Anda di halaman 1dari 44

Skenario 2

Ruam Seluruh
Tubuh

A - 15
Struktur Keanggotaan

Ketua : Fanny Domingga (1102016064)


Sekertaris : Baiq Dwi Praptini (1102016041)
Anggota : Arki Farros (1102015035)
Agami Zulaiho Tazkiyah (1102016010)
Azizah (1102016040)
Elvira Eldysta (1102016060)
Fiona Salfadilla (1102016073)
Ichsan Maulana (1102016086)
Megan Grishelda (1102016116)
Ruam Seluruh Tubuh

Seorang ibu membawa anak perempuan usia 5 tahun ke RS dengan keluhan


keluar ruam merah di seluruh tubuh sejak tadi pagi. Sejak 4 hari yang lalu anak
demam disertai batuk, pilek, mata merah, muntah, dan buang air besar lembek
2x / hari dan nafsu makan menurun. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum
pasien tampak lemah, suhu 39°C. Dalam rongga mulut terlihat koplik spot dan
terdapat ruam makulopalpular di belakang telinga, wajah, leher, badan dan
ekstremitas. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Hasil laboratorium
ditemukan leukopenia.
Kata Sulit

– Ruam : Bercak merah pada kulit (widoyo,2012)


– Koplik spot : Tanda patognomonik untuk campak, muncul pada hari
ke 10 ± 1 infeksi suatu bintik putih-keabuan sebesar butiran pasir (Philips, 1983)
– Makulopapular : Bintik & benjol kemerahan pada kulit
(kamuskesehatan.com pada 2 april 2014)
Pertanyaan

1. Bagaimana etiologi dan patofisiologi penyakit ini?


2. Mengapa muncul ruam?
3. Mengapa terdapat koplit spot
4. Apa saja gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini?
5. Bagaimana tatalaksana penyakit ini?
6. Apakah ada komplikasi dari penyakit ini?
Hipotesis

Campak disebabkan oleh virus paramyxovirus yang cara transmisinya melalui


doplet dari penderita campak kepada orang yang sehat yang masuk melalui
inhalasi. Virus paramyxovirus yang masuk kedalam tubuh manusi sehat akan
menyerang jaringab jaringan epitel dan mukosa mulut serta konjungtiva. Yang
dimana penyakit ini disertai dengan gejala demam, batuk , pilek, diare,
munculnya ruam dan ditemukan koplit spot pada permukaan rongga mulut.
Pasien dapat didiagnosis dari anamesa dan pemeriksaan fisik. penyakit ini dapat
ditanani secafa farmako dan non farmako.Penyakit ini dapat disertai komplikasi
seperti dehidrasj dan lain-lain.
LO 1. Memahami dan
Menjelaskan
Paramyxovirus

Definisi
– Morbili virus merupakan orde Monogavirales, family Paramyxoviridae,
subfamily Paramyxoviridae, dan genus Morbillivirus. Hospes naturalnya adalah
manusia, anjing, dan sapi. Virus morbili spesifik dapat menyebabkan campak (di
manusia), Caninen distemper (di anjing, coyotes, serigala, dan anjing laut),
rinderpest (di sapi), dan peste-des-petis-ruminant (di kambing dan domba).
– Virus campak/virus Rubella adalah virus RNA berantai tunggal. Virus campak
hanya menginfeksi manusia, dimana virus campak ini tidak aktif oleh panas,
cahaya, pH asam, eter, dan tripsin (enzim). Ini memiliki waktu kelangsungan
hidup singkat di udara, atau pada benda dan permukaan.
LO 1. Memahami dan
Menjelaskan
Paramyxovirus

