• Transvaginal Ultrasound
– With hCG levels of 1000-2000, an intrauterine gestational sac
should be visualized
– Many parameters, but none with 100% sensitivity and specificity
• Laboratory evaluation
– Complete blood count
– Type and red blood cell antibody screen
• Rhogam should be given to all Rh negative pregnant patients who are
bleeding, regardless of the etiology
– Serial hCG levels are useful if the diagnosis is unclear by
ultrasound
– Progesterone levels are not very helpful
Threatened abortion
• Medical management
– Methotrexate: Folinic acid antagonist inhibits
dihydrofolic acid reductase and interferes with DNA
synthesis, repair, and replication.
• Surgical management:
– Laparoscopy if the is patient stable
– Laparotomy if the patient hemodynamically unstable
– Salpingostomy versus salpingectomy
Ectopic pregnancy
Molar pregnancy
Gestational Trophoblastic Disease
• Abnormal trophoblastic proliferation
– Complete mole is 46XX (all paternal)
– Partial moles have 69 chromosomes (maternal
and paternal)
• Up to 20% risk of malignancy, highest for
complete
• High hCG levels
“Snowstorm” appearance of engorged,
grape-like chorionic villi
www.acep.org
Molar pregnancy