Anda di halaman 1dari 51

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH

DAN BANGUNAN
(BPHTB)
DASAR HUKUM PENGALIHAN
WEWENANG PEMUNGUTAN BPHTB
KE PEMERINTAH DAERAH

UU No. 28 Tahun 2009 tentang PDRD


 Pasal 2

 Pasal 180
 Menyatakan bahwa UU No. 21 Tahun 1997
tentang BPHTB stdd UU No. 20 Tahun 2000 tetap
berlaku paling lama 1(satu) tahun sejak
diberlakukannya UU PDRD
Dasar Hukum Pengalihan PBB P2 &
BPHTB
Tentang Pajak
Daerah dan
Retribusi
Daerah (PDRD)

UU NO. 28
TAHUN
2009
PENGGANTI Disahkan pada
UU NO. 18 tanggal 15
TAHUN 1997 JO. September 2009,
UU NO. 34
TAHUN 2000 TTG Berlaku mulai 1
PDRD Januari 2010
Tujuan Dan Waktu Pengalihan PBB P2
& BPHTB

• Meningkatkan local taxing


Tujuan power Kabupaten/Kota

• BPHTB, mulai 1 Januari 2011


Waktu
• PBB P2, paling lambat mulai 1
Pengalihan Januari 2014
Matrik Perbandingan BPHTB (1)
URAIAN PAJAK PUSAT PAJAK DAERAH
Subjek Orang pribadi atau badan yang Sama
memperoleh hak atas tanah dan atau Pasal 86 UU PDRD
bangunan
Pasal 4 UU BPHTB

Objek Perolehan hak atas tanah dan atau Sama


bangunan Pasal 85 UU PDRD
Pasal 2 UU BPHTB

Tarif Sebesar 5% Paling Tinggi 5%


Pasal 5 UU BPHTB Pasal 88 UU PDRD
NPOPTKP Paling banyak Rp300 Juta untuk Waris Paling rendah Rp300 Juta untuk Waris
dan Hibah Wasiat dan Hibah Wasiat

Paling banyak Rp60 Juta untuk Selain Paling rendah Rp60 Juta untuk Selain
Waris dan Hibah Wasiat Waris dan Hibah Wasiat
Pasal 7 UU BPHTB Pasal 87 ayat (4) dan ayat (5) UU
PDRD
Matrik Perbandingan BPHTB (2)
URAIAN PAJAK PUSAT PAJAK DAERAH
BPHTB terutang 5% x (NPOP – NPOPTKP) 5% (Max) x (NPOP-NPOPTKP)
Pasal 8 ayat (2) UU BPHTB Pasal 89 ayat (1) UU PDRD

Saat Terutang Saat ybs mendaftarkan sejak tanggal dibuat dan


Hibah Wasiat peralihan haknya ke BPN ditandatanganinya akta
Pasal 9 ayat (1) huruf i UU Pasal 90 ayat (1) huruf d UU PDRD
BPHTB
Keberatan Pengajuan keberatan tidak Keberatan dapat diajukan
menunda kewajiban apabila Wajib Pajak telah
membayar pajak membayar paling sedikit
Pasal 16 ayat (7) UU BPHTB sejumlah yang telah disetujui
Wajib Pajak
Pasal 103 ayat (4) UU PDRD

Pengurangan • Pasal 20 UU BPHTB Pasal 95 ayat (4) huruf a dan


• Pasal 36 ayat (1) huruf a, Pasal 107 ayat (2) huruf e UU
huruf b, huruf c UU KUP PDRD
Dasar Hukum
1) Undang-undang No:28 Tahun 2009
tentang PDRD
2) Peraturan Daerah tentang Pajak
Daerah (Perda Kab. Bandung Apa itu
No. 1 Thn 2011 & Perda BPHTB ???
Kota Bdg No.2 Thn 2011)

Berdasarkan Undang-undang
No:28 Tahun 2009
(Bab I Ketentuan Umum, Ps.1):
BPHTB adalah Pajak yang di
kenakan atas Perolehan Hak
atas Tanah dan/atau Bangunan
DASAR PEMUNGUTAN BPHTB

TANAH & BANGUNAN

Memenuhi kebutuhan
Komuditas strategis Alat investasi yang
dasar untuk papan
menguntungkan

Keuntungan ekonomis bagi yang


memperoleh hak atas tanah
WAJAR
Kontribusi kepada NEGARA dengan
membayar BPHTB
PEROLEHAN HAK ATAS TANAH
DAN / ATAU BANGUNAN
( Ps.1 butir 42 UU PDRD )
PERBUATAN atau PERISTIWA
HUKUM yang mengakibatkan
diperolehnya HAK ATAS
TANAH dan/atau BANGUNAN
oleh orang PRIBADI atau
BADAN.
PEROLEHAN HAK ATAS TANAH & BANGUNAN

PEMINDAHAN HAK PEMBERIAN HAK BARU

•Jual beli •Pemisahan hak


•Penunjukan pembeli
•Tukar Menukar dlm lelang
•Hibah •Putusan hakim •Kelanjutan
kekuatan hk tetap pelepasan hak
•Hibah wasiat
•Penggab Usaha
•Waris •Diluar
•Peleburan Usaha pelepasan hak
•Pemasukan dalam •Pemekaran Usaha
perseroan/badan hk. •Hadiah
Jual Beli
Perolehan hak atas tanah dan bangunan
oleh pembeli dari penjual (pemilik tanah dan
bangunan atau kuasanya) yang terjadi
melalui transaksi jual beli, di mana atas
perolehan tersebut pembeli menyerahkan
sejumlah uang kepada penjual.
Hibah
Perolehan hak atas tanah dan bangunan yang
diperoleh oleh seorang penerima hibah yang
berasal dari pemberi hibah pada saat pemberi
hibah masih hidup. Penerima hibah
memperoleh hak atas tanah dan bangunan
secara cuma-cuma tanpa perlu memberikan
sejumlah uang maupun suatu barang kepada
pemberi hibah.
Hibah Wasiat

Suatu penetapan wasiat yang khusus


mengenai pemberian hak atas tanah dan atau
bangunan kepada orang pribadi atau badan
hukum tertentu, yang berlaku setelah
pemberi hibah wasiat meninggal dunia.
Waris

Perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh


ahli waris dari pewaris (pemilik tanah dan
bangunan) yang berlaku setelah pewaris
meninggal dunia.
Pemberian Hak Baru Sebagai
Kelanjutan Pelepasan Hak

Pemberian hak baru kepada orang pribadi


atau badan hukum dari negara atas tanah
yang berasal dari pelepasan hak.
Pemberian Hak Baru di Luar
Pelepasan Hak

Pemberian hak baru atas tanah kepada orang


pribadi atau badan hukum dari negara
menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
HAK MILIK
HAK GUNA USAHA DIATUR DALAM UUPA
HAK GUNA BANGUNAN (UU No. 5/1960)
HAK PAKAI

HAK MILIK ATAS SATUAN DIATUR DALAM UU


RUMAH SUSUN RUMAH SUSUN
(UU No. 16/1985)

HAK PENGELOLAAN
DIATUR DALAM PP
No. 8 TAHUN 1953
Hak Atas Tanah (1)
Hak Milik : Hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang
dapat dipunyai orang pribadi atau badan-badan
hukum tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.

Hak Guna Usaha : hak untuk mengusahakan tanah yang


dikuasai langsung oleh negara dalam jangka waktu
sebagaimana ditentukan oleh perundang-undangan
yang berlaku.

Hak Guna Bangunan : untuk mendirikan dan mempunyai


bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya
sendiri dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA).
Hak Atas Tanah (2)
Hak Pakai : hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil
dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah
milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban
yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh
pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam
perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan
perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan
tanah, segala sesuatu sepanjang tidak bertentangan
dengan jiwa dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun : milik atas satuan yang
bersifat perseorangan dan terpisah. Hak milik atas satuan
rumah susun meliputi pula hak atas bagian bersama,
benda bersama, dan tanah bersama yang semuanya
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
satuan yang bersangkutan.
Hak Atas Tanah (3)
Hak Pengelolaan : hak menguasai dari negara yang
kewenangan pelaksanaannya sebagian
dilimpahkan kepada pemegang haknya, antara
lain, berupa perencanaan peruntukan dan
panggunaan tanah, penggunaan tanah untuk
keperluan pelaksanaan tugasnya, penyerahan
bagian-bagian dari tanah tersebut kepada pihak
ketiga dan atau bekerja sama dengan pihak
ketiga.
OP YANG TIDAK DIKENAKAN BPHTB
PASAL 3 AYAT (1)
OBJEK PAJAK YANG DIPEROLEH :
 Perwakilan diplomatik (asas timbal balik)

 Negara untuk kepentingan umum

 Badan/perwakilan organisasi internasional.

 Orang pribadi/badan karena konversi


hak/perbuatan hukum lain tanpa perubahan
nama.
 Karena wakaf

 Untuk kepentingan ibadah


Objek pajak yang diperoleh orang pribadi/badan
karena konversi hak tanpa perubahan nama

 Konversi hak adalah perubahan hak dari hak lama mejadi hak baru
menurut UUPA, termasuk pengakuan hak oleh pemerintah.
 Konversi hak ini pada dasarnya tidak merupakan peralihan hak atas
tanah, karena subyek hukum yang memiliki hak tersebut sebelum
dilakukan konversi adalah sama dengan setelah dilakukannya
konversi hak.
 Yang berubah adalah jenis hak atas tanah yang dimiliki oleh subyek
hukum tersebut sebagai akibat dari dilakukannya konversi hak.
 Karena tidak ada peralihan hak maka tidak ada perolehan hak baru
akibat konversi hak, sehingga bukan merupakan obyek BPHTB.
 Sebagai contoh adalah peningkatan hak dari Hak Guna Bangunan
(HGB) menjadi Hak Milik, sepanjang pemilik hak atas tanah tersebut
masih tetap sama.
Objek pajak yang diperoleh orang pribadi/badan
karena perbuatan hukum lain tanpa perubahan nama

 Undang-Undang BPHTB mengatur bahwa suatu perbuatan hukum yang


mengakibatkan perolehan hak oleh orang pribadi atau badan dengan
tidak adanya perubahan nama bukan merupakan obyek BPHTB.
 Salah satu bentuk perbuatan hukum dimaksud adalah perpanjangan hak
atas tanah tanpa adanya perubahan nama yang dilaksanakan baik
sebelum maupun setelah berakhirnya hak atas tanah tersebut.
 Misalnya saja Hak Guna Bangunan yang dimiliki oleh Tuan Ahmad
Murba diperoleh tahun 1971 untuk jangka waktu 30 tahun. Pada tahun
2001 HGB atas tanah tersebut berakhir. Agar Tuan Ahmad Murba tidak
kehilangan haknya atas tanah tersebut maka HGB yang dimilikinya
harus diperpanjang oleh Tuan Ahmad Murba sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Permohonan Tuan Ahmad Murba untuk memperpanjang
HGB dimaksud ke Kantor Pertanahan setempat sepanjang masih atas
nama Tuan Ahmad Murba bukan merupakan obyek BPHTB sehingga
pada saat permohonan diajukan tidak ada BPHTB terutang yang harus
dibayar oleh Tuan Ahmad Murba.
Objek pajak yang diperoleh orang pribadi/badan
karena wakaf
 Wakaf merupakan perbuatan hukum orang pribadi
atau badan yang memisahkan sebagian dari harta
kekayaannya yang berupa hak milik tanah dan atau
bangunan dan melembagakannya untuk selama-
lamanya untuk kepentingan peribadatan atau
kepentingan umum lainnya tanpa imbalan apapun.
 Pihak yang memperoleh hak atas tanah dan
bangunan karena wakaf pada dasarnya adalah
orang atau badan yang melakukan kegiatan
peribadatan, sehingga perolehan hak ini
dikecualikan dari pengenaan BPHTB.
•Jual beli
•Tukar menukar
•Hibah Sejak tanggal dibuat dan
•Pemasukan dalam perseroan/ ditandatanganinya akta
Badan hukum
•Pemisahan hak
•Hadiah
•Hibah wasiat
Sejak tanggal penunjukan
Lelang Pemenang lelang

Sejak tanggal putusan


Putusan Hakim Pengadilan yang tetap

Sejak tanggal pendaftaran


•warisan hak
Pemberian hak baru sbg
Sejak tanggal diterbitkan
Kelanjutan pelepasan hak /
Nya surat keputusan
Di luar pelepasan hak
Pemberian hak
“ORANG PRIBADI ATAU BADAN YANG MEMPEROLEH HAK
ATAS TANAH DAN BANGUNAN”

DIKENAKAN KEWAJIBAN MEMBAYAR PAJAK

WAJIB PAJAK
Subjek Pajak
No. Jenis Perolehan Hak Subjek Pajak
1 Jual Beli Pembeli
2 Tukar menukar Pihak yang menerima tanah/bangunan yg ditukar
3 Hibah Penerima Hibah
4 Hibah Wasiat Penerima Hibah Wasiat
5 Waris Ahli Waris (Penerima Waris)
6 pemasukan dalam perseroan perseroan/badan hukum lain yang memperoleh hak atas
atau badan hukum tanah dan bangunan.
7 pemisahan hak yang orang atau badan yang ditetapkan sebagai
mengakibatkan peralihan hak penerima hak atas tanah dan bangunan
8 penunjukan pembeli dalam lelang orang/badan yang ditetapkan sebagai pemenang lelang
9 pelaksanaan dari putusan hakim pihak yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan
yg mempunyai kekuatan hukum tetap dlm putusan hakim yg telah memiliki kekuatan hukum tetap.
10 penggabungan usaha badan usaha yang menjadi tempat bergabung satu atau
lebih badan usaha lain
11 peleburan usaha badan usaha yang didirikan sebagai hasil peleburan usaha
12 pemekaran usaha badan usaha yg baru didirikan sbg hasil pemekaran usaha
13 hadiah orang atau badan memperoleh hadiah
14 perolehan hak baru sebagai orang atau suatu badan yang memperoleh hak atas
kelanjutan pelepasan hak tanah negara yang berasal dari pelepasan hak.
15 perolehan hak baru di luar orang atau suatu badan yang memperoleh hak atas
pelepasan hak tanah negara yang tidak dibebani dengan hak apa pun.
DASAR PENGENAAN
Pasal 87 UU PDRD butir 2 & 3

NILAI PEROLEHAN OBJEK PAJAK


( NPOP )

HARGA TRANSAKSI NILAI PASAR NPOP TDK DIKETAHUI/


LEBIH RENDAH
NJOP

- JUAL BELI
- TUKAR MENUKAR
- PENUNJUKAN PEMBELI
DLM LELANG
- HIBAH - WARIS NJOP PBB
- PEMBERIAN HAK BARU
- dsb-nya
Contoh 1
• Wajib Pajak Hakim membeli tanah dan
bangunan dengan harga transaksi sebesar
Rp. 90.000.000,- NJOP tanah dan
bangunan yang digunakan sebagai dasar
pengenaan PBB sebesar Rp 75.000.000,-.
Sehingga yang dipakai sebagai dasar
pengenaan BPHTB atau NPOP adalah Rp.
90.000.000,-
Contoh 2
• Wajib Pajak Ananda membeli tanah dan bangunan
dengan harga transaksi sebesar Rp. 90.000.000,-.
NJOP tanah dan bangunan yang digunakan sebagai
dasar pengenaan PBB sebesar Rp 105.000.000,-.
Sehingga yang dipakai sebagai dasar pengenaan
BPHTB atau NPOP adalah Rp. 105.000.000
dan bukan Rp 90.000.000.
• Apabila NJOP Bumi dan Bangunan belum
ditetapkan, besarnya Nilai Jual Objek Pajak Bumi
dan Bangunan ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak
(NPOPTKP)
Pasal 87 UU PDRD butir 4

NPOPTKP Ditetapkan dengan Paling Rendah


Rp 60.000.000,- untuk setiap wajib pajak.
Kecuali
Waris, Hibah Wasiat Orang Pribadi dalam Hubungan
Keluarga Sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat ke atas ke bawah, termasuk suami istri Paling
Rendah Rp 300.000.000,-

Diatur Lebih Lanjut Dengan Perda masing-masing daerah


NPOPTKP yg berlaku di wilayah Kanwil DJP Jawa Barat I Tahun
2011 (se-Bandung Raya)

NPOPTKP
NO KOTA/KAB
WARIS & HIBAH
LAINNYA
WASIAT

KOTA BANDUNG (Perda


1. 300 JUTA 60 JUTA
No.2 Tahun 2011)

KAB. BANDUNG (Perda


2. No. 1 Tahun 2011 Kab. 300 JUTA 60 JUTA
Bandung)
Ditetapkan Paling Tinggi 5 %

Tarif Ditetapkan
dengan Perda

-Kab. Bandung Tarif 5%


-Kota Bandung Tarif 5%
BPHTB = (NPOP – NPOPTKP) X TARIF

ATAU
Bila NJOP digunakan sebagai dasar pengenaan :

BPHTB = (NJOP – NPOPTKP) X TARIF


Contoh Perhitungan

Pada tanggal 20 Maret 2011, Tuan A membeli tanah yang terletak di


Kelurahan Cibeunying dengan harga transaksi Rp. 80.000.000,00
sedangkan Nilai Jual Objek Pajak yang digunakan sebagai dasar
pengenaan PBB adalah Rp. 75.000.000,00. Nilai Perolehan Obyek
Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) untuk perolehan hak karena jual
beli untuk Kab. Bandung adalah Rp.60.000.000,00, maka besarnya
BPHTB yang terutang adalah :
 NPOP Rp. 80.000.000,00
 NPOPTKP Rp. 60.000.000,00 ( - )
 NPOP kena pajak Rp. 20.000.000,00
 BPHTB terutang 5% x Rp. 20.000.000,00 Rp. 1.000.000,00
Contoh Perhitungan BPHTB Waris

Tuan C mewariskan sebidang tanah dan bangunan kepada ahli warisnya


yaitu Tuan CC. Nilai pasar tidak diketahui sedangkan NJOP yang diguna-
kan sebagai dasar pengenaan PBB adalah Rp. 400.000.000,00 dan
NPOPTKP karena waris pada kota tempat objek pajak berada ditetapkan
Rp 300.000.000,00. Besarnya BPHTB yang harus dibayar oleh wajib pajak
adalah:
 NPOP Rp. 400.000.000,00
 NPOPTKP Rp. 300.000.000,00 (-)
 NPOP kena pajak Rp. 100.000.000,00
 BPHTB terutang 5% x Rp. 100.000.000,00 Rp. 5.000.000,00
Surat Ketetapan Pajak Daerah
Kurang Bayar (SKPDKB)
Pasal 97 UU PDRD
Dalam jk. Waktu 5 thn
Berdasarkan hasil
pemeriksaan/keterang Dasar
an lain Penagihan
SKBKB (pasal 100)
Fiskus Wajib Pajak

+ bunga 2%/bln
Maks 24 bulan
sejak saat
terhutang s/d
Pajak diterbitkan
Kurang SKPDKB
dibayar
Surat Ketetapan Pajak Daerah
Kurang Bayar Tambahan
(SKPDKBT)
Pasal 97 ayat 3,4
Dalam jk. Waktu 5 thn
Berdasarkan hasil Dasar
pemeriksaan Penagihan
(pasal 100)
SKPDKBT
SKPDKB Fiskus Wajib Pajak

+ kenaikan 100%,
kecuali WP
melapor sebelum
pemeriksaan

Novum
Menagih pajak yang tidak/
kurang dibayar
+ bunga 2%/
Bulan, maks
15 bln sejak
Saat terhu-
Menagih pajak yang kurang
tang pajak
STPD
dibayar karena salah tulis/
Hitung pada SPTPD

