Anda di halaman 1dari 42

BAGIAN ILMU ANESTESI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2018


UNIVERSITAS PATTIMURA

ANESTESI UMUM

Oleh:
CECILIA CASANDRA UNEPUTTY
NIM. 2016-84-046

Konsulen:
Dr. Ony Wibriono Angkejaya, Sp. An

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU ANESTESI
RSUD DR. M. HAULUSSY
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2018
pendahuluan
Anestesi berasal dari bahasa Yunani an- "tidak, tanpa" dan aesthetos,
"persepsi, kemampuan untuk merasa", secara umum berarti suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan
dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada
tubuh.
pembahasan
DEFINISI
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan
aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum
berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa
sakit pada tubuh.Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver
Wendel Holmes Srpada tahun 1846.

Anestesi memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut:


1. Hipnotik/sedasi: hilangnya kesadaran
2. Analgesia: hilangnya respon terhadap nyeri
3. Muscle relaxant: relaksasi otot rangka
STADIUM ANESTESI
• Stadium I (Analgesia/Disorientasi) dimulai dari saat
pemberian zat anestetik sampai hilangnya kesadaran.

I
Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti
perintah dan terdapat analgesi. Tindakan
pembedahan ringan, seperti pencabutan gigi dan
biopsi kelenjar, dapat dilakukan pada stadium ini.
Stadium ini berakhir ditandai oleh hilangnya refleks
bulu mata.

• Stadium II (Eksitasi/Delirium) dimulai dari akhir


stadium I dan ditandai dengan pernapasan yang

II
irreguler, pupil melebar dengan reflekss cahaya (+),
pergerakan bola mata tidak teratur, lakrimasi (+),
tonus otot meninggi dan diakhiri dengan hilangnya
refleks menelan dan kelopak mata.
STADIUM ANESTESI
• Stadium III yaitu stadium sejak mulai
teraturnya lagi pernapasan hingga hilangnya

III pernapasan spontan. Stadium ini ditandai oleh


hilangnya pernapasan spontan, hilangnya
reflekss kelopak mata dan dapat digerakkannya
kepala ke kiri dan kekanan dengan mudah.
Stadium ini dibagi menjadi 4 tingkat.

• Ditandai dengan kegagalan pernapasan (apnea)


yang kemudian akan segera diikuti kegagalan

IV sirkulasi/ henti jantung dan akhirnya pasien


meninggal. Pasien sebaiknya tidak mencapai
stadium ini karena itu berarti terjadi
kedalaman anestesi yang berlebihan.
STADIUM ANESTESI
INDIKASI, KONTRAINDIKASI DAN TUJUAN
ANESTESI UMUM
Indikasi anestesi umum diantaranya:
 Operasi di sekitar kepala, leher, intra-torakal atau intra-
abdomen
 Pada bayi atau anak-anak
 Pasien gelisah, tidak kooperatif atau disorientasi gangguan
jiwa
 Pembedahan lama
 Pembedahannya luas atau ekstensif
 Memiliki riwayat alergi terhadap anestesi lokal
 Pasien yang memilih anestesi umum
INDIKASI, KONTRAINDIKASI DAN TUJUAN
ANESTESI UMUM
Kombinasi agen anestestik yang
 Kontraindikasi relative digunakan pada anestesi umum
anestesi umum memiliki beberapa tujuan,
dilakukannya anestesi diantaranya:2
umum yaitu gangguan  Analgesia (respon terhadap
nyeri hilang)
kardivaskular yang berat,
 Amnesia (kehilangan memori
hipertensi berat atau tak atau tidak mengingat apa
terkontrol (diastolik >110 yang terjadi)
mmHg), diabetes tak  Immobilitas (hilangnya
refleks motorik)
terkontrol, infeksi akut,
 Kehilangan kesadaran
sepsis.
 Relaksasi otot skeletal
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ANESTESI
UMUM
KELEBIHAN KEKURANGAN
1. Mengurangi kesadaran dan ingatan pasien 1. Membutuhkan perawatan yang lebih rumit
selama operasi dan biaya yang lebih besar
2. Memungkinkan relaksasi otot untuk jangka 2. Membutuhkan beberapa persiapan
waktu yang lama preoperative
3. Dapat mempertahankan jalan napas, 3. Dapat menginduksi fluktuasi fisiologi yang
pernapasan dan sirkulasi yang adekuat membutuhkan intervensi aktif
4. Dapat digunakan pada pasien yang sensitive 4. Berhubungan dengan komplikasi seperti
terhadap agen anestetik lokal mual, muntah, sakit tenggorokan, sakit
5. Dapat dilakukan tanpa merubah posisi pasien kepala, menggigil dan lamanya perbaikan
dari posisi supine psikomotorik.
6. Dapat dengan mudah disesuaikan pada
durasi yang tidak terduga atau lebih lama
7. Dapat diberikan dengan cepat dan bersifat
reversible
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANESTESI
UMUM
Respirasi

Zat
Sirkulasi
Anestesi

Jaringan
METODE PEMBERIAN ANESTESI UMUM

Induksi • Thiopental (tiopenton, pentotal) diberikan secara


intravena dengan kepekatan 2,5% dan dosis antara 3-7
mg/kgBB.

IV
• Propofol (recofol, diprivan) intravena dengan
kepekatan 1% menggunakan dosis 2-3 mg/kgBB
• Ketamin (ketalar) intravena dengan dosis 1-2 mg/kgBB

Induksi • Sampai sekarang hanya ketamin yang dapat diberikan


secara intramuscular dengan dosis 5-7 mg/kgBB dan

IM setelah 3-5 menit pasien tidur.


METODE PEMBERIAN ANESTESI UMUM

Induksi
• Induksi halotan memerlukan gas pendorong O2 atau campuran N2O dan
O2.
• Induksi dengan sevofluran lebih disenangi karena pasien jarang batuk,
walaupun langsung diberikan dengan konsentrasi tinggi sampai 8 vol%.

Inhalasi • Induksi dengan enfluran (etran), isofluran (foran, aeran) atau desfluran
jarang dilakukan, karena pasien sering menjadi batuk dan waktu induksi
yang lama.

Induksi • Cara ini hanya untuk anak atau bayi, menggunakan thiopental atau

Per rektal
midazolam.
METODE PEMBERIAN ANESTESI UMUM

• dilakukan pada anak atau bayi yang


sedang tidur.
• Metode inhalasi seperti induksi
Steal inhalasi biasa hanya sungkup muka
tidak ditempelkan pada muka
Induction pasien, tetapi kita berikan jarak
beberapa sentimeter sampai pasien
tertidur baru sungkup muka
ditempelkan.
OBAT – OBAT ANESTESI UMUM
1. PREMEDIKASI
 Premedikasi merupakan tindakan pemberian obat-obatan
pendahuluan dalam rangka pelaksanaan anestesia dengan
tujuan sebagai berikut:
 Menimbulkan suasana nyaman bagi pasien, yaitu menghilangkan rasa
cemas, member ketenangan, membuat amnesia, mencegal mual ataupun
muntah serta bebas dari nyeri.
 Mengurangi dosis dari anestesia
 Memudahkan dan memperlancar induksi
 Menekan dan mengurangi sekresi kelenjar
 Menekan reflek-refleks yang tidak dinginkan
Obat-obatan yang biasanya digunakan
untuk premedikasi adalah :
• Hipersekresi kelenjar ludah dan bronkus yang ditimbulkan oleh
Antimuskarinik anestesi inhalasi dapat mengganggu pernapasan selama anestesia.
Atropine 0,4-0,6 mg IM dapat mencegah hipersekresi ini 10-15
menit setelah penyuntikan. Efek ini berlangsung selama ± 90 menit.

Obat golongan
analgetik • Morfin
• Opioid
narkotik

• Barbiturat (Pentobarbital dan Sekobarbital) biasanya diberikan untuk


Barbiturat sedasi dam untuk mengurangi kekhawatiran sebelum operasi. Obat
ini dapat diberikan secara oral atau IM. Dosis dewasa 100-150 mg
dan 1 mg/kgBB pada anak di atas 6 bulan.
Obat-obatan yang biasanya digunakan
untuk premedikasi adalah :
• Golongan benzodiazepine yang lebih dianjurkan dibandingkan opioid
dan berbiturat. Pada dosis biasa, obat tersebut tidak menambah
depresi napas akibat opioid. Opioid menyebabkan tidur, amnesia
Benzodiazepine retrograde fam dapat mengurangi rasa cemas. Penggunaan
benzodiazepine untuk premedikasi berbeda dosis dengan induksi,
diazepam oral 0,2-0,5 mg/kgBB, midazolam intramuscular 0,07-
0,15 mg/kgBB serta lorazepam oral 0,05 mg/kgBB.

• Kelompok obat neuroleptik digunakan untuk mengurangi mual dan


Neuroleptik muntah akibat anestetik pada masa induksi maupun pemulihan,
misalnya droperidol yang biasa digunakan bersama fentanil.
2. Induksi
Induksi •

Tiopental (pentotal, tiopenton) amp 500 mg atau 1000 mg
Propofol (diprivan, recofol)

IV •

Ketamin (ketalar)
Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil)

Induksi • Sampai sekarang hanya ketamin (ketalar) yang dapat diberikan


secara intramuscular dengan dosis 5-7 mg/kgBB dan setelah
IM 3-5 menit pasien tidur.

• N2O (gas gelak, laughing gas, nitrous oxide, dinitrogen monoksida)berbentuk

Induksi gas, tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak terbakar dan beratnya 1,5 kali berat
udara.
• Halotan (fluotan)

Inhalasi
• Enfluran (etran, aliran)
• Isofluran (foran, aeran)
• Desfluran (suprane)
• Sevofluran (ultane)
2. Induksi

Induksi Perektal • Dapat dipakai pada anak untuk induksi anestesi atau tindakan singkat. Obat
induksi per rektal adalah tiopental atau midazolam.

• Dilakukan pada anak atau bayi yang sedang tidur. Induksi inhalasi biasa
Steal Induction hanya sungkup muka tidak kita tempelkan pada muka pasien, tetapi kita
berikan jarak beberapa sentimeter, sampai pasien tertidur baru sungkup
muka kita tempelkan.

• Tracurium 20 mg (Antracurium). Berikatan dengan reseptor nikotinik -


Pelumpuh otot kolinergik, tetapi tidak menyebabkan depolarisasi, hanya menghalangi
asetilkolin menempatinya, sehingga asetilkolin tidak dapat bekerja.
nondepolarisasi • Dosis awal 0,5-0,6 mg/kgBB, dosis rumatan 0,1 mg/kgBB, durasi selama
20-45 menit, kecepatan efek kerjanya -2 menit.
TEKNIK ANESTESI UMUM (NC)
Indikasi:
 Untuk tindakan yang singkat (0,5 – 1 jam) tanpa membuka
rongga perut.
 Keadaan umum pasien cukup baik (PSA ASA 1 atau 2).
 Lambung harus kosong.
TEKNIK ANESTESI UMUM (NC)
 Periksa peralatan yang akan digunakan (seperti pada masa pra-induksi).
 Pasang infus dengan kanul intravena atau jarum kupu-kupu
 Persiapan obat
 Induksi, dapat dilakukan dengan propofol 2-2.5 mg/kgBB
 Selesai induksi, sampai pasien tertidur dan reflek bulu mata hilang, sungkup
muka ditempatkan pada muka. Sebaiknya dagu ditahan atau sedikit ditarik ke
belakang (posisi kepala ekstensi) agar jalan napas bebas dan pernapasan
lancar. Pengikat sungkup muka ditempatkan di bawah kepala.
 Kalau pernapasan masih tidak lancar dicoba mendorong kedua pangkal
rahang ke depan dengan jari manis dan tengah tangan kiri kita. Kalau perlu
dengan kedua tangan kita yaitu kedua ibu jari dan telunjuk yang memegang
sungkup muka dan dengan jari-jari yang lain menarik rahang ke atas. Tangan
kanan kita bila bebas dapat memegang balon pernapasan dari alat anestesi
untuk membantu pernapasan pasien (menekan balon sedikit bila pasien
melakukan inspirasi).
TEKNIK ANESTESI UMUM (NC)
 N2O mulai diberikan 4 L dengan O2 2 L/menit untuk
memperdalam anestesi, bersamaan dengan halotan dibuka sampai
1 % dan sedikit demi sedikit dinaikkan sampai 3-4 % tergantung
reaksi tubuh penderita.
 Kedalaman anestesi dinilai dari tanda – tanda mata (bola mata
menetap), nadi tidak cepat dan terhadap rangsang operasi tidak
banyak berubah.
 Kalau stadium anestesi sudah cukup dalam, masukkan pipa
orofaring
 Halotan kemudian dikurangi menjadi 1-1.5 % dan dihentikan
beberapa menit sebelum operasi selesai
 Selesai operasi N2O dihentikan dan penderita diberi O2 100%
beberapa menit untuk mencegah hipoksi difusi.
TEKNIK ANESTESI UMUM (ETT)
Mata pasien kemudian ditutup
dengan menggunakan plester Halotan kemudian dikurangi
penginduksian dengan
supaya mata pasien tidak sampai 0,5-1,5% sebagai
menggunakan thiopental
terbuka dan kornea pasien tidak pemeliharaan anestesi.
kering.

Pipa Guedel kemudian


dimasukkan ke dalam mulut
Pemberian suksinil kolin akan
supaya pipa endotrakea tidak Napas dapat dibiarkan spontan
mengakibatkan fasikulasi dan
tergigit. Kemudian pipa kala usaha napas cukup kuat.
apnue.
endotrakea difiksasi dengan
plester.

Kedalaman anestesi tetap


Pipa endotrakea harus masuk ke dipertahankan dengan
Setelah fasikulasi menghilang, trakea dengan benar, tidak menggunakan kombinasi N2O
pasien kemudian diintubasi terlalu dalam ataupun masuk ke dan O2 masing-masing sebanyak
esophagus. 2 L/menit, serta halotan
sebanyak 1,5-2 vol%.
TEKNIK ANESTESI UMUM (ETT)

Jika memakai teknik napas spontan, maka akan


diperlukan obat anestesi banyak yang dapat
mendepresi pernapasan dan jantung sehingga untuk
Operasi yang memerlukan relaksasi otot seperti
mencegah hal tersebut, akan lebih baik
operasi perut dan ortopedi, teknik anestesi dengan
menggunakan teknik napas kendali dengan
napas spontan ini tidaklah cukup dikarenakan otot
memberikan obat pelemas otot jangka panjang agar
pasien harus lemah selama pembedahan.
dapat dicapainya relaksasi otot yang baik tanpa
menggunakan obat anestesi yang banyak dan juga
untuk menghindarkan anestesi yang terlalu dalam.
TEKNIK ANESTESI UMUM (IV)

Teknik anestesi dengan menggunakan


Intravena (TIVA) merupakan teknik
anestesi umum dengan hanya Kebanyakan obat-obat anestesi intravena
menggunakan obat-obat anestesi yang hanya mencakup 2 komponen anestesi,
dimasukkan lewat jalur intravena. TIVA akan tetapi ketamin mempunyai trias
digunakan untuk ketiga trias anestesi anestesi.
yaitu hipnotik, analgetik maupun
relaksasi otot.yang lengkap.
TEKNIK ANESTESI UMUM (IV)
Kelebihan TIVA adalah: Untuk indikasi TIVA sendiri antara
 TIVA dapat dikombonasikan lain digunakan sebagai berikut:
atau terpisah dan dapat dititrasi  TIVA digunakan sebagai obat
dalam dosis yang lebih akurat induksi anestesi mum
dalam pemakaiannya.  TIBA digunakan sebagai Obat
 Tidak menggangg jalan nafas tunggal untuk anestesi
pada pasien pembedahan singkat
 TIVA mudah untuk dilakukan  TIVA ebagai tambahan obat
inhalasi yang kurang kuat
 TIVA sebagai obat tambahan
anestesi regional
 TIVA dapat menghilangkan
keadaan patologis akibat
ransangan sistem saraf pusat
(SSP).
TEKNIK ANESTESI UMUM (IV)
Cara pemberian TIVA ini sendiri diberikan dengan:
 Suntikan tunggal, untuk operasi singkat
 Suntikan yang berulang sesuai dengan kebutuhan
 TIVA diteteskan lewat infuse.
LANGKAH – LANGKAH ANESTESI UMUM
 Evaluasi Pra anestesia
Evaluasi praanestesia adalah
Fisik
langkah awal dari tindakan preoperatif
anestesia yang dilakukan
terhadap pasien yang Obat Jenis operasi
direncanakan untuk menjalani
tindakan operatif
Teknik
Penyulit
anestesi
LANGKAH – LANGKAH ANESTESI UMUM
Tatalaksana
evaluasi

Konsultasi
anamnesis Pemfis LAB Prognosis
fungsi organ vital

RPS Status pasien

Riwayat alergi Pemfis umum

Riwayat operasi

Kebiasaan buruk

RPO

Riwayat alergi
LANGKAH – LANGKAH ANESTESI UMUM
Persiapan praanestesia
Persiapan di Persiapan di ruang
Persiapan ruang Persiapan di kamar
poliklinik atau persiapan Instalasi
perawatan operasi
rumah Bedah Sentral

Persiapan Persiapan di
Psikis
psikis kamar

Persiapan
Fisik Premedikasi
fisik

Pemasangan
Keluarga
infus

Surat
persetujuan

Pakaian
Obat-obatan yang dapat digunakan
untuk premedikasi
Jenis Obat Dosis (Dewasa)
1. Sedatif
Diazepam 5 – 10 mg
Difenhidramin 1 mg/kgBB
Promethazin 1 mg/kgBB
Midazolam 0.1 – 0.2 mg/kgBB
Lanjutan Jenis Obat yang dapat digunakan sebagai
premedikasi
1. Analgetik opiat
Petidin 1 – 2 mg/kgBB
Morfin 0.1 – 0.2 mg/kgBB
Fentanil 1 – 2 mikrogram/kgBB
Analgetik non opiat Disesuaikan
1. Antikholinergik
Sulfas atropin 0.1 mg/kgBB
1. Antiemetik
Ondansetron 4 – 8 mg (IV)
Metoklopramid 10 mg (IV)
1. Profilaksis aspirasi
Cimetidin Dosis disesuaikan
Ranitidin
Antasid
LANGKAH – LANGKAH ANESTESI UMUM
Pemberian Anestesi
Untuk persiapan induksi anestesi diperlukan ‘STATICS’:
 S : ScopeStetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung.
Laringo-Scope, pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia
pasien. Lampu harus cukup terang.
 T : TubePipa trakea.pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon
(cuffed) dan > 5 tahun dengan balon (cuffed).
 A : Airway Pipa mulut faring (Guedel, orotracheal airway) atau
 INDUKSI pipa hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan
lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak
ANESTESI menyumbat jalan napas.
 T : TapePlester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau
tercabut.
 I : Introducer Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic
(kabel) yang mudah dibengkokan untuk pemandu supaya pipa trakea
mudah dimasukkan.
 C : Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia
 S : Suction penyedot lender, ludah danlain-lainnya.
Jenis-Jenis Induksi (IV)
 Tiopental (pentotal, tiopenton) amp 500 mg atau
1000 mg
 Propofol (diprivan, recofol)
 Ketamin (ketalar)
 Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil)
Jenis-Jenis Induksi (IM)
 ketamin dapat diberikan secara intramuscular dengan dosis 5-
7 mg/kgBB dan setelah 3-5 menit pasien tidur.
Jenis-jenis induksi
Inhalasi Per rektal
 N2O (gas gelak, laughing gas,  Cara ini hanya untuk anak
nitrous oxide, dinitrogen
monoksida)berbentuk gas, atau bayi menggunakan
tak berwarna, bau manis, tak thiopental atau midazolam.
iritasi, tak terbakar dan
beratnya 1,5 kali berat udara
 Halotan (fluotan)
 Enfluran (etran, aliran)
 Isofluran (foran, aeran)
 Desfluran (suprane)
 Sevofluran (ultane)
 Pelumpuh otot nondepolarisasiTracurium 20 mg
(Antracurium)
 Berikatan dengan reseptor nikotinik - kolinergik, tetapi tidak
menyebabkan depolarisasi, hanya menghalangi asetilkolin
menempatinya, sehingga asetilkolin tidak dapat bekerja.
 Dosis awal 0.5-0.6 mg/kgBB, dosis rumatan 0.1 mg/kgBB,
durasi selama 20-45 menit, kecepatan efek kerjanya -2 menit.
 Tanda-tanda kekurangan pelumpuh otot:
 Cegukan (hiccup)
 Dinding perut kaku
 Ada tahanan pada inflasi paru
Tatalaksana Pasca Bedah
 Setelah operasi selesai pasien dibawa ke ruang pemulihan
(recovery room) atau ke ruang perawatan intensif (bila ada
indikasi). Secara umum, ekstubasi terbaik dilakukan pada saat
pasien dalam anestesi ringan atau sadar. Di ruang pemulihan
dilakukan pemantauan keadaan umum, kesadaran, tekanan
darah, nadi, pernapasan suhu, sensibilitas nyeri, pendarahan
dari drain, dan lain-lain.
Mual dan Nilai pulih
pernapasan Kardiovaskuler Gelisah Menggigil
muntah anestesi
Skor pemulihan pasca anestesi
Penilaian Nilai
Warna Merah muda 2
Pucat 1
Sianosis 0
Pernapasan Dapat bernapas dalam dan batuk 2
Dangkal namun pertukaran udara adekuat 1
Apnoea atau obstruksi 0
Sirkulasi Tekanan darah menyimpang <20%> 2
Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari 1
normal 0
Tekanan darah menyimpang >50% dari normal
Kesadaran Sadar, siaga dan orientasi 2
Bangun namun cepat kembali tertidur 1
Tidak berespons 0
Aktivitas Seluruh ekstremitas dapat digerakkan 2
Dua ekstremitas dapat digerakkan 1
Tidak bergerak 0
Kesimpulan

Indikasi
Trias dn
stadium

Obat

ANESTESI UMUM
TERIMA

KASIH

Anda mungkin juga menyukai