Pemeriksaan rontgen
• Interpretasi :
• Paru : susah di nilai
• Jantung : kardiomegali
• Diafragma : sudut costofrenicus kanan tajam, kiri
sulit di nilai
• Kesan : kardiomegali
Resume
Ny. A sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu, dirasakan
memberat sejak jam 5 subuh tadi sebelum masuk rumah
sakit, sesak nafas hilang timbul, sesak timbul pada cuaca
dingin terutama pada malam hari, sehingga pasien mengaku
susah tidur pada malam hari dan bahkan tidak bisa tidur. saat
sesak pasien sulit untuk berbicara dan tidak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari. Batuk berdahak sejak 1,5 tahun yang lalu,
batuk dirasakan memberat 1 minggu yang lalu, batuk terus
menerus, dahak kental berwarna putih sampai kekuningan,
pasien mengeluh dahak sulit keluar, dahak terasa kental.
Pasien juga mengeluhkan badan lemah sejak 1 mingu lalu.
Buang air kecil normal dan sudah 3 hari tidak buang air besar.
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan pada palpasi
fokal fremitus melemah pada kedua sisi dada,
auskultasi di dapatkan ekspirasi memanjang,
wheezing dan rhonki pada lapang paru. Pada
pemeriksaan jantung didapatkan batas jantung
sebelah kiri melebar. Pada pemeriksaan abdomen
didapatkan nyeri tekan (+). Pada pemeriksaan
ekstremitas didapatkan CRT >2 detek dan edema
(+/+). Pada pemeriksaan penunjang didapatkan
peningkatan glukosa 225 mg/dl. Pada pemeriksaan
rontgen thorak didapatkan kardiomegali.
Daftar Masalah
• Sesak nafas
• Batuk berdahak
• Kaki edema
• Badan lemas
Diagnosis
• Diagnosis utama: PPOK eksaserbasi akut
• Diagnosis tambahan : dyspepsia, hipertensi, diabetes
militus
Penatalaksanaan
Terapi umum
• Mengurangi pajanan terhadap faktor risiko
seperti asap rokok, debu pekerjaan, bahan
kimia, dan polusi udara indoor maupun
outdoor.
• Berhenti merokok
• Menjaga keseimbangan nutrisi
• Terapi Khusus
• Ringer laktat 20 tpm
• RL drip Aminofilin 7cc 16 tpm
• Combiven 6x1
• Flexsotide 2x1
• Amlodipine 1x5mg
• Curcuma 2x1
• N. Acetylocytein 2x1
• Omeprazole 2x1
• Ceftriaxone inj iv 2x1
• Methylprednisolone inj iv 2x125
Follow up
Tanggal s o a p

15/06/2016 Sesak(+), batuk KU: Sedang Kesadaran: PPOK Eksaserbasi Akut RL drip Aminopilin 16
berdahak (+), Komposmentis + dyspepsia+ hipertensi tpm
dahak(+) , nyeri ulu TD:140/90 mmHg + diabetes melitus Combivent 6x1
hati (+), kaki edema (+) HR: 84x/menit Flexotide 2x1
RR: 32x/menit N.acetylcytein 2x1
T: 36,40C Amlodipine 1x5 mg
Curcuma 2x1
Omeprazole 2x1
Spark K 1x1
Sulcrafat syr 3x1
Spinoractone 1x50 mg
Methylprednisolone inj
2x62,5
Moxifloxacine 1x400
Levemir inj 1x80
Furosemid 1x24
Tanggal s o a p

16/06/2016 Sesak(+), batuk KU: Sedang PPOK Eksaserbasi Terapi lanjut


berdahak (+), Akut + dyspepsia+
dahak(+) , nyeri ulu Kesadaran: hipertensi +
hati (+), kaki edema Komposmenti diabetes melitus
(+)
s
TD:120/70
mmHg
HR:
84x/menit
RR:
32x/menit
T: 36,40C
Tanggal
17/06/2016 sSesak(+), batuk o 120/60 mmHg
TD: aPPOK Eksaserbasi p
RL drip aminopilin
18/06/1993 berdahak (+),
Sesak(+), batuk TD: 120/60 mmHg Akut
PPOK+Eksaserbasi
dyspepsia+ (stop)
Terapi lanjut
dahak(+) ,(+),
nyeri ulu HR: 84 x/menit hipertensi +
berdahak HR: 84 x/menit Akut + dyspepsia+
hati (+), kaki
dahak(+) edema
, nyeri ulu RR: 32 x/menit
RR: 32 x/menit diabetes
hipertensimelitus
+ Terapi lanjut
(+)
hati (+), kaki edema T: 36 0
T: 36 0CC diabetes melitus
(+)
terimakasih
• Irahmal : bagaimana mekanisme rokok bisa
menyebabkan PPOK

Anda mungkin juga menyukai