Menagih sanksi adminis-


trasi berupa bunga dan/
Atau denda
Contoh Perhitungan STPD,SKPDKB, SKPDKBT
STD
Pada tanggal 5 Maret 2011 Tuan E membeli tanah, penanda tanganan akta jual beli dilakukan
pada hari itu juga. Berdasarkan NPOP, jumlah BPHTB yang terutang adalah Rp. 1.000.000,00
dan dibayar oleh Tuan E pada tanggal 7 Maret 2011. Sesuai dengan ketentuan, BPHTB terutang
pada saat ditanda -tanganinya akta jual beli, maka atas keterlambatan pembayaran tersebut
Tuan E dikenakan sanksi administrasi sebesar :
2% x Rp. 1.000.000,00 = Rp. 20.000,00
SKPDKB
Pada tanggal 10 Januari 2011 Tuan F menanda tangani akta jual beli sebidang tanah dengan
NPOP sebesar Rp. 100.000.000,00 sedangkan NJOP PBB atas tanah tersebut pada tahun 2011
adalah Rp. 135.000.000,00. BPHTB yang terutang telah dilunasi oleh Tuan F pada tanggal 05
Januari 2011 sebesar Rp. 2.000.000,00 dengan dasar pengenaaan pajaknya NJOP tahun 2010.
Pada tanggal 04 Pebruari 2011, berdasarkan hasil pemeriksaan pajak yang seharusnya terutang
ternyata kurang dibayar.
BPHTB yang seharusnya terutang adalah sebagai berikut :
 NPOP Rp. 135.000.000,00
 NPOPTKP Rp. 60.000.000,00 ( - )
 NPOP kena pajak Rp. 75.000.000,00
 BPHTB terutang 5% x Rp. 75.000.000,00 Rp. 3.750.000,00
 Sudah dibayar Rp. 2.000.000,00 ( - )
 Kurang dibayar Rp. 1.750.000,00
 Sanksi adm. 2% x Rp. 1.750.000,00 Rp. 35.000,00
(+)
 BPHTB yang masih harus dibayar (SKBKB) Rp. 1.785.000,00
Contoh Perhitungan STPD,SKPDKB, SKPDKBT
(1)
SKPDKB
Tuan Surgo pada tanggal 15 Januari 2011 membeli properti dari Ibu Evi, luas
tanah 500 m2, luas bangunan 160 m2 dengan harga transkasi Rp. 600.000.000
dan BPHTB telah dibayar lunas. Tanggal 10 Mei 2011 setelah dilakukan kroscek
NJOP, diketahui NJOP tanah Rp. 1.416.000/m2, NJOP Bangunan Rp.
1.200.000/m2, sehingga diterbitkan SKDKB tanggal 11 Mei 2011. Pada tanggal
10 Juni 2011 diketahui Ibu Evi telah membeyar PPh finala penjualan tanah dan
bangunan sebesar Rp. 50.000.000, atas temuan itu diterbitkan SKPDKBT pada
tanggal 23 Juni 2011.
BPHTB yang seharusnya terutang adalah sebagai berikut :
 NPOP Rp. 1.000.000.000,00
 NPOPTKP Rp. 60.000.000,00
( -)
 NPOP kena pajak Rp. 940.000.000,00
 BPHTB terutang 5% x Rp. 940.000.000,00 Rp. 47.000.000,00
 Sudah dibayar Rp. 27.000.000,00
( -)
 Kurang dibayar Rp. 20.000.000,00
 Sanksi adm. 8% x Rp. 20.000.000,00 Rp. 1.600.000,00(+)
 BPHTB yang masih harus dibayar (SKPDKB) Rp. 21.600.000,00
Contoh Perhitungan STPD,SKPDKB, SKPDKBT
(lanjutan)
SKPDKB
Tuan Surgo pada tanggal 15 Januari 2011 membeli properti dari Ibu Evi, luas
tanah 500 m2, luas bangunan 160 m2 dengan harga transkasi Rp. 600.000.000
dan BPHTB telah dibayar lunas. Tanggal 10 Mei 2011 setelah dilakukan kroscek
NJOP, diketahui NJOP tanah Rp. 1.416.000/m2, NJOP Bangunan Rp.
1.200.000/m2, sehingga diterbitkan SKDKB tanggal 11 Mei 2011. Pada tanggal
10 Juni 2011 diketahui Ibu Evi telah membeyar PPh finala penjualan tanah dan
bangunan sebesar Rp. 50.000.000, atas temuan itu diterbitkan SKPDKBT pada
tanggal 23 Juni 2011.
BPHTB yang seharusnya terutang adalah sebagai berikut :
 NPOP Rp. 900.000.000,00
 NPOPTKP Rp. 60.000.000,00
( -)
 NPOP kena pajak Rp. 840.000.000,00
 BPHTB terutang 5% x Rp. 840.000.000,00 Rp. 42.000.000,00
 Sudah dibayar Rp. 37.000.000,00
( -)
 Kurang dibayar Rp. 5.000.000,00
 Sanksi adm. 100% x Rp. 5.000.000,00 Rp. 5.000.000,00(+)
 BPHTB yang masih harus dibayar (SKPDKBT)Rp. 10.000.000,00
DASAR PENAGIHAN PAJAK
Pasal 101

