Anda di halaman 1dari 26

Journal Reading

Arief Kurniawan
Nurlia Puspita
Yuzana Tiarasia

Konsulen: dr. Wasis Rohima, Sp.A, M. Kes

KEPANITERAAN KESEHATAN ANAK & REMAJA


RSUD Dr. M. Yunus BENGKULU
2015
Oral Dexamethasone for Bronchiolitis
Alansari K, Sakran M, Ibrahim K, Alrefai M, Zakaria I. Pediatrics. 2013. 132(4):
e810-e816

A Division of Pediatric Emergency Medicine, Department of Pediatrics, Hamad


Medical Corporation, Doha, Qatar; bWeill Cornell Medical College, Doha, Qatar;
and cPulmonary–Critical Care Medicine Division, University of Washington School
of Medicine, Seattle, Washington

Accepted for publication Jul 19, 2013


Copyright © 2013 by the American Academy of Pediatrics
Background
• Bronkiolitis merupakan penyakit yang paling
sering terjadi di saluran pernapasan bawah
pada anak usia 2 sampai 5 bulan.
• Penyebab umum pada pasien rawat inap
terutama pada bayi kurang dari usia 6 bulan.
• Sebuah studi kohort prospektif multicenter
terbaru dari Amerika Serikat menemukan 43%
dirawat.
Background
Penggunaan dexamethasone  pilihan yang
aman & efektif untuk:
-mengurangi gejala yang berat
-lama rawat inap
-mengurangi kejadian berulang
bronkiolitis
pada bayi & balita dengan riwayat eksim atau
riwayat asma pada keluarga.
• Pertanyaan penelitian
– Apakah pengobatan deksametason oral yang
ditambahkan pada terapi salbutamol memiliki efikasi
dan aman untuk pasien dengan bronkiolitis?

• Tujuan & manfaat


– Mengetahui efikasi dan keamanan dexamethasone
oral untuk pasien dengan bronkiolitis
Metode Penelitian
 Desain penelitian:
Randomized trial

 Sampel :
506 anak usia ≤ 18 bulan dengan riwayat eksim atau
memiliki orangtua/ saudara kandung dengan riwayat asma
yang datang ke RS untuk mendapatkan terapi bronkiolitis
sedang-berat.
 Waktu
Februari 2010- Maret 2012

 Lokasi
Pusat Emergensi Anak RS Hamad, Qatar

 Pengelompokan data
Kelompok 1: Dexamethasone oral
Kelompok 2: Placebo oral
 Kriteria inklusi:
Anak usia ≤ 18 bulan yang datang ke RS untuk mendapatkan
terapi bronkiolitis sedang-berat yang memiliki riwayat eksim
atau memiliki orangtua atau saudara kandung yang
sebelumnya telah didiagnosis asma oleh dokter.
 Kriteria ekslusi:
Pasien yang memiliki 1 atau lebih karakteristik berikut :
• Kelahiran preterm ≤ 34 minggu
• Memiliki riwayat wheezing sebelumnya previous history of
• Penggunaan steroid selama 48 jam saat muncul gejala
• Kegagagalan respirasi progresif yang membutuhkan perawatan di
ICU
• Riwayat apnea dalam 24 jam
• Saturasi oksigen ≤ 85%
• Riwayat penyakit paru kronik
• Penyakit jantung bawaan
• immunodefisiensi atau terpapar varicella dalam 21 hari sebelum
perlakuan.
• Pengumpulan data
Dilakukan oleh perawat yang mencatat informasi
harian (keadaan umum, pernapasan, kesulitan
menyusui, muntah, diare & pasien yang
membutuhkan perawatan oleh dokter dan rawat
inap.

• Analisis data
SPSS versi 19, unpaired t and Wilcoxon rank sum tes
dan X2 tes.
Hasil
• 200 pasien anak yang menderita bronkiolitis
dengan usia rata-rata 3,5 bulan (29 hari – 12,1
bulan) yang terdaftar dalam penelitian antara
Februari 2010 dan Maret 2012.
Hasil
• Dari 190 bayi, 100 bayi secara acak diberikan
dexamethasone dan 90 bayi diberikan
placebo.
• Karakteristik dasar subjek penelitian sama
pada 2 kelompok pengobatan.
Karakteristik Dexamethason Plasebo P Value
n = 102 n = 98
Usia, Bulan, mean ± SD 3.4 ± 2.2 3.9 ± 2.0 0.8
Lama gejala sebelum masuk RS, hari, mean ±SD 4.5 ± 3.3 4.4 ± 2.7 0.8
Laki-laki/perempuan , n 70/32 57/41
Derajar berat berdasarkan score Wang, mean±SD 6.45 ± 3.34 6.84 ± 1.62 0.09
Berdasarkan saturasi O2, %, mean ± SD 97 ± 1.4 97 ± 1.5 0.9
Penyebab virus, n (%) 39 (38%) 35 (36%) 0.9
X-ray thoraks. N (%)
Normal 39 (38%) 35 (36%) 0.7
Collaps atau konsolidasi lobus 15 (15%) 16 (16%) 0.8
infiltrate 48 (47%) 47 (48%) 0.9
Riwayat Atopik, n (%)
Eksim pada pasien 31 (30%) 31 (32%) 0.9
Riwayat asma pada keluarga, n (%)
ibu dengan asma 19 (19%) 22 (22%) 0.5
ayah dengan asma 22 (22%) 22 (22%) 0.9
kedua orang tua dengan asma 5 (4.9% 5 (5%) 1.0
seluruh saudara dengaan asma 77 (76%) 70 (71%) 0.5
pasien dengan eksim dan pertama kali 19 (19%) 20 (20%) 0.5
serangan asma
Efficacy
• Durasi waktu rata-rata geometrik hingga kesiapan
pulang adalah 18,6 jam (95% CI, 14,9-23,1 jam) untuk
dexamethasone dan untuk placebo 27,1 jam (95% CI,
21,8-33,8 jam) (Tabel 2).
• Kelompok dexamethasone dengan durasi waktu pulang
lebih awal dibandingkan dengan kelompok plasebo
dengan rasio 69% (95% CI, 51% sampai 83%) (p =
0,015).
• Pada hasil sekunder, 19 penerima
dexamethasone dan 31 penerima plasebo
menerima nebulasi epinefrin (P = .03)

• Proporsi pasien yang membutuhkan perawatan


di rumah sakit atau membuat kunjungan rawat
jalan di minggu setelah pasien dipulangkan
adalah sama pada 2 kelompok (Tabel 2).
• Follow up harian pada pasien menunjukkan
tidak ada kekhawatiran efek samping tertentu
pada kedua kelompok perlakuan.

• Sebuah perbedaan yang signifikan dalam


proporsi pasien yang siap dipulangkan menjadi
jelas dalam ukuran sampel ini dengan 18 jam
dan menghilang dengan 48 jam (Tabel 2).
7 hari setelah pulang:
– 22 pasien (22%) pada kelompok
dexamethasone membutuhkan perawatan
kembali tetapi bukan di RS dengan lama rawat
17 jam
– 19 pasien (21%) pada kelompok plasebo,
dengan rata-rata perawatan 18 jam, (P = 0.9)
Penilaian Umum

Penilaian Dexamethason (95% Cl) N =100 Plasebo (95% Cl) N =90

Rata-rata waktu geometris utk dipulangkan 18.6 jam (149 – 23.1 jam) 27.1 jam (21.8-33 jam)

Perbandingan rata-rata geomeris 0.69 (0.15 – 0.93), P = 0.15

Penilaian Khusus
Persentase kesiapan pasien pulang pada masing-masing kelompok pengobatan setelah pendaftaran

Waktu (jam) Dexamethasone % (95% Cl) Plaseb0 % (95% Cl) Pebedaan (95% Cl) P Value
N=100 N=90
12 48.0 (38.5- 57.7) 36.6 (27.4 - 46.7 11.3 (22.6 to 25.3) 0.11

18 54.0 (44.3 to 63.4 36.6 (27.4 to 46.9) 17.3 (3.4 to 31.3) 0.01

24 65.0 (55.2 to 73.7) 50.0 (39.9 to 60.1) 15.0 (1.1 to 28.9) 0.03

36 77.0 (67.8 to 84.2) 57.7 (47.5 to 67.5) 19.2 (6.1 to 32.3) 0.005

48 82.0 (73.2 to 88.4) 68.8 (58.7 to 77.5) 13.1 (0.9 to 25.3) 0.03

Penilaian Dexamethason % Plasebo % N=90 P value


N=100
Pasien yang membutuhkan nebulizer epineprin 19 31 0.03

Pasien rawat jalan pada minggu pertama pulang 0 0 -

Pasien pulang yg membutuhkan rawat jalan 22 19 0.9


Discussion
Pada penelitian, 66% populasi sama (episode
pertama bronkiolitis) pemberian terapi
dapat disama ratakan mengurangi beban
keseluruhan klinis pasien.

Dexamethason dosis tunggal menunjukkan


perbaikan pada pasien bronkiolitis dengan
faktor prevalensi manifestasi atopik.
• Analisis subgroup: pasien dengan riwayat
atopik keluarga  menunjukkan kemungkinan
efek dexamethason (p=0.07).
• Studi lainnya, dexamethason dosis rendah
0.15 mg/kg dan 0.5 mg/kg pada pasien 
tidak menunjukkan hasil yg lebih baik dari
placebo
 Sehingga dipilih dosis yang lebih tinggi
• Penelitian terapi bronkioliotis lainnya
menemukan hasil yang signifikan dengan
pengulangan dosis dexamethasone untuk 6
hari bersamaan dengan 2 dosis epinefrin di
IGD, perawatan rumah sakit selama 7 hari
dapat mengurangi
• Peneliti tidak menemukan perbedaan yang
signifikan dalam angka perawatan kembali
setelah pasien dipulangkan.

• Semua pasien di kedua kelompok pada


penelitian mendapatkan inhalasi
salbutamol sehingga dapat menunjukkan
perbandingan terhadap kebutuhan nebulasi
epinefrin.
• Dalam penelitian Plint and Collegues, mungkin
regimen dosis dexamethason yang
diperpanjang atau di tappering secara
perlahan dapat membuat pasien dipulangkan
lebih cepat & mengurangi angka kunjungan
post rawat serta angka pasien yang harus
dirawat kembali di rumah sakit dan tetap
aman.
Conclusion
• Pemberian dexamethason oral dengan
salbutamol dalam terapi bronkiolitis pada
pasien dengan riawayat eksim/ riwayat asma
pada keluarga secara signifikan dapat
mengurangi durasi rawat hingga kesiapan
secara klinis untuk dipulangkan.
• Spekulasi bahwa regimen dosis yang
diperpanjang juga dapat mengurangi angka
kunjungan pasien kontrol setelah sembuh.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai