Anda di halaman 1dari 56

MEMAHAMI REAKSI VAKSIN

05-basicvax.ppt
TUJUAN

Pada akhir pelatihan peserta diharapkan mampu untuk:


Menyebutkan dasar penggunaan vaksin serta hubungan
sifat-sifat vaksin dengan reaksi simpangnya dalam
program imunisasi
Menjelaskan profil keamanan vaksin tertentu
Menerangkan perhatian khusus dan kontra indikasi
penggunaan vaksin
Mengenali secara klinis reaksi penting vaksin pasca
imunisasi, seperti anafilaksis.
PRINSIP IMUNISASI
Tujuan imunisasi adalah:
Mendapatkan respon imun/ kekebalan
Memproduksi sel B dan sel T memori
Meningkatkan respons imun humoral (antibodi)
dan seluler (limfosit) terhadap patogen
Vaksin seharusnya:
Memiliki efek samping minimal
Mencegah/ mengurangi tingkat keparahan penyakit
infeksi
Kualitas terjamin dan selalu tersedia untuk
digunakan secara luas
SYARAT VAKSIN YANG BAIK
Respons imun yang adekuat
Memiliki proteksi jangka panjang
(terhadap strain yang paling ganas dan sering
dijumpai)
Aman
Stabil
Terjangkau
Jumlah injeksi seminimal mungkin
Jumlah antigen semaksimal mungkin
Apakah sifat vaksin berhubungan dengan
terjadinya kejadian ikutan?

Jenis vaksin
Rute/ cara pemberian
Zat tambahan/ kandungan lain
Jenis Vaksin
1. Vaksin yang dilemahkan
 Oral polio, MMR, BCG, Yellow fever
2. Vaksin mati
 Whole cell particle or split vaccines (influenza, IPV, hepatitis A,
pertussis)
3. Vaksin Subunit
 Meningococcal vaccine, Haemophilus influenzae vaccine
4. Toxoid
 Diphtheria, tetanus
5. Antigen Rekombinan
 Hepatitis B
6. Vaksin kombinasi
 DPT, MMR, OPV, DPT+Hib+Hep B

Jenis vaksin akan berdampak terhadap profil keamanan


vaksin
JENIS VAKSIN

Vaksin Bakteri Vaksin Virus

Vaksin
Sensitif Suhu • BCG OPV
Panas Campak

Vaksin MMR
Sensitif Suhu Varisela
Dingin Yellow Fever

Vaksin
• Difteria • Meningo • Influenza
Sensitif • Tetanus • Pneumo • Rabies
Suhu • Pertusis • Hib • Hepatitis B
Dingin
• Cholera • Tifoid • IPV • Hepatitis A
VAKSIN HIDUP YANG DILEMAHKAN
(LIVE ATTENUATED VACCINES)
Bahan aktif
Organisme hidup
Meniru infeksi alamiah tanpa menimbulkan penyakit
Virulensi
sangat berkurang
Strain
dipilih yang replikasinya sedikit pada organ untuk
meminimalisasi kerusakan
Prosedur penyediaan
Menjalani tes potensi, tes neuro-virulensi, tes untuk strain liar
dan zat tambahan lain
Contoh
Measles, mumps, rubella, OPV (Sabin), BCG, yellow fever

Apa masalah keamanan vaksin yang diprediksi dari vaksin hidup?


VAKSIN MATI / INAKTIF

Bahan
Mikroorganisme hidup yang dimatikan dengan cara
pemanasan atau kimiawi (misalnya formalin)

Prosedur penyediaan bahan


Hasil akhir harus diuji untuk sterilitas, inaktivasi
mikroorganisme, potensi, endotoksin, konsentrasi
residual, pH, dll.

Contoh: Salk polio vaccine, rabies vaccine, hepatitis A


vaccine, pertussis vaccine
METODE YANG DIGUNAKAN UNTUK
MEMPERKUAT RESPONS IMUN

Konjugasi
contohnya Hib vaccine
Ajuvan
contohnya garam aluminium, M59 (oil-based
emulsion)

Mengapa digunakan ajuvan?


Apa reaksi simpang yang dihubungkan dengan
aluminium sebagai ajuvan?
KOMPONEN DARI FORMULASI VAKSIN
Suspending agents
Contoh: air, salin/garam
Bahan pengawet
Contoh: thiomerosal
Stabilisator
Contoh: sorbitol & hydrolyzed gelatin - MMR
Ajuvan
Contoh: garam aluminium
Substansi lain yang mungkin ada
Residu pada medium pertumbuhan
Antibiotik
Contoh: neomicin - IPV, varicella vaccine
pertimbangkan juga komponen2 tambahan ini

sebagaimana antigen utamanya saat menganalisis apakah


suatu vaksin menyebabkan KIPI!
CARA PEMBERIAN
Cara pemberian dipilih untuk
respons imun yang baik
risiko minimal
Intra muskular dalam
lebih dipilih pada vaksin yang mengandung ajuvan (efek deposit dan
lebih sedikit pembentukan granuloma)
Intradermal
lebih baik untuk beberapa vaksin hidup
untuk memperkecil risiko perlukaan neurovaskular (BCG)
Intranasal influenza vaccine
dilaporkan peningkatan risiko Bell’s Palsy
Cara pemberian baru yang berbeda
bisa mempunyai risiko terhadap keamanan vaksin yang berbeda
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN KEJADIAN
IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) ?
Adalah suatu kejadian medis yang terjadi setelah imunisasi, diduga
atau dipercaya disebabkan oleh imunisasi

 Reaksi vaksin – disebabkan oleh vaksin beserta bahan


pembawanya
 Kesalahan Program - disebabkan oleh adanya
kesalahan dalam penyiapan, perlakuan atau teknik
pemberian vaksin
 Koinsidens – terjadi setelah imunisasi namun bukan
disebabkan oleh vaksin atau proses imunisasi (karena
kebetulan)
 Reaksi suntikan – kecemasan akan rasa sakit oleh
suntikan, bukan karena vaksin
 Tidak diketahui – sebab tidak dapat ditentukan
KEJADIAN IKUTAN VERSUS
REAKSI SIMPANG

Kejadian ikutan: kejadian


yang tidak diharapkan tanpa
Adverse reaction vs. adverse event melihat / menganalisis
Diseases Programmatic errors adanya hubungan sebab-
Genetics Diet
akibat
Vaccine
Reaction

Other medication Other factors


Reaksi simpang: kejadian
Compliance Environment yang tidak diharapkan yang
Event attributed to vaccine disebabkan oleh vaksin
(obat) yang dibuktikan
memiliki hubungan kausal
FREKUENSI KEJADIAN IKUTAN
Sering kali* > 1/10 > 10%

Sering > 1/100 and < 1/10 > 1% and < 10%

Jarang > 1/1,000 and < 1/100 > 0.1% and < 1 %

Sangat jarang > 1/10,000 and < 1/1,000 > 0.01% and < 0.1%

Jarang sekali* < 1/10,000 < 0.01%

* Optional categories

Source: Council for International Organizations of Medical Sciences (CIOMS), 1995


REAKSI VAKSIN
Sering, reaksi ringan
Bagian dari respons imun terhadap vaksin
Biasanya sembuh dengan sendirinya
Ingatkan orangtua dan edukasi cara mengatasinya
Contohnya demam, malaise, dll.