Morfologi
– virus paramyxovirus memiliki ukuran – memiliki amplop untuk perlindungan
150-350 nm dengan struktur yang terdiri saat berada diluar sel (ekstraseluler),
dari spike, amplop, dan nukleokapsid amplop tersusun atas lipoprotein yang
– berbentuk bulat (spherical) atau berhubungan dengan spike yang juga
plemorpik. tersusun atas glikoprotein
– Nukleokapsidnya berbentuk heliks
dikelilingi oleh amplop, pada bahan – Nucleocapsidnya berbentuk heliks
genetiknya terdapat untai tunggal
dengan panjang 18 nm. Virus ini
genetik dengan RNA sense negative 15-
17 kb yang mengandung nucleoprotein,
mempunyai pleomorphic dan RNA
phospoprotein, dan protein L (large) strand negatif dengan jumlah nucleik
acid 5%
– Selubung kapsulnya terdiri dari
glikoprotein viral (G, H, HN) (kadang – virus ini dilengkapi dengan enzim
membawa aktivitas hemaglutinin atau polymerase untuk pembentukan
neuraminidase) dan glikoprotein fusi (F) strand RNA positifnya
(Hulo, et al., 2011). (Kvellestad et al., 2003).
Produk gen Lokasi Fungsi Ukuran
Nucleoprotein (N) Major Internal Protein Melindungi Viral RNA 59 kDa

Polymerase Phospoprotein (P) Berasosiasi dengan Memungkinkan proses 63 kDa


Nukleoprotein transkripsi

Matrix (M) Di dalam amplop virion Untuk perakitan virion 39 kDa

Fusion Faktor (F) Glikoprotein amplop Faktor aktif untuk fusion sel, 60 kDa
hemolisis dan pemasukan viral

Hemaglutinin-neuraminidase Glikoprotein amplop Pelekatan protein viral 62 kDa


(HN), Hemaglutinin (H),
Glikoprotein (G)
Large Protein (L) Berasosiasi dengan Sebagai enzim polymerase 249 kDa
Nukleoprotein

C Protein No structural protein Berasal dari transkrip mRNA 25 kDa


sebagai P namun berbeda RF

V Protein No structural protein Diproduksi dari P transkrip 42 kDa


melalui editing RNA

(Nylund et al., 2008).


LO 1. Memahami dan
Menjelaskan
Paramyxovirus

Klasifikasi
Genus
Respirovirus

Genus
paramyxovirinae
Morbilivirus

Genus
Rubulavirus
Paramyxovirus

Genus
Pneumovirus
pneumovirinae
Genus
Metepneumovirus
Dari klasifikasi/pengelompokkan virus berdasarkan subfamili
dan genusnya, seluruhnya hanya ditemukan pada hewan-
hewan darat seperti reptile, aves dan mamalia termasuk
manusia. Namun Batts et al. (2008) menemukan virus yang
diisolasi dari ikan salmon yakni :

Order : Mononegavirales
Atlantic Salmon Paramyxovirus dan Pasific Atlantic
Paramyxovirus yang memiliki hubungan kekerabatan dekat Family : Paramyxoviridae
pada family Paramyxoviridae sehingga memasukkannya ke Subfamily : Paramyxovirinae
dalam genus baru yakni Aquaparamyxovirus. Adapun
Genus : Aquapramyxovirus
klasifikasinya menurut (Hulo, et al., 2011) adalah sebagai
berikut: Species : Atlantic Salmon Paramyxovirus
LO 1. Memahami dan
Menjelaskan
Paramyxovirus

Cara Transmisi
Attachment Menurut Hulo et al. (2011) replikasi virus ini
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

Fusion atau penetrasi Ribonukleokapsid

Transkrip sequential Replikasi


LO 2. Memahami dan
Menjelaskan Campak

Definisi
– Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,
yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi,
yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu
Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).
– Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan
gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam
scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson,
EGC, 2000 ).
– Campak adalah suatu penyakit akut dengan daya penularan tinggi, yang ditandai
dengan demam, korisa, konj'ungtivitis, batuk disertai enanthem spesifik (Koplik's
spot) diikuti ruam makulopapular menyeluruh.
Campak merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi pada anak,
sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal (4 hari sebelum
muncul ruam) sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Campak
timbul karena terpapar droplet yang mengandung virus campak. Sejak program
imunisasi campak dicanangkan, jumlah kasus menurun, namun akhir-akhir ini
kembali meningkat. Di Amerika Serikat, timbul KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan
147 kasus sejak awal Januari hingga awal Februari 2015.3 Di Indonesia, kasus
campak masih banyak terjadi dan tercatat peningkatan jumlah kasus yang
dilaporkan pada tahun 2014.4
LO 2. Memahami dan
Menjelaskan Campak

Etiologi
– Campak adalah penyakit virus akut yang – Protein M (Matrix) di permukaan dalam
disebabkan oleh RNA virus genus Morbillivirus lapisan pelindung virus berperan penting
famili Paramyxoviridae. Virus ini dari famili dalam penyatuan virus. Di bagian dalam
yang sama dengan virus gondongan (mumps), virus terdapat protein L (Large), NP
virus parainuenza, virus human (Nucleoprotein), dan P (Polymerase
metapneumovirus, dan RSV (Respiratory phosphoprotein). Protein L dan P berperan
Syncytial Virus). dalam aktivitas polimerase RNA virus,
– Virus campak berukuran 100-250 nm dan sedangkan protein NP berperan sebagai
mengandung inti untai RNA tunggal yang struktur protein nucleocapsid.
diselubungi dengan lapisan pelindung lipid. – virus campak dikelilingi lapisan pelindung
Virus campak memiliki 6 struktur protein lipid, maka mudah diinaktivasi oleh cairan
utama. Protein H (Hemagglutinin) berperan yang melarutkan lipid seperti eter dan
penting dalam perlekatan virus ke sel kloroform. Selain itu, virus juga dapat
penderita. Protein F (Fusion) meningkatkan diinaktivasi dengan suhu panas (>370C),
penyebaran virus dari sel ke sel. suhu dingin (<200C), sinar ultraviolet, serta
kadar (pH) ekstrim (pH <5 dan >10).5,7 Virus
ini jangka hidupnya pendek (short survival
time), yaitu kurang dari 2 jam.
LO 2. Memahami dan
Menjelaskan Campak

Patofisiologi
Eritema membentuk
Droplet infection virus morbili, Saluran nafas : batuk, makulapapular, timbul
melekat di epitel saluran pilek, ruam dari belakang
pernafasan danpaling banyak di bronkopneumonia telinga lalu keseluruh
nasofaring tubuh

Makrofag membawa virus ke Saluran cerna : diare,


KGB, terjadi inflamasi : demam, Radang konjungtiva :
mulut pahit, dehidrasi,
KGB bengkak. konjungtivitis (mata
gangguan integritas
merah)
(viremia primer) kulit.

Virus melekat di epitel saluran


nafas dan epitel orgal lain Setelah 15 – 17 hari
seperti usus, kulit, mukosa mata, Timbul gejala infeksi viremia berkurang dan
mukosa mulut. menghilang
(viremia skunder)
Stadium prodromal: Stadium eksantem:
Berlangsung kirakira 3 hari (kisaran 2-4 hari),
ditandai dengan demam yang dapat mencapai Timbul ruam makulopapular dengan penyebaran
39,5 ± 1,10 Selain demam, dapat sentrifugal yang dimulai dari batas rambut di
timbul gejala berupa malaise, coryza belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah,
(peradangan akut membran mukosa rongga leher, dada, ekstremitas atas, bokong, dan akhirnya
hidung), konjungtivitis (mata merah), dan batuk. ekstremitas bawah. Ruam ini dapat timbul selama 6-
Gejala-gejala saluran pernapasan menyerupai 7 hari. Demam umumnya memuncak (mencapai 40
gejala infeksi saluran pernapasan yang ) pada hari ke 2-3 setelah munculnya ruam.1,5,7 Jika
disebabkan oleh virus-virus lain. Konjungtivitis demam menetap setelah hari ke-3 atau ke-4
dapat disertai mata berair dan sensitif terhadap umumnya mengindikasikan adanya komplikasi.7,9
cahaya (fotofobia). Tanda patognomonik berupa
enantema mukosa buccal yang disebut Koplik
spots yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3 Stadium penyembuhan (konvalesens):
demam. Bercak ini berbentuk tidak teratur dan
kecil berwarna merah terang, di tengahnya
didapatkan noda putih keabuan. Timbulnya Setelah 3-4 hari umumnya ruam berangsur
bercak Koplik ni hanya sebentar, kurang lebih 12 menghilang sesuai dengan pola timbulnya. Ruam
jam sehingga sukar terdeteksi dan biasanya kulit menghilang dan berubah menjadi kecoklatan
luput saat pemeriksaan klinis. yang akan menghilang dalam 7-10 hari.
LO 2. Memahami dan
Menjelaskan Campak

Diagnosis dan Diagnosis Banding


Diagnosis
– Anamnesis berupa demam, batuk, pilek, mata merah, dan ruam yang mulai
timbul dari belakang telinga sampai ke seluruh tubuh.
– „Pemeriksaan fisik berupa suhu badan tinggi (>380C), mata merah, dan ruam
makulopapular, bising usus, tekanan darah.
– „Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan darah berupa leukopenia dan
limfositopenia. Pemeriksaan imunoglobulin M (IgM) campak juga dapat
membantu diagnosis dan biasanya sudah dapat terdeteksi sejak hari pertama
dan ke-2 setelah timbulnya ruam. IgM campak ini dapat tetap terdeteksi
setidaknya sampai 1 bulan sesudah infeksi.5,6
Diagnosis Banding
– „Rubella (Campak Jerman) dengan gejala lebih ringan dan tanpa disertai batuk.
– „Roseola infantum dengan gejala batuk ringan dan demam yang mereda ketika
ruam muncul.
– „Parvovirus (fifth disease) dengan ruam makulopapular tanpa stadium
prodromal.
– „Demam scarlet ( scarlet fever) dengan gejala nyeri tenggorokan dan demam
tanpa konjungtivitis ataupun coryza.
– „Penyakit Kawasaki dengan gejala demam tinggi, konjungtivitis, dan ruam, tetapi
tidak disertai batuk dan bercak Koplik. Biasanya timbul nyeri dan
pembengkakan sendi yang tidak ada pada campak
LO 2. Memahami dan
Menjelaskan Campak

Manifestasi Klinik dan Komplikasi


Saluran pernapasan: bronkopneumonia, aringotrakeobronkitis (croup)
„Saluran pencernaan: diare yang dapat diikuti dengan dehidrasi
Telinga: otitis media
Susunan saraf pusat:
– Ensefalitis akut: timbul pada 0,01 – 0,1% kasus campak. Gejala berupa demam, nyeri kepala, letargi, dan
perubahan status mental yang biasanya muncul antara hari ke-2 sampai hari ke-6 setelah munculnya
ruam. Umumnya self-limited (dapat sembuh sendiri), tetapi pada sekitar 15% kasus terjadi perburukan
yang cepat dalam 24 jam. Gejala sisa dapat berupa kehilangan pendengaran, gangguan perkembangan,
kelumpuhan, dan kejang berulang.
– Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE): suatu proses degeneratif susunan saraf pusat yang
disebabkan infeksi persisten virus campak, timbul beberapa tahun setelah infeksi (umumnya 7 tahun).
Penderita mengalami perubahan tingkah laku, retardasi mental, kejang mioklonik, dan gangguan
motorik.
Mata: keratitis
Sistemik: septikemia karena infeksi bakteri sekunder
LO 2. Memahami dan
Menjelaskan Campak

Tatalaksana
– Suportif : Tirah baring, hindari – Ensefalopati : Kloramfenikol 75
cahaya, serta pemberian cairan dan mg/KgBB/hari dibagi 4 dosis dan
nutrisi yang adekuat. ampisilin 100 mg/KgBB/hari dibagi 4
– Indikasi rawat inap : hiperpireksia, dosis selama 7-10 hari. Deksametason
dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, dengan dosis awal 1 mg/KgBB/hari,
atau disertai komplikasi. dilanjutkan 0,5 g/KgBB/hari dibagi dalam
3 dosis sampai kesadaran membaik.
– Pemberian vitamin A untuk usia <6 Pemberian yang melebihi 5 hari, lakukan
bulan sebanyak 50.000 IU, usia 6 tapering-off saat menghentikan terapi.
bulan – 1 tahun sebanyak 100.000 Kebutuhan cairan dikurangi sampai ¾
IU, anak >1 tahun sebanyak 200.000 kebutuhan, serta koreksi gangguan
IU. Apabila disertai gejala pada mata elektrolit.
akibat kekurangan vitamin A atau
gizi buruk, diberikan 3 kali ; hari 1, – Bronkopneumonia : Oksigen 2
hari 2, dan 2-4 minggu setelah dosis liter/menit. Kloramfenikol 75
kedua. mg/KgBB/hari dibagi 4 dosis dan
ampisilin 100 mg/KgBB/hari dibagi 4
dosis selama 7-10 hari.
LO 2. Memahami dan
Menjelaskan Campak

Pencegahan
– Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella).
Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014, vaksin campak diberikan pada usia 9 bulan.
Selanjutnya, vaksin penguat dapat diberikan pada usia 2 tahun. Apabila vaksin MMR diberikan pada
usia 15 bulan, tidak perlu vaksinasi campak pada usia 2 tahun. Selanjutnya, MMR ulangan diberikan
pada usia 5-6 tahun.13 Dosis vaksin campak ataupun vaksin MMR 0,5 mL subkutan.
– Imunisasi ini tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imunodefisiensi primer, pasien
tuberkulosis yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ, pengobatan imunosupresif
jangka panjang atau anak immunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak terinfeksi HIV tanpa
imunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bisa mendapat imunisasi campak
– Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum
konvalesens,globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah
efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah
dengan menggunakan imunoglobulin serum dengan dosis 0,25 mL/kg diberikan
secara intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik
sesegera mungkin. Proteksi sempurna terindikasi untuk bayi, anak dengan
penyakit kronis dan untuk kontak di bangsal rumah sakit anak.
– Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena
penyakitcampak dalam kurun waktu 15-17 hari, demikian pula bagi penderita
campak untuk diisolasi selama 15-17 hari guna menghindari penularan
lingkungan sekitar.
LO 2. Memahami dan
Menjelaskan Campak

Prognosis
– Campak merupakan self limited disease, namun sangat infeksius. Mortalitas dan
morbiditas meningkat pada penderita dengan faktor risiko yang mempengaruhi
timbulnya komplikasi. Di negara berkembang, kematian mencapai 1-3%, dapat
meningkat sampai 5-15% saat terjadi KLB campak.
Morbiditas campak dipengaruihi oleh beberapa faktor seperti :
– Diagnosis dini, pengobatan yang kurang adekuat terhadap komplikasi yang timbul.
– Kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orangtua penderita
– Penggunaan fasilitas kesehatan yang kurang.
Daftar Pustaka
– Hulo, C., Castro, E., Masson, P., Bougueleret, L., Bairoch, A., Xenarios, I. and Le Mercier, P. 2011. A
Knowledge Resource to Understand Virus Diversity. Nucleic Acid Res (Data Base of Virus). Viral
Zone.Expasy.Org.
– Kvellestad, A., Danneving, B. H. and Falk, K. 2003. Isolation and partial characterization of a novel
paramyxovirus from the gills of diseased seawater-reared Atlantic salmon (Salmo salar L.). National Veterinary
Institute. Norwey. Journal of General Virology, 84; 2179-2189.
– Kvellestad, A., Falk, Knut., R, Solveig M., Kjell Flesjå., Jan, Arne Holm. 2005. Atlantic salmon paramyxovirus
(ASPV) infection contributes to proliferative gill inflammation (PGI) in seawater-reared Salmo salar. Diseases
Of Aquatic Organisms Journal. Vol. 67: 47–54.
– Batts, W. N. and Winton, J. R. 2012. Other Virus Isolated from Fish. USGS Westrn Fisheries Research Center.
– Fridel, F., Devold, M., Nylund, A. 2004. Phylogenetic position of a paramyxovirus from Atlantic salmon
FridelSalmo salar. Disease
– Ilmu Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991. FKUI
– Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000.
– CDK-238/ vol.43 no.3, th. 2016 (Campak Pada Anak)
TERIMAKASIH

SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai