Anda di halaman 1dari 17

CASE SAINS SESION

Coronal Leakage Following Three


Obturation Techniques

Presented by Dyflia irfania


112100126

Perceptor : drg Arllina


Introduction
Saat ini bahan pilihan untuk obturasi saluran akar adalah gutta perca.
Sebelum obturasi saluran akar, penghapusan lapisan smear layer telah
dianjurkan. Lapisan smear layer adalah kombinasi debris organik dan
anorganik pada dinding saluran akar yang membentuk dentin, jaringan lunak
debris, proses odontoblastic , dan elemen mikroba (McComb & Smith 1975,
Goldman et al. 1982, Mader et al. 1984). Adanya lapisan smear layer
menjadi kesempatan terjadinya kebocoran dan sumber substrat untuk
bakteri tumbuh dan masuk (Goldman et al. 1982, Pashley 1984, Meryon &
Brook 1990, Pitt Ford & Roberts 1990, Garberoglio & Becce 1994). Dengan
menghapus smear layer serta menggunakan gutta perca dan sealer pada saat
obturasi menunjukkan adanya penurunan kejadian kebocoran.
Problem

Kebocoran dan kontaminasi bakteri pada


teknik obturasi saluran akar
Participants

 90 gigi akar tunggal yang telah diekstraksi,


dibersihkan dan disterilisasi

 Dibagi menjadi 20 gigi dalam 3 kelompok dengan


perlakuan teknik obturasi yang berbeda dan smear
layer yang telah dihilangkan
Intervensional

90 akar tunggal di ekstraksi kemudian di sterilisasi


dengan 5.25% sodium hypochlorite (NaOCl) selama 2
minggu. Selanjutnya gigi di dekoronasi diatas atau
dibawah cemento-enamel junction (cej) dan disimpan
dalam air deionisasi. Semua kanal diperbesar sampai
ukuran 7 dalam seri 0,04. Pertahankan dengan
menempatkan file ukuran 10 sampai apex. Canal di
irigasi per tiap file dengan 1.0 mL of 5.25% NaOCl.
Smear layer dihapus dengan 3 mL dari 17% EDTA selama
30 detik, kemudian dengan 5 mL dari 5.25% NaOCl.
Kemudian dikeringkan dengan paper point yang steril.
Kemudian gigi di acak dan dibagi menjadi 20 gigi dalam
3 kelompok.
 Kelompok pertama obturasi gigi dengan menggunakan
ukuran 40 Thermafil gutta-percha carriers and Roth’s
801 elite sealer sesuai intruksi pabrik.
 Kelompok kedua obturasi dengan menggunakan
pemadatan lateral. Dengan memeriksa ukuran 45 dari
master cone fitted dengan tugback. Sealer dimasukkan
dengan paper point ke canal. Tip master apikal cone
dimasukkan ke dalam sealer dan diletakkan secara
apikal. Kemudian gunakan spreader sampai menembus
sepertiga kanal.
 Kelompok ketiga obturasi dengan warm vertical
compaction (pemadatan bagian vertikal dengan
memanaskannya). Sealer diletakkan pada kanal
dengan master cone. Lalu panaskan gutta
percha dan padatkan dengan plugger sampai 4-
5 mm dari apek. Lanjutkan sampai orifice
koronal dari kanal.
 Kelompok ke 4 adalah kelompok kontrol. 5 gigi
sebagai kontrol positif tanpa pengisian gutta
percha dan 5 gigi sebagai kontrol negatif
dengan pengisian gutta percha dan penutupan
semua orofice dengan sealer cyanoacrylate.
Setelah di obturasi, gigi disimpan dalam kelembapan 100% selama 30
hari. Kemudian gigi diuji aparatus dengan 2 tabung reaksi. Tabung
pertama ditempelkan pada gigi dengan cyanoacrylate semen. Tabung
kedua dipasang ke dalam lumen tabung pertama, langsung di orifice
kanal. Tabung kedua ini digunakan untuk memberikan bakteri langsung ke
orifice koronal kanal. Setelah itu, bagian akar dicat dengan dua lapis cat
kuku pernis sampai menyisakan 1 mm apek.
 Lalu gigi disimpan dalam kelembapan 100% selama 90
hari. Pada hari ke 88 gigi di sterilisasi dengan ethylene
oxide gas. Pada hari ke 90 tabung reaksi steril diisi
dengan 0.5 ml media MM kemudian isi lagi dengan 0,25
ml Proteus vulgaris pada Trypticase Soy Broth (TSB).
Gigi diletakkan pada tabung reaksi secara vertikal dan
masukkan ke inkubator selama 21 hari dengan 37°C.
tabung reaksi diperiksa setiap hari untuk melihat
adanya kekeruhan sebagai indikator adanya kebocoran
bakteri. Bakteri pada reservoir koronal diisi ulang tiap 6
hari dengan mengaspirasi dan mempipet 0,25 mL
inokulum di TSB.
 Setelah itu bakteri dihilangkan dengan vakum.
Kemudian uji aparatus diletakkan pada tabung steril
dengan agar pada apek untuk mempertahankan
kontinuitas antara kelompok bakteri dan tinta india.
 Tinta india (0.25 ml) ditempatkan di reservoir koronal
dan balikkan untuk memastikan dye mencapai orifice
kanal. Empat kelompok ditempatkan ke dalam
inkubator. Gigi dievaluasi setiap hari untuk menilai
apakah beberapa gigi yang telah bocor sebelumnya
mengalami fraktur. Tinta india diletakkan selama 21
hari. Setelah 21 hari pengujian, aparatus dibongkar, cat
kuku dihapus, dan gigi dipindahkan ke wadah kaca
untuk dibersihkan dengan menempatkan gigi di 70%
asam nitrat selama 3 hari, kemudian dicuci secara
berurutan dari 70, 80, 90, dan 100% etil alkohol.
Setelah itu gigi ditempatkan di metil salisilat.
 Setelah dibersihkan, tiap gigi di foto stereomicroscope
dengan 6x pembesaran kemudian di nilai
 Pengevaluasian gigi dengan penggaris (0,5 mm bertahap) dan semua
penilaian dilakukan secara independen. Kemudian, hasil dari kebocoran
bakteri dianalisis dengan menggunakan statistik Cox Proportional Hazzard
Regression Model (p< 0.05) untuk hari kebocoran sebagai sarana analisis
bertahan hidup. Hasil dari kebocoran pewarna dianalisa dengan statistik
menggunakan Kemungkinan Ratio Chi2Test (p< 0.05).
Result

Semua kelompok terdapat kebocoran bakteri


Ketiga kelompok memiliki kebocoran bakteri di
beberapa gigi
Tidak ada gigi dari kelompok dalam pengelompokan tinta India
memiliki kebocoran ke sepertiga apikal dari kanal
Discussion

- Terjadinya kebocoran bakteri pada pengaplikasian tinta


india
- Obturasi dengan pemadatan lateral menyebabkan
terjadinya kebocoran yang lebih banyak
- Obturasi dengan menggunakan thermafil cenderung
lebih baik
JURNAL CRITICAL

 Kelebihan
 Pemilihan kelompok sampel rata
 Kekurangan
 Waktu yang terlalu lama
 Jumlah kelompok kontrol terlalu sedikit dibandingkan
kelompok sampel
Terimakasih...

Anda mungkin juga menyukai