SKPDKB, SKPDKBT, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat


Keputusan Keberatan maupun Putusan Banding yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah

Harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1


(satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

Tata Cara Pembayaran Diatur dengan Peraturan


Kepala Daerah
SURAT PAKSA
Pasal 102

JUMLAH PAJAK TERUTANG

BERDASARKAN

SKPDKB, SKPDKBT, SURAT TAGIHAN PAJAK DAERAH, DAN SURAT


KEPUTUSAN PEMBETULAN, SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN DAN
SURAT KEPUTUSAN BANDING

TIDAK ATAU KURANG DIBAYAR PADA


WAKTUNYA

DAPAT DITAGIH DENGAN SURAT PAKSA


SKPDKB
SKPDKBT SKPDN

SKPDLB

KEPUTUSAN:
Ditolak
Diterima
Maks 3 Menambah
Maks. (Pasal 104)
bln sejak KEPALA 12 bln
diterima DAERAH
SKP
SK
KEBERATAN

PASAL 103
Maks. 3 bln sejak SK
Keberatan diterima

BANDING

Wajib Pajak Badan/Peradilan


(Menolak) Penyelesaian Sengketa Pajak

Wajib Pajak
(Menerima) PEMBAYARAN
Kondisi tertentu WP
yang ada hubungannya
DIBERIKAN KARENA dengan Objek Pajak

HAL- HAL TERTENTU


Kondisi WP yang ada
hubungannya dengan
sebab-sebab tertentu

( PASAL 107 huruf e)


47
PENGEMBALIAN KELEBIHAN
PEMBAYARAN
( PASAL 106 )

Karena keberatan/
Banding yang dikabul
Kan sebagian atau
seluruhnya

SKPDLB + bunga
2%/bln,
Maks 24 bulan
(dihitung sejak bulan
pelunasan s.d
diterbitkan SKPDLB)
KETENTUAN BAGI PEJABAT PS. 91

WP SERAHKAN BPHTB
(1) PPAT PENANDA TGN AKTE

(2) PEJABAT PENAND RISALAH


LELANG LELANG

(3) PEJABAT PERTANAHAN PENAND PENDAFT WARIS,


HIBAH, HIBAH WASIAT

PELAPORAN (pasal 92)

PPAT / KPPLN MELAPORKAN PEMBUATAN AKTA / RISALAH


LELANG  TGL 10 BULAN BERIKUTNYA
SANKSI PS.93
PPAT, PEJABAT KP2LN MELANGGAR PS 91 AYAT (1) DAN (2) -

SANKSI ADM DAN DENDA Rp 7.500.000,-

PPAT,KP2LN MELANGGAR PS 92 AYAT (1)

SANKSI ADM DAN DENDA Rp 250.000,-

PEJABAT BERWENANG TERBITKAN PEMBERIAN HAK MELANGG PS 91


AYAT (3)

SANKSI MENURUT KETENTUAN PER-UU YG BERLAKU

Anda mungkin juga menyukai