Anda di halaman 1dari 56

PENGUATAN

PENDIDIKAN KARAKTER

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT PENDIDIKAN ISLAM - SUBDIT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMP
Rasional
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK):
1. PPK merupakan kebijakan pendidikan yang tujuan
utamanya adalah untuk mengimplementasikan Nawacita
dalam sistem pendidikan nasional.
2. PPK terintegrasi dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental
(GNRM) yaitu perubahan cara berpikir, bersikap, dan
bertindak menjadi lebih baik.
3. Nilai-nilai utama GNRM (religius, mandiri, nasionalis,
gotong royong, integritas) ingin ditanamkan melalui
sistem pendidikan nasional agar diketahui, dipahami dan
diterapkan di seluruh sendi kehidupan.
TUJUAN PPK
“Tujuan program PPK adalah menanamkan nilai-nilai pembentukan
karakter bangsa secara masif dan efektif melalui implementasi
nilai-nilai utama Gerakan Nasional Revolusi Mental (religius,
nasionalis, mandiri, gotong-royong dan integritas) yang akan
menjadi fokus pembelajaran, pembiasaan, dan pembudayaan,
sehingga pendidikan karakter bangsa sungguh dapat mengubah
perilaku, cara berpikir dan cara bertindak seluruh bangsa Indonesia
menjadi lebih baik dan berintegritas”
3 HAL PENTING
DALAM IMPLEMENTASI K-13
1. PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
2. PENGUATAN BUDAYA LITERASI
3. PEMBELAJARAN ABAD 21
1. PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (PPK)

Pengertian:
Definisi

Gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa


melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetik), olah pikir
(literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan pelibatan
publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat
yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental
(GNRM)
1. Pembangunan SDM merupakan pondasi pembangunan
bangsa.
Urgensi
2. Menuju Generasi Emas 2045 dengan dibekali Keterampilan
abad 21 : Kualitas Karakter, Literasi Dasar, dan
Kompetensi 4C (Critical thinking, Creativity, Communication,
and Collaboration).
3. Membekali siswa menghadapi kondisi degradasi moral,
etika, dan budi pekerti.
Rasional
a. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Fungsi dan
Tujuan Pendidikan Nasional.pptx

7
Rasional
b. Agenda Nawacita No. 8
Penguatan revolusi karakter bangsa melalui budi pekerti dan
pembangunan karakter peserta didik sebagai bagian dari revolusi
mental.

c. Trisakti
Mewujudkan Generasi yang Berkepribadian dalam Kebudayaan.

d. RPJMN 2015-2019
“Penguatan pendidikan karakter pada anak-anak usia sekolah
pada semua jenjang pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai moral,
akhlak, dan kepribadian peserta didik dengan memperkuat
pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran”
Rasional
e. Mempersiapkan Generasi Emas 2045
yang bertaqwa, nasionalis, tangguh, mandiri, dan
memiliki keunggulan bersaing secara global.

f. Arahan Khusus Presiden kepada Mendikbud


untuk memperkuat pendidikan karakter.
Tantangan
a. Optimalisasi pengembangan potensi siswa secara harmonis
melalui keseimbangan olah hati (etik), olah pikir (literasi), olah rasa (estetik), dan
olah raga (kinestetik)
b. Besarnya populasi siswa, guru, dan sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia
c. Membangun sinergi dan tanggungjawab terhadap pendidikan karakter anak
antara sekolah, orang tua dan masyarakat
d. Tantangan globalisasi Memperkuat kemampuan beradaptasi terhadap perubahan
melalui penumbuhan nilai-nilai religiusitas dan kearifan lokal bangsa
e. Terbatasnya pendampingan orang tua
Perlu peningkatan kualitas hubungan orang tua dengan anak di rumah dan
lingkungannya
f. Keterbatasan sarana belajar dan infrastruktur
Prasana dan sarana sekolah, aksesibilitas dan sarana transportasi ke sekolah (jalur
lembah, hutan, sungai, dan laut), sehingga PPK perlu diimplementasikan bertahap.
10
Pengembangan Nilai-Nilai Karakter
Religius
Jujur
Toleransi
Disiplin
Olah Hati
Kerja Keras
(Etika)
Kreatif
Mandiri
Demokratis
Olah Olah Rasa Ingin Tahu
Raga Pikir Semangat
(Kinestetika) Kebangsaan
(Literasi)
Cinta Tanah Air
Menghargai Prestasi
Bersahabat/Komuni
Olah Karsa
katif
(Estetika)
Cinta Damai
Gemar Membaca
Peduli Lingkungan
Peduli Sosial Kristalisasi Nilai-Nilai
Filosofi Pendidikan Tanggung Jawab
Karakter (dan lain-lain)
Ki Hajar Dewantara
11 Nilai-nilai Karakter
KONKLUSI
MANFAAT ASPEK PENGUATAN
1. Penguatan karakter siswa dalam mempersiapkan daya 1. Revitalisasi manajemen berbasis sekolah melalui
saing siswa dengan kompetensi abad 21, yaitu: Broad Based Education (BBE)
berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi
2. Pembelajaran dilakukan terintegrasi di sekolah dan di 2. Sinkronisasi intra kurikuler, ko kurikuler, ekstra
luar sekolah dengan pengawasan guru kurikuler, dan non kurikuler, serta sekolah terintegrasi
dengan kegiatan komunitas seni budaya, bahasa dan
sastra, olahraga, sains, serta keagamaan
3. Revitalisasi peran Kepala Sekolah sebagai manager 3. Deregulasi penguatan kapasitas dan kewajiban Kepala
dan Guru sebagai inspirator PPK Sekolah/Guru dan pelatihan secara berkelanjutan

4. Revitalisasi Komite Sekolah sebagai badan gotong 4. Penyiapan prasarana/sarana belajar (misal:
royong sekolah dan partisipasi masyarakat pengadaan buku, konsumsi, peralatan kesenian, alat
peraga, dll) melalui pembentukan jejaring kolaborasi
pelibatan publik
5. Penguatan peran keluarga melalui kebijakan 5. Implementasi bertahap dengan mempertimbangkan
pembelajaran 5 (lima) hari kondisi infrastruktur dan keberagaman kultural
daerah/wilayah
6. Kolaborasi antar K/L, Pemda, lembaga masyarakat, 6. Pengorganisasian dan sistem rentang kendali pelibatan
penggiat pendidikan dan sumber-sumber belajar publik yang transparan dan akuntabel
lainnya 12
PRINSIP PRINSIP PENGEMBANGAN PPK

• Prinsip 1 – Nilai-nilai Moral Universal


• Prinsip 2 – Holistik
• Prinsip 3 – Terintegrasi
• Prinsip 4 – Partisipatif
• Prinsip 5 – Kearifan Lokal
• Prinsip 6 – Kecakapan Abad XXI
• Prinsip 7 – Adil dan Inklusif
• Prinsip 8 - Selaras dengan PerkembanganPeserta Didik
• Prinsip 9 – Terukur
NILAI-NILAI UTAMA
1. Religius
2. Nasionalis
3. Mandiri
4. Gotong Royong
5. Integritas
RELIGIUS
• Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha
Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan
kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun
dan damai dengan pemeluk agama lain.
• Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan
individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam
semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku
mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan.
• Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama
dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama
dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak
memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.
NASIONALIS
• Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan
berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
• Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri,
menjaga kekayaan budaya bangsa,rela berkorban, unggul, dan
berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,taat hukum, disiplin,
menghormati keragaman budaya, suku,dan agama.
MANDIRI
• Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung
pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu
untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.

• Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan
banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi
pembelajar sepanjang hayat.
Gotong Royong
• Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai
semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan
bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/
pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.

• Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif,


komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat,
tolongmenolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan,
dan sikap kerelawanan.
Integritas
• Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku
yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan,
memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan
moral ( integritas moral ).
• Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga
negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi
tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran.
• Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia,
komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggungjawab, keteladanan,
dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas).
 Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri dan berkembang
sendiri-sendiri melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain, yang
berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi.
 Dari nilai utama manapun pendidikan karakter dimulai, individu dan
sekolah pertlu mengembangkan nilai-nilai utama lainnya baik secara
kontekstual maupun universal.
 Nilai religius sebagai cerminan dari iman dan takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa diwujudkan secara utuh dalam bentuk ibadah sesuai dengan
agama dan keyakinan masing-masing dan dalam bentuk kehidupan
antarmanusia sebagai kelompok, masyarakat, maupun bangsa.
 Dalam kehidupan sebagai masyarakat dan bangsa nilai-nilai religius
dimaksud melandasi dan melebur di dalam nilai-nilai utama nasionalisme,
kemandirian, gotong royong, dan integritas.
 Demikian pula jika nilai utama nasionalis dipakai sebagai titik awal
penanaman nilai-nilai karakter, nilai ini harus dikembangkan berdasarkan
nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang tumbuh bersama nilai-nilai
lainnya.
SIMULASI MODEL IMPLEMENTASI PPK

Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

Nilai Karakter**
Penguatan Nilai Utama:
Waktu Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong, Integritas
Kegiatan Pembiasaan:
Memulai hari dengan Upacara Bendera (Senin), Apel, menyanyikan lagu Indonesia Raya,
Lagu Nasional, dan berdoa bersama, kegiatan literasi.

Kegiatan PPK
bersama orang tua:
Kegiatan Intra-Kurikuler: Interaksi dengan
Kegiatan Belajar – Mengajar orang tua dan
Waktu lingkungan /
Belajar* sesama

Kegiatan Ko-Kurikuler dan Ekstrakurikuler:


Sesuai minat dan bakat siswa yang dilakukan di bawah bimbingan guru/pelatih/melibatkan
orang tua & masyarakat: Kegiatan Keagamaan, Pramuka, PMR, Paskibra, Kesenian, Bahasa
& Sastra,
*Durasi waktu tidak mengikat dan disesuaikan dengan kondisi sekolah KIR, Jurnalistik, Olahraga, dsb.
** Nilai-nilai karakter disesuaikan dengan GNRM, kreativitas sekolah, dan kearifan lokal

Kegiatan Pembiasaan:
Sebelum menutup hari Siswa melakukan refleksi, menyanyikan lagu daerah dan berdoa
bersama.
21
ILUSTRASI IMPLEMENTASI PPK

Menghargai religiusitas dan Pramuka dapat mengajarkan nilai-nilai Persatuan Indonesia dengan
keberagaman (Yayasan Sultan mandiri, kerja keras dan gotong mencintai dan menghormati
Iskandar Muda, Medan) royong. keberagaman budaya di Indonesia.

Upacara
bendera setiap
hari Senin di
sekolah menjadi
salah satu
aktualisasi
nilai-nilai
nasionalisme.
Foto: internet, Flickr I Gede L. Kantiana & awr05, Antara

22
2. PENGUATAN BUDAYA LITERASI
Gerakan Literasi

1. Dinyatakan oleh Taufik Ismail bahwa masyarakat kita adalah “masyarakat


yang rabun membaca dan lumpuh menulis.”

2. Era informasi identik dengan era literasi, bahwa berinteraksi,


berkomunikasi, bahkan beraktualisasi tidak cukup hanya dinyatakan
secara lisan atau orasi

3. Literasi (kemahirwacanaan) adalah kemampuan baca-tulis secara


terpadu, yakni kemampuan memahami dan menyerap informasi dari
bentuk tertulis (literate) dan menyatakannya kembali secara tertulis.
Fakta Literasi Indonesia

• Bangsa Indonesia dianggap TIDAK MEMILIKI BUDAYA MEMBACA.


Menurut OECD budaya membaca masyarakat Indonesia menempati
peringkat paling rendah di antara 52 negara di Asia Timur (Kompas,
2009).
• Berdasarkan statistik UNESCO pada 2012 indeks minat baca di
Indonesia baru mencapai 0,001%. Artinya dalam setiap 1.000 orang,
hanya ada satu orang yang punya minat membaca.
• Semua negara mewajibkan siswanya untuk membaca sejumlah buku
karya sastra, KECUALI INDONESIA. Siswa SMA Indonesia TIDAK WAJIB
MEMBACA BUKU SASTRA SAMA SEKALI (atau nol buku) sehingga
dianggap sebagai siswa yang BERSEKOLAH TANPA KEWAJIBAN
MEMBACA.
Gerakan Membaca Sebelum Memulai Pelajaran
• Sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan
untuk menjadikan seluruh warga sekolah sebagai pembelajar
sepanjang hayat agar mampu mengembangkan potensi diri
seutuhnya.
• Kegiatan membaca dalam waktu pendek, namun sering dan berkala
terbukti lebih efektif daripada membaca lebih lama, namun jarang
(misalnya, 1 jam/minggu pada hari tertentu).
• Kunci keberhasilan kegiatan: keberlangsungan dan frekuensi kegiatan,
bukan pada jumlah jam dan menit membaca.
• Kegiatan membaca yang dilakukan secara ajeg dan sering, mampu
menumbuhkan kebiasaan membaca.
• Kegiatan membaca 15 menit bersifat fleksibel dan dapat disesuaikan
dengan kapasitas, kondisi, dan budaya lokal sekolah.
Pembiasaan Membaca
Penumbuhan minat
baca melalui kegiatan PEMBIASAAN MEMBACA
Membaca 15 menit
(Permendikbud 23/2015)

1. Prinsip-prinsip 15’
membaca
2. Kegiatan membaca
3. (hening dan nyaring)
4. Kegiatan Tindak Lanjut
5. (diskusi tentang buku)
6. Memilih buku yang baik
7. Membangun lingkungan
pendukung
Prinsip Kegiatan membaca
Guru menetapkan waktu 15 menit membaca setiap hari.

Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku nonpelajaran


Buku yang dibaca/dibacakan adalah pilihan peserta didik
sesuai minat dan kesenangannya
Tidak ada tagihan/penilaian

Dapat diikuti dengan kegiatan diskusi

Kegiatan dilakukan dalam suasana yang santai

Membaca dilafalkan (nyaring) atau hening (dalam hati)


Pemilihan Buku Yang Baik
Konten buku mengandung pesan dari nilai-
nilai karakter;
Sesuai dengan tingkat perkembangan anak
dan remaja awal (SD/SMP)
Genre yang direkomendasikan untuk
pemilihan buku bacaan:
 Picture book
Fiksi (cerpen, novel, komik)
Non Fiksi (Cerita kehidupan sehari-hari,
Kisah sejarah, Ilmiah popular, Majalah,
surat kabar, Ilmu pengetahuan, Olahraga,
Seni, Biografi/otobiografi, Motivasi)
Mendampingi Pemilihan Buku
SD Kelas Rendah SD Kelas Tinggi

 Peserta didik didampingi dalam memilih  Peserta didik dapat memilih buku secara
buku. mandiri.
 Buku mengandung informasi yang  Buku mengandung informasi yang
sederhana dan kejadian sehari-hari.
kompleks.
 Cerita mengandung nilai optimisme, bersifat
inspiratif dan imajinatif.
 Cerita mengandung nilai optimisme, bersifat
 Buku dapat bergenre fantasi dengan tokoh inspiratif, dan mengembangkan imajinasi.
binatang (fabel).  Buku dapat bergenre cerita rakyat yang
 Buku mengandung pesan nilai-nilai sesuai sesuai dengan jenjang SD.
dengan tahapan tumbuh kembang peserta  Buku mengandung pesan nilai-nilai sesuai
didik. dengan tahapan tumbuh kembang peserta
 Pesan moral cerita disampaikan dengan didik.
tidak menggurui.  Pesan moral cerita disampaikan dengan
 Buku yang dibacakan dapat berukuran
tidak menggurui.
besar (big book).
Lingkungan Kaya Teks

CONTOH
KARYA SISWA
Sudut Baca
Strategi Pemenuhan Buku Bacaan
Beberapa alternative:
Pelibatan Publik
Komite Sekolah, orang tua, dan alumni.
Komunitas (taman bacaan, perpustakaan daerah, dll.)
Dunia Usaha (Program CSR)
Meminta peserta didik membawa buku bacaan sendiri
Guru menyediakan sumber bacaan dari potongan berita di koran atau
majalah bekas
Guru menerapkan metode membaca nyaring.
Komponen Budaya Sekolah

BRANDING
Kegiatan Ekstrakurikuler
Membantu peserta didik Kegiatan ekstrakurikuler

Tujuan

Fungsi
sesuai dengan kebutuhan, memiliki fungsi:
potensi akademik, bakat, øpengembangan økognitif,
minat seni maupun olah øsosial,
ørekreatif, dan
raga yang secara khusus øpersiapan karir
diselenggarakan oleh
pendidik yang mempunyai
kemampuan dan
kewenangan di sekolah.
Proses Ekstrakurikuler

1 Persiapan
(Koordinasi antara Kepala Sekolah Guru, Orang Tua dan Peserta Dididik)

2 Perencanaan
(Tim Pengembangan menyusun rencana aksi tahunan)

Pelaksaaan
3 (Tim Pengembangan melaksanakan rencana aksi tahunan dengan
mengoptimalkan semua sumber daya)

4 Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan


(melaksanakan pemantauan dan evaluasi atas rencana aksi)
Aturan dan Tata Tertib Sekolah
• Untuk menunjukkan budaya pendidikan yang baik dan
unggul diperlukan kedisiplinan yang kuat terutama
pada peserta didik
• Tata tertib sekolah : aturan yang berlaku di lingkup
sekolah
• Sebagai pedoman dan panduan bagi peserta didik
dalam bertingkah laku, bersikap, beraktifitas sehari-
hari di sekolah sehingga suasana akademik sekolah
menjadi kondusif dalam menunjang kegiatan proses
belajar mengajar di sekolah
• Idealnya melibatkan orang tua, guru, peserta didik,
kepala sekolah dalam menuangkan aturan2 yang
tercakup untuk tata tertib sekolah
Evaluasi Peraturan Sekolah

Evaluasi diperlukan untuk:


1. Melihat sejauh mana tata tertib berjalan
2. Efektifitas pedoman dalam memandu perilaku peserta didik
sesuai nilai utama PPK
3. Mengatasi pelanggaran-pelanggaran terhadap tata tertib yang
sudah dicanangkan
4. Menentukan reward & punishmen untuk memotivasi siswa
5. Mengoptimalkan peran guru kelas, guru BK dan kepala
sekolah dalam menegakkan aturan yang sudah ditetapkan
6. Evaluasi dapat dilakukan setiap semester/ satu tahun ajaran
Lingkungan Pendukung

1. Lingkungan kelas dan sekolah perlu dibuat menyenangkan,


santai, tidak kaku, sejuk, besih, sehat, dan tenang.
2. Dinding-dinding kelas dan sekolah dapat dihiasi dengan
poster-poster kampanye membaca atau kutipan buku yang
menarik.
3. Sudut kelas dan area baca sekolah perlu ditata untuk
membuat peserta didik betah membaca.
Keterlibatan, Sinergi, Sinkronisasi
PPK Berbasis
Masyarakat

Mensinkronkan
Melibatkan dan Menyinergikan program dan
memberdayakan program PPK kegiatan melalui
potensi lingkungan dengan berbagai
kerja sama
(pegiat seni program yang
budaya, tokoh ada di lingkup dengan Pemda,
masyarakat, DUDI) akademisi, pegiat masyarakat, dan
pendidikan, LSM orang tua
Prinsip-Prinsip Partisipasi Masyarakat
Kepala Sekolah Alasan kolaborasi
telah didialogkan dan
sebagai dikomunikasikan
penanggung dengan pemangku
Memperkuat kepentingan
jawab pendidikan
PPK dan fokus
pada
Wajib membuat kepentingan Tidak
dokumen kegiatan peserta didik bertantangan dengan
prinsip umum PPK,
(proposal,
nilai moral dan etika,
pelaksanaan, SARA, dan tidak
evaluasi, sebagai obyek
pelaporan) promosi
Partisipasi masyarakat
Masyarakat yang mana?
 Komunitas orang tua peserta didik
 Komunitas pengelola pusat budaya (lokal dan modern)
 Lembaga pemerintahan
 Lembaga atau komunitas yang menyediakan sumber
belajar
 Komunitas masyarakat pegiat seni
 Komunitas seniman dan budayawan
 Lembaga bisnis dan perusahaan
 Lembaga penyiaran media
Jalinan kemitraan Orang Tua

1. Mendukung PPK
2. Komitmen terhadap PPK
3. Konsistensi dan
keberpihakan terhadap
Orang tua PPK
peserta didik 4. Mendukung secara
financial
5. Membagikan pengalaman
dan praktik baik (orang
tua sebagai teadan)
Jalinan Kemitraan Komite Sekolah

1. Mendukung mediasi
antara sekolah dan orang
tua
Komite sekolah 2. Memobilisasi sumber
daya
3. Mengawasi pelaksanaan
program PPK
Jalinan Kemitraan Masyarakat
1. Mendukung satuan
pendidiikan
2. Membangun kolaborasi
3. Bersedia menjadi relawan
4. Memulai kerja sama
untuk peningkatan
kualitas
5. Ikut terlibat
Masyarakat 6. Menjadi tutor
7. Memberi kesempatan
untuk magang dan
bekerja
8. Memberikan apresiasi dan
dukungan pengembangan
program
9. Menciptakan iklim
kemitraan
Jalinan Kemitraan Pegiat Pendidikan

