Anda di halaman 1dari 19

dr. Rangga Rayendra Saleh, Sp.

THT-KL
PREVALENSI

WHO  75% kasus difteri terjadi di


Asia Timur Selatan dan India (71%
dari 4880 kasus difteri di seluruh
dunia tahun 2011)6

41% pada pasien dengan riwayat


imuninasi lengkap
59% riwayat imunisasi tidak
Puncak usia 5-20 (riwayat
lengkap5
imunisasi) dan 20-30
tahun (tanpa imunisasi)5
80% terjadi pada usia < 15
tahun7 Di RSCM tahun 2011-2014
dilaporkan sebanyak 5 kasus (usia
< 15 tahun)
PATOFISIOLOGI
Manusia merupakan host
penerima C. diphtheria

disebarkan melalui
droplet saluran napas dan
Difteria kontak langsung dari lesi
kulit

Dapat positif pada sekret hidung,


Pada lebih dari 90% tenggorok, mata, lesi kulit pada 2
pasien, fokal primer sampai 6 minggu dari infeksi
dari infeksi difteri pertama
biasanya pada tonsil
atau faring, diikuti oleh
hidung dan laring.
WASPADA DIFTERI
Jika anda memiliki salah satu gejala di bawah ini :
• Suara Serak
• Tenggorok terasa sakit
• Nyeri saat menelan
• Demam
• Kesulitan bernapas
• Pembengkakan di leher
• Ada bercak putih di tenggorok
• Pernah kontak dengan penderita difteri (< 2 minggu)
DIFTERI TONSIL DAN FARING

• Nyeri menelan & • Sesak & Ortopnea


tenggorok • Disfagia
• Demam • Perspitasi
• Malaise • Edema leher yang
• Batuk mengobliterasi sudut
• Rhinitis pada rahang, batas m.
• Muntah sternocleidomastoideus,
dan batas tengah
• Nyeri perut & dada
klavikula
• Palpitasi
DIFTERI LARING

• Suara serak • Limfadenopati


• Obstruksi jalan napas • Edema leher
yang bertambah berat (gambaran bull-neck)
• Napas bunyi, stridor • Pasien menarik
yang progresif kepalanya ke belakang
• Retraksi epigastrium, untuk mengurangi
suprasternal, tekanan pada
interkostal dan tenggorok dan laring.
supraklavikula • Krepitasi bilateral &
• Napas berbau tidak wheezing paru
sedap
Klasifikasi Difteri
• Suspek difteri : adalah orang dengan gejala
faringitis, tonsilitis, laringitis, trakeitis (atau
kombinasi), tanpa demam atau kondisi subfebris
disertai dengan adanya pseudomembran putih
keabu-abuan/ kehitaman pada salah satu atau
kedua tonsil yang berdarah bila terlepas dan
dilakukan manipulasi. Sebanyak 94% kasus difteri
mengenai tonsil dan faring
Klasifikasi Difteri
• Kasus probable difteri adalah orang dengan gejala
laringitis, nasofaringitis, atau tonsilitis ditambah
pseudomembran putih keabu-abuan yang tidak mudah
lepas dan mudah berdarah di faring, laring, tonsil (susp
Difteri) ditambah salah satu dari :
a. Pernah kontak dengan kasus (< 2 minggu)
b. Status imunisasi tidak lengkap, termasuk belum
dilakukan booster
c. Stridor dan bullneck
d. Perdarahan submukosa atau petekie pada kulit
e. Gagal jantung toksik, gagal ginjal akut
f. Miokarditis dan/ atau kelumpuhan motorik 1 s/d 6
minggu setelah onset
g. Meninggal
TATALAKSANA

Anti Difteri Serum Tatalaksana Sumbatan Antibiotik


• Dosis tunggal 20.000- Jalan Napas • Eritromisin, penisilin,
100.000 IU azitromisin atau
• Trakeostomi emergensi
• Jalan terbaik pemberian klaritromisin
dilakukan tanpa intubasi
melalui IV untuk mencegah • Eritromisin IV atau oral:
dosis 40-50 mg/kgBB/hari,
• Difteria laring/faring  terdorongnya
4x/hari, dosis max 2 gr,
20.000-40.000 IU, difteria pseudomembran lebih selama 14 hari
berat (bull neck dan jauh ke dalam saluran
• Penisilin prokain G IV atau
pseudomembran luas)  napas bawah IM: BB < 10kg dosis 300.000
40.000-100.000 IU.15 IU/hari, BB > 10kg dosis
600.000 IU/hari selama 14
hari ATAU 50.000-100.000
IU/kgBB/hari selama 10 hari.
DISKUSI
Tatalaksana Trakeostomi
Pada pasien dilakukan trakeostomi primer untuk mengatasi
sumbatan jalan napas atas namun hal tersebut tidak banyak
membantu, karena pada saat dilakukan trakeostomi ditemukan
pseudomembran sudah memenuhi daerah laring dan trakea, bila
sudah ditemukan pseudomembran pada lumen trakea
menunjukkan konsentrasi eksotoksin sudah sangat tinggi,
sehingga komplikasi lainnya harus segera diatasi.
KOMPLIKASI & DIAGNOSIS DIFERENSIAL

KOMPLIKASI
Miokarditis • Tonsilitis dan faringitis
(awal infeksi) streptococcus
• Tonsilitis viral
• Angina Plaut Vincent
Neuritis
• Infeksi mononukleosis
• Mumps (pada kasus bull
neck)

Kelumpuhan palatum
mole, otot mata,
lengan, tungkai
(minggu III)

Kelumpuhan dari otot


mata, lengan, tungkai
dan diafragma
(minggu ke V) 
Pneumonia sekunder8
ALUR PENANGANAN DIFTERI
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai