Anda di halaman 1dari 15

ASKEP TRAUMA TELINGA

Kelompok 4
Febrinando Pakaya
Maryam Nur Soleman
Nur Fathan Suleman
Sri Zuwita Tumilaar
Sri Elkawati Piyo
A. Anatomi
1. Telinga Luar
telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
membran tympani. Telinga luar atau pinna merupakan gabungan
dari tulang rawan yang diliputi kulit.
2. Telinga Tengah
Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang
tersusun dari luar kedalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang
pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan.
3. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua
setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis
semisirkularis
Fisologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun


telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang
kekoklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ketelinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengimplikasi getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran.
B. Definisi Trauma Telinga

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi


ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan). Indera
pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari.
C. Etiologi
1.Menurut Soepardi (2000: 30), penyebab utama dari trauma
telinga antara lain:
Kecelakaan lalu lintas
Perkelahian
Kecelakaan dalam bidang olahraga
Luka tembak
Kebiasaan mengorek kuping

2.Menurut Cody, Kern, Pearson (1991: 90), penyebab


utama trauma telinga yaitu:
Kompresi mendadak udara di liang telinga.
Adanya benda-benda asing (misal: kapas lidi atau
ranting-ranting pohon).
Trauma kapatis yang menyebabkan fraktur os
temporale.
D. Patofisiologi
E. Klasifikasi

1. Trauma telinga luar


Trauma telinga luar merupakan cedera pada telinga luar
misalnya akibat pukulan tumpul, atau akibat suatu kecelakaan,
bisa menyebabkan memar diantarakartilago dan perikondrium.
1. Laserasi
2. Frostbitea
3. Hematoma

2. Trauma Telinga Tengah


Trauma pada telinga tengah biasanya disertai dengan
sakit telinga dan kadang-kadang juga disertai dengan
pendarahan dari telinga, gangguan pendengaran, dan
kelemahan wajah ipsilateral. Bentuk lengkung EAC,
dengan isthmus sempit, membantu untuk melindungi
TM dari cedera langsung.
Next
3. Telinga Dalam
Organ yang sangat sensitif di dalam telinga adalah organ pendengaran (koklea) dan
keseimbangan (Reseptor otolithic dan kanal berbentuk setengah lingkaran) yang
terletak dalam bagian dari tulang temporal, dikelilingi oleh tulang padat dikenal
sebagai kapsul otic. Meskipun perlindungan yang baik dari tulang dalam tubuh
manusia, unsur-unsur telinga dalam yang rapuh, rentan terhadap trauma kepala baik
longitudinal atau transversal yang menyebabkan fraktur
F. Manifestasi Klinik
1. Menurut Soepardi (2000: 30), manifestasi klinik trauma telinga
antara lain:
a. Edema
b. Laserasi
c. Luka robek
d. Hilangnya sebagian/seluruh daun telinga
e. Perdarahan
f. Hematom
g. Nyeri kepala
h. Nyeri tekan pada kulit kepala
i. Fraktur tulang temporal

2. Menurut Adams (1997: 95), manifestasi klinik


trauma telinga antara lain:
a. Nyeri
b. Sekret berdarah dari telinga
c. Gangguan pendengaran
d. Gangguan kesadaran
e. Hematoma subdural/epidural/kontusi
G. Kompilkasi

1. Tuli Konduktif
2. Paralisis Wajah Unilateral
3. Vertigo Hebat
4. Kehilangan kesadaran
5. Nistagmus
H. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan dengan Otoskopik
Mekanisme :
Bersihkan serumen
Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi :
Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi
Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah dibelakang
gendang.
Kemungkinan gendang mengalami robekan.

B. Pemeriksaan ketajaman
test penyaringan sederhana:
 Lepaskan semua alat bantu dengar
 Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup
salah satu telinga
 Berdirilah dengan jarak 30 cm
 Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup
mulut)
 Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dgn suara jam
Next

C. Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala


Uji weber:
 Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)
Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien.
Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling keras.
I. Penatalaksanaan
1. Pasien diistirahatkan duduk atau berbaring
2. Atasi keadaan kritis ( tranfusi, oksigen, dan sebagainya )
3. Bersihkan luka dari kotoran dan dilakukan debridement,lalu hentikan perdarahan
4. Pasang tampon steril yang dibasahi antiseptik atau salep antibiotik.
5. Periksa tanda-tanda vital
6. Pemeriksaan otoskopi secara steril dan dengan penerangan yang baik, bila
mungkin dengan bantuan mikroskop bedah atau loup untuk mengetahui lokasi
lesi.
7. Pemeriksaan radiology bila ada tanda fraktur tulang temporal. Bila mungkin
langsung dengan pemeriksaan CT scan.
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan
c. Biodata
d. Pemeriksaan fisik
e. Data subjsektif dan data objektif
2. Diagnosa

 Nyeri b/d trauma dan proses inflamasi


 Gangguan persepsi sensori: pendengaran b/d adanya benjolan atau furunkel
 Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kesukaran memahami
orang lain (kurangnya pendengaran).
 Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab infeksi dan tindakan
pencegahannya.
 Resiko gangguan konsep diri berhubungan dengan terjadinya ketulian, sekunder
terhadap tanda-tanda infeksi.

Anda mungkin juga menyukai