1. Sebagai sumber belajar


sesuai dengan
pengalaman praktis
Akademisi / 2. Melakukan advokasi
Pegiat terhadap ABK dengan
Pendidikan program khusus
3. Memotivasi iklim
pendidikan untuk
bersinergi terkait literasi
dan inovasi
Jalinan Kemitraan Pelaku Seni dan Budaya

1. Sumber belajar melalui


pengalaman praktis
Pelaku seni seniman
dan budaya 2. Memberdayakan berbagai
taman budaya dan
sanggar seni, museum
sebagai sumber belajar
Jalinan Kemitraan Pemerintah dan Pemda

1. Melakukan kolaborasi
antar berbagai
kementerian/lembaga
Pemerintah (Kemendagri,
dan Kemenag, Kemenkes,
Pemerintah Kemenhan, Kemendes,
Daerah TNI/POLRI, infrastruktur
Kota/kabupaten)
2. Memberikan dukungan
regulasi dan kebijakan
program PPK
Jalinan Kemitraan Dunia Industri

1. Membantu PPK melalui


CSR
DUDI 2. Sumber belajar
3. Kesempatan magang dan
bekerja
Jalinan Kemitraan Organisasi Profesi

1. Membangun kolaborasi
untuk mengembangkan
program
2. Bersedia menjadi relawan
Komunitas dan 3. Menjadi tutor
organisasi 4. Menjadi mitra sekolah
profesi 5. Menyebarluaskan PPK
6. Menerapkan nilai-nilai
karakter
Jalinan Kemitraan Komunitas Alumni

1. Memberikan fasilitas dan


tenaga
2. Menyediakan pengalaman
Ikatan Alumni bagi peserta didik melalui
Sekolah ilmu dan lingkungan kerja
3. Ikut terlibat dalam
program sekolah (komite
sekolah)
Jalinan Kemitraan Media Massa

1. Memberitakan informasi
yang mendukung pada PPK
2. Bekerja sama dengan
sekolah menerapkan PPK di
wilayah kerja mereka
Media Massa 3. Melakukan sosialisasi PPK
4. Melakukan inovasi dalam
memperkuat PPK
5. Menunjukkan rasa apresiasi
atas prestasi sekolah, peserta
didik dan orang tua
Jalinan Kemitraan Perguruan Tinggi

1. Kerja sama pengingkatan


PPK
Perguruan 2. Membangun kolaborasi
Tinggi dalam program-program
kualitas guru dan peserta
didik
3. Implementasi Tridarma PT
Orangtua dan Komite Sekolah
Diskusi antara
Komite, Orang tua, Bentuk
Peran Komite
dan guru tentang partisipasi orang
Sekolah
aturan seolah tua

1. Pentingnya
1. Gotong royong
1. Bentuk karakter keterlibatan orang
pemenuhan sarpras
yang disepakati → tua
(galang dana ) →
untuk menjaga 2. Bentuk partisipasi di
pagelaran seni, bazar
kesinambungan di rumah
amal. CSR
sekolah dan rumah 3. Melindungi anak
2. Eksplorasi potensi
2. Melaksanakan dari berbagai
lingkungan sekola
program terkait PPK ancaman sekitar
sebagai sumber belajar
→ seminar, diskusi, (kekerasan,
→pendataan profesi OT,
FGD pornografi, narkoba,
pemetaan profesi OT
paham ekstrim)
3. PEMBELAJARAN ABAD 21

KUCINYA 4 HAL;
1. Critical Thingking Skill
2. Creativity
3. Communication
4. Collaboration
Low Order VS Higher Order Thinking

Higher Order Thinking

Critical Thinking

Low Order Thinking

Bloom’s Taxonomy
IMPLIKASI PEMBELAJARAN

Indikator Pencapain Kompetensi harus


sampai HOTS
Materi harus sampai HOTS
Langkah pembelajaran HOTS
- Problem Based Learning
- Discovery-inquiry based learning
- Projeck based learning
- Product based learning
Penilaian HOTS

Anda mungkin juga menyukai