Sangat jarang, reaksi lebih berat/serius


Biasanya memerlukan penanganan secara klinis
Contoh:
Reaksi alergi berat (misal anafilaksis) termasuk reaksi
berlebihan terhadap komponen vaksin
Reaksi vaksin spesifik (misal BCG osteitis)
REAKSI SERING-RINGAN

Reaksi lokal Iritabilitas, tdk enak


Vaksin Demam
(nyeri, pembengkakan, kemerahan) badan & gejala umum
>38oC
BCG
Hib
HepB
Measles/
MMR
Polio
(OPV)

Tetanus
DTP
(pertussis)

* Kejadian reaksi lokal mungkin meningkat karena dosis penguat, sampai 50-85%
** Gejala: diare, sakit kepala, dan/ atau nyeri otot.
REAKSI SERING-RINGAN
Iritabilitas, tdk enak
Vaksin Reaksi lokal Demam
badan & gejala umum
(nyeri, pembengkakan, kemerahan) >38oC
BCG 90-95% - -
Hib 5-15% 2-10% -
HepB Dws: 15%; Anak: 5% - 1-6%
Measles/
~10% 5-15% 5% ruam
MMR
Polio - <1% <1%**
(OPV)
Tetanus ~10%* ~10% ~25%
DTP Up to 50% Up to 50%
(pertussis)
Up to 55%

* Kejadian reaksi lokal mungkin meningkat karena dosis penguat, sampai 50-85%
** Gejala: diare, sakit kepala, dan/ atau nyeri otot.
TATA LAKSANA REAKSI SERING-RINGAN
Reaksi lokal
Kompres dingin pada bekas suntikan
Parasetamol

Demam >38°C
Berikan banyak minum
Kompres
Parasetamol

Iritabilitas, tidak enak badan dan gejala umum


Berikan banyak minum
Parasetamol (pastikan dosis yang tepat)

Pedoman Praktis: Harus tercantum pada panduan bahwa petugas kesehatan


memberi edukasi kepada orang tua cara penanganan yang tepat thd reaksi2 tersebut
KAMBOJA: demam setelah vaksinasi normal
MONGOLIA: Cara menangani reaksi ringan di rumah

More vaccine safety advice

How safe are the vaccines used in Mongolia?


Vaccine Side effect When this
Vaccines in Mongolia are purchased through UNICEF and have passed How often do serious events occur? could start
rigorous tests. They are extremely safe and provide high levels of
protection against many diseases. Serious events following immunization are rare. The effect of the disease
greatly outweighs the risk of having a serious adverse event to the vaccine.
BCG
Do vaccines have side effects? TBSpecially
vaccine trained experts in Mongolia investigate reports of serious adverse
events.
Vaccines, like all medicines, have side effects. A reaction shows that the
vaccine is working. Most are minor and short-lived, and can be easily Should an official report be made to the Ministry of Health?
Measles
treated at home. The common side effects that you can expect after
vaccines used in Mongolia are listed opposite. Common, minor side effects like the ones listed do not need to be reported.
OPV
How can I treat minor side effects at home? But serious events should be reported to the Ministry of Health as soon as
Polio
possible – your local health centre will complete a form. The Ministry of Health
Most minor side effects can be managed at home with panadol, a cool in Mongolia takes vaccine safety very seriously. Reporting serious adverse
cloth, fluids and affection. events will help keep our vaccines and children safe.
DTPHiBHepB
Discomfort at the site of the injection may include redness, swelling and Diphtheria, tetanus,
Can my child continue with the vaccination schedule?
burning for a couple of days. This may be relieved by a cool cloth over the pertusss,
site and panadol. Haemophilus
In the majority of cases it is safe for your child to continue with the vaccination
influenza
scheduletype
andB,reactions do not occur again.
A hard lump might be present for some time afterwards but this does not hepatitis B
need to be treated. Fever can also be treated with panadol and a cool cloth. Where can I get more advice or information?
Offer the child extra fluids to drink and do not overdress them.
DTMOH contact #, website, http://www.moh.mn
What should I do if I am worried? Diphtheria, tetanus
Return to the health centre if: REMEMBER:
- A minor side effect lasts longer than a few days IF THE EVENT IS SEVERE, PERSITENT OR YOU ARE WORRIED ABOUT
DTPw
- The temperature goes over 38.5 or your child gets sicker YOUR CHILD’S
Diphtheria, tetanus, CONDITION, RETURN TO YOUR HEALTH CENTRE AS
- The symptoms are severe or you are worried pertusss, SOON AS POSSIBLE A pamphlet for parents - what
to expect after your child has
IF THE EVENT IS SEVERE, PERSITENT OR YOU ARE WORRIED HepB been vaccinated.
ABOUT YOUR CHILD’S CONDITION, RETURN TO YOUR HEALTH hepatitis B
CENTRE AS SOON AS POSSIBLE
DRAFT 2
Ministry of Health Mongolia, June 2007
REAKSI SANGAT JARANG-BERAT
Vaksin Reaksi Interval Kejadian per
Awitan jutaan dosis
BCG Lymfadenitis Supuratif 2-6 bulan 100-1000
BCG osteitis 1-12 bulan 1-700
BCGL Diseminasi 1-12 bulan 2

Hib Tidak diketahui

Hep B Anafilaksis 0-1 jam 1-2


Sindrom Guillain Barré 1-6 minggu 5
Measles Kejang demam 5-12 hari 333
/MMR Trombositopaenia 15-35 hari 33
Anafilaksis 0-1 jam 1-50

OPV Vaccine-associated paralytic 4-30 hari 0.76-1.3 (dosis


poliomyelitis (VAPP) pertama)
Risiko meningkat pada dosis 0.17 (subsequent
pertama, dewasa, penderita doses)
imunokompromis
0.15 (kontak)
REAKSI SANGAT JARANG-BERAT (2)
Vaksin Reaksi Interval kasus per
Awitan jutaan
dosis
Tetanus Neuritis Brakhialis 2-28 hari 5-10
Anafilaksis 0-1 jam 1-6
Abses Steril 1-6 minggu 6-10
Tetanus-diphtheria Nil extra to tetanus
reactions
DTP Persisten (>3 jam) 0-24 jam 1000-60 000
inconsolable screaming
kejang 0-3 hari 570
Hypotonic, hyporesponsive 0-24 jam 570
episode (HHE)
Anafilaksis/ renjatan
Ensefalopati 0-1 jam 20
0-3 hari 0-1
REAKSI JARANG-BERAT (3)
Vaccine Reaction Onset Rate per million
interval doses

Japanese Reaksi alergi berat 10-1000


encephalitis
Gangguan saraf 1-2.3

Yellow fever Ensefalitis pasca vaksinasi 7-21 hari 500-4000 bayi<6


bulan
Reaksi Alergi/anafilaksis
0-1 jam 5-20
Viscerotropic disease
(multiple-organ failure)
1/10,000,000
Brazil
NILAI PRAKTIS TERHADAP INSIDENS
REAKSI YANG JARANG

Untuk penilaian kasus


digunakan untuk menilai kasus yang tidak
dilaporkan
Untuk identifikasi kasus yang memerlukan
perhatian tertentu
misalnya kejadian lebih tinggi dari angka yang
diharapkan)
Perhatikan kualitas produk
Adanya risiko khusus pada populasi lokal

Untuk investigasi & verifikasi kasus


Waktu awitan dari kejadian berguna untuk
investigasi kasus dan verifikasi validitas kasus
MENGHITUNG PERKIRAAN
JUMLAH REAKSI VAKSIN
CONTOH BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH
(BIAS)
Campak yang dilakukan pada 1,526,530 anak sekolah

PERKIRAAN KIPI
Sering, KIPI ringan (tidak dilaporkan)
• 152,653 kasus reaksi lokal, nyeri, bengkak kemerahan
• 76,327 kasus demam
• 76,327 Iritabilitas,tidak enak badan, gejala umum

Sering, KIPI berat (reportable?)


• 508 kasus, kejang demam
• 50 kasus trombositopeni.
• 1 dari 76 kasus mengalami anafilaksis

KIPI aktual
• 6 non-serious
REKOMENDASI KEBIJAKAN WHO
IMUNISASI BAGI POPULASI KHUSUS
WANITA HAMIL
Alasan keamanan:
Potensi teratogenisitas dan indukasi aborsi
Vaksinasi umumnya diberikan pada trimester 3
Vaksinasi
hanya bila ada indikasi
Vaksin virus hidup
tidak direkomendasi
Cacat lahir yang tidak berhubungan dengan vaksin
dapat dipersalahkan sebagai akibat vaksin
Vaksin/regimen baru mungkin mempunyai efek yang belum
diketahui
digunakan dengan peringatan khusus
Banyak wanita (terutama remaja) yang mungkin belum
menyadari terjadinya kehamilan
Haruskah melakukan skrining kehamilan ?
IMUNISASI BAGI POPULASI KHUSUS
PASIEN IMUNOKOMPROMIS

Pasien mengalami imunokompromis karena:


HIV
Defisiensi imun kongenital
Imunosupresi, misal steroid, kemoterapi, dll.

Efikasi
Kemungkinan tidak akan berespons adekuat terhadap
vaksinasi
Safety
Risiko terjadinya infeksi berat/diseminata dari vaksin hidup
yang dilemahkan
Benefit/Risk:
Pada beberapa kasus, direkomendasi untuk menimbang risiko
paparan penyakit (contoh BCG pada anak HIV positif
asimptomatik)
IMUNISASI PADA POPULASI KHUSUS
Rekomendasi WHO/ UNICEF untuk vaksinasi anak terinfeksi HIV
(WHO Immunization Policy 2002)
Vaksin Asimtomatik Simtomatik Waktu Optimal

BCG Y N N Saat lahir

DTP Y Y 6, 10, 14 minggu

OPV Y Y (IPV bila ada) 0, 6, 10, 14 minggu


Measles Y Y (tergantung situasi) 6 dan 9 bulan

HepB Y Y Sebelum terinfeksi

Yellow Y N (penelitian lanjut) Sebelum terinfeksi


fever
Tetanus Y Y 5 dosis
toxoid
Sebelum terinfeksi
HiB Y Y
As for uninfected

As for uninfected
KONTRA INDIKASI
Kontra indikasi mutlak sangat jarang
Penyakit kejang serius (yang baru)
Tunda pemberian vaksin
Riwayat reaksi berat pada pemberian terdahulu
Contoh: reaksi anafilaksis
Kelainan neurologis (epilepsi tak terkontrol)
Hindari whole cell pertussis vaccine
Alergi telur (reaksi hipersensitivitas tipe 1)
Hindari yellow fever & bbrp vaksin influenza,
Dapat digunakan vaksin terbuat dari fibroblas ayam
HIV Simptomatik
Hindari BCG dan yellow fever
Pertimbangkan menunda vaksin campak pada keadaan
immunokompromais jika kemampuan memantau status imun tidak
dimiliki
Campak tidak direkomendasi jika pasien sakit serius
PENTINGNYA KONTRA INDIKASI

Mengabaikan kontra indikasi dapat mengakibatkan


reaksi vaksin yang sebetulnya dapat dihindari
Diperlukan pelatihan bagi staf imunisasi untuk
memperhatikan instruksi penggunaan vaksin yang benar
serta penanganan reaksi vaksin

Terlalu banyak kontra indikasi (yang tidak


berdasarkan bukti) dapat menurunkan cakupan
dan mengurangi kepercayaan masyarakat akan
keamanan vaksin
e.g., pernyataan perhatian pada label produksi kadang tidak
sesuai dipakai sebagai kontraindikasi mutlak.
Contoh Kontra indikasi
(Kebijakan Imunisasi WHO 2002)

Vaksin Kontraidikasi
SEMUA Reaksin anafilaksis terhadap vaksin/ komponennya,
vaksin demam yang berat

DTP Anafilaksis pada dosis sebelumnya atau


komponennya
Campak Reaksi berat pada vaksinasi sebelumnya, gangguan
imunitas bawaan atau didapat (tetapi bukan HIV tanpa
gejala), kehamilan
Mumps Defisiensi imun didapat/ imunosupresi, alergi
neomycin, gelatin. Hindari pada kehamilan meskipun
tidak ditemukan gangguan pada kehamilan.
Hepatitis B Anafilaksis pada dosis sebelumnya
Yellow fever Alergi telor, defisiensi imun, HIV bergejala,
hipersensitifitas pada dosis sebelumnya, kehamilan
ANAFILAKSIS

Laporan lebih sedikit dari negara berkembang


Sensitisasi lebih sedikit?
Pelaporan lebih sedikit?
Anafilaksis jarang terjadi (1/1 000 000 imunisasi)
Sinkop lebih sering dijumpai
Staf yang tidak terlatih dapat salah mendiagnosis sinkop
sebagai anafilaksis atau sebaliknya
Pemberian adrenalin terhadap sinkop dapat membahayakan

MANAGEMEN YANG TEPAT ADALAH VITAL!


CONTOH2 MASALAH KEAMANAN VAKSIN

“Bencana" karena kesalahan produksi sangat jarang


Risiko menurun secara drastis oleh pemantauan produksi
dan pengetahuan yang lebih baik
• Kejadian Lubeck (1929-30)
• Munculnya TB pasca vaksinasi
• Kejadian Cutter (inactivated) polio (1955)

Reaksi Vaksin yang sesungguhnya


• Kelumpuhan Polio akibat vaksin

• Meningitis aseptik pasca vaksinasi Mumps

• Intususepsi pasca vaksinasi Rotavirus

• Bell's palsy setelah vaksin Flu, intranasal.

• Sindrom okulorespirasi pasca vaksin Influenza


CONTOH KEKHAWATIRAN MASYARAKAT
TERHADAP HUBUNGAN KAUSAL YANG TIDAK
TERBUKTI

Vaksin Influenza dan sindrom Guillain Barré


MMR dan autisme, Crohn’s disease
Polio dan HIV
Hepatitis B dan multiple sklerosis
DPT dan kerusakan otak permanen
DPT dan peningkatan risiko kematian
Aluminium dan macrophagic myofasciitis
Bovine spongiform encephalopathy (BSE)
Thimerosal dan autisme, masalah neurodevelopmental
Beberapa vaksin diberikan secara simultan
Petugas PEDOMAN PRAKTIS
Vaksinasi sebaiknya hanya diberikan oleh petugas kesehatan yang
terlatih dan sudah dilengkapi dengan peralatan medis yang sesuai
Edukasi orang tua
Penyelenggaraan pelatihan bagi petugas kesehatan terhadap
reaksi yang sering terjadi dan bagaimana mengajarkannya pada
orangtua
Pemahaman terhadap kontraindikasi dan peringatan khusus
Harus diketahui dan ditaati oleh pemberi imunisasi
Diagnosis reaksi vaksin
Petugas kesehatan perlu mengetahui bagaimana mendiagnosis
dan menatalaksana reaksi vaksin serta membedakannya dari
reaksi lainnya
Antisipasi terhadap reaksi vaksin
Senantiasa mengetahui prediksi jumlah reaksi vaksin yang berat –
berguna untuk investigasi dan analisis kausalitas
RINGKASAN
Penting untuk memahami profil keamanan vaksin yang
digunakan dalam program imunisasi nasional
Profil keamanan vaksin bergantung pada
faktor risiko seseorang terhadap vaksinasi
kontra indikasi
Komnas KIPI harus
mengidentifikasi reaksi dan kejadian yang merupakan
prioritas
menentukan bagaimana cara untuk mencegah, mendeteksi,
melaporkan dan talaksana
Penting untuk memahami
kemungkinan mekanisme terjadinya KIPI
tata laksana KIPI
pencegahan KIPI
SLIDE RUJUKAN
Tidak untuk didiskusikan
ANAFILAKSIS
Reaksi hipersensitifitas tipe 1
Kegagalan sirkulasi
Spasme broncho+/- laring/ pembengkakan laring
Gangguan respirasi
Termasuk gejala gatal/ pruritus, muka kemerahan,
angioedema, kejang, muntah, kejang perut, cramps &
inkontinensia
Timbul pada individu yang tersensitasi sebelumnya
KEJANG
Terutama berhubungan dengan vaksinasi campak
dan dan DTP (komponen pertusis)
Kejang demam >38
Kejang tanpa demam suhu normal

Kejang demam lebih sering karena pertusis


Hubungannya dengan kejang tanpa demam belum
terbukti
KIPI KARENA BCG
Disseminated BCG
Infeksi yang meluas, 1-12 bulan pasca BCG
Biasanya individu dengan imunokompromis
Terbukti dengan tumbuhnya Mycobacterium bovis
strain BCG
Obati dengan sediaan Obat Anti TB, yaitu Rifampicin
dan Isoniazid

Osteitis/osteomielitis
Infeksi tulang karena M bovis, strain BCG
Tata laksina seperti dilepas
ADVERSE REACTIONS TO BCG
Limfadenitis Suppuratifa
Timbul dalam 2-6 bulan pasca vaksinasi BCG
Definisi kasus
1 Kel. Limfe dengan ukuran >1.5 cm/ adanya sekresi
pada kelenjar.
Biasanya timbul di aksila, pada sisi yang sama dengan
suntikan
Tata laksana
Sembuh spontan dalam beberapa bulan
Diobati bila perlengketan dan absesnya pecah
Tindakan bedah, dan diberikan injeksi OAT disekitar
kelenjar
Terapi sistemik tidak efektif.
VAKSIN TETANUS
Neuritis Brachial
Timbul dengan adanya nyeri di bahu dan lengan
atas.
Diikuti dengan adanya kelemahan kelemahan
lengan dan otot bahu.
Kehilangan rangsang sensorik tetapi tidak
menonjol.
Muncul 2-28 hari pasca vaksinasi
Kemungkinan manifestasi dari penyakit imun
kompleks.
Tata laksana simpati.
ENSEFALOPATI DAN ENSEFALITIS
Kemungkinan berhubungan dengan vaksin campak
dan pertusis

Dafinisi kasus ensefalopati:


2 dari 3 keadaan berikut:
kejang
Gangguan kesadaran berlangsung dalam 1 hari atau
lebih.
Perubahan perilaku dalam 1 hari atau lebih

Hubungannya dengan waktu:


Dalam waktu 48 jam dengan pemberian DPT
Dalam waktu 7-12 hari setelah pemberian vaksin yang
mengandung vaksin campak (M, MR atau MMR)
ENSEFALITIS DAN VAKSINASI CAMPAK

Tuntunan analisis ensefalitis pasca pemberian vaksin


campak adalah terjadinya cluster 8-9 hari setelah
vaksinasi di AS (Wetbel 1998, Duclos 1998)

Temuan ini menguatkan tetapi belum terbukti nyata


bahwa vaksin campai sebagai penyebabnya.
causative

Risiko kurang dari 1 kasus per juta dosis


HYPOTONIC HYPORESPONSIVE EPISODE
(HHE atau SHOCK-COLLAPSE)

Terutama berhubungan dengan vaksin pertusis.


Lebih sering pada vaksin pertusis whole cell dibanding aseluler.
Definisi kasus
Awitan kejadian tiba-tiba, dalam 48 jam (biasanya kurang dari
12 jam) pasca vaksinasi, berlangsung dalam menit sampai
beberapa jam.
Pada anak berumur < 10 tahun
SEMUA keadaan di bawah ini harus ditemukan:
Hipotonik (lemas)
Reaksi berkurang (reduced responsiveness)
Pucat atau sianosis
Terjadi sementara, hilang sendiri, BUKAN kontraindikasi untuk
vaksinasi berikut.
VAKSIN POLIO – LUMPUH LAYUH AKUT
Lumpuh Poliomielitis akibat vaksin
Terjadi dalam 4-30 hari setelah menerima OPV
atau 4-75 hari setelah kontak dengan penerima
vaksin.
Kasus
Pada hari imunisasi nasional tahun 1996, dilaporkan
kasus lumpuh layu setelah menerima OPV. Analisis
laboratorium ditemukan virus polio liar, yang
menunjukan bahwa anak terinfeksi virus polio liar
sebelum dilakukan vaksinasi. Kasus infeksi virus polio
yang terjadi kebetulan (coincidental), dan bukan
disebabkan oleh vaksin OPV.
PENYAKIT VISCEROTROPIK AKIBAT
VAKSIN YELLOW FEVER (YEL-AVD) (1)
 Penyakit mirip YF timbul pasca vaksinasi dengan gejala
melibatkan beberapa organ.

 23 kasus sesuai dan sudah diduga mulai tahun 2001, awitan


dimulai tahun 1996.
AS (9), Brazil (7), Australia, Colombia, Perancis, Jerman, Jepang,
Swits, dan Inggris

 Umumnya awitan terjadi 2-5 hari pasca vaksinasi

 14 meninggal dari 23 kasus (61%).


YEL-AVD - (2)
 Usia rata-rata 4-79 tahun
11 dari 24 (48%) >60 tahun (sebelumnya dilaporkan
sebagai faktor risiko)
 SEMUA kasus pasca vaksinasi YF
 Penyakit Thymus sebagai faktor risiko yang potensial
 Perkiraan risiko
Brazil: 1 per ~10 juta dosis (perkiraan nyata, hasil analisis
ulang ditunda)
Brazil: 0.04 - 2.13 per juta dosis pada kasus lain
(Struchiner et al. Epidemiol. Infect. 2004; 1–8)
AS: 1 per 200,000-300,000 dosis (atau 3 per juta) dan 1
per 40,000-50,000 dosis >60 tahun (US)
Arilvax: 1.3 per juta dosis (Kitchener. Vaccine 2004: 2103-
5)
Adwoa menganalisis – 29 kasus, umur penerima vaksin, booster vs
vaksin dasar, endemik vs non-endemi and risiko penyakit thymus
VAKSIN YELLOW FEVER

Ensefalitis
Ensefalitis pasca vaksinasi pada bayi berumur
< 6 bulan
Masa inkubasi 7-21 hari pasca vaksinasi
Risiko tidak bermakna pada anak yang lebih tua dan pada
dewasa
Kurang cukup data pada penderita HIV yang tanpa gejala =
jangan di vaksinasi
Contraindicated in pregnancy unless significant
risk of contracting yellow fever exists
VAKSIN JAPANESE ENCEPHALITIS
Otak tikus menghasilkan vaksin yang dilemahkan
Kultur sel menghasilkan vaksin yang dilemahkan
Kultur sel menghasilkan vaksin hidup
Reaski hipersensitif meliputi: urtikaria menyeluruh, pembengkakan
muka, gangguan nafas
Kejadian 1-64/10 000 yang menerima vaksin hidup yang dilemahkan
yang dihasilkan dari otak tikus.
Kemungkinannya berhubungan dengan gelatin (yang digunakan
sebagai stabilizer)
Secara keseluruhan, 10-1000 reaksi alergi berat per sejuta dosis
Reaksi saraf: 1-2.3 kasus per sejuta dosis
Laporan kasus: Ensefalomielitis diseminasi akut.
DAPATKAH VAKSIN MEMBERI BEBAN
LEBIH PADA SISTEM IMUN
 Pemberian jenis vaksin yang banyak pada
saat bersamaan adalah aman.
 Manusia terpapar ratusan antigen setiap hari
 Jenis vaksin yang banyak bekerja dengan
sistem imun untuk menguatkannya.
 Vaksinasi dilakukan secara simultan untuk
melindungi beberapa penyakit secara cepat.
Vaksin kombinasi mengurangi ketidak
nyamanan dan biaya.

Offit PA et al Addressing parents' concerns: do multiple vaccines overwhelm or


weaken the infant's immune system? Pediatrics 2002; 109:124-129.

Anda mungkin juga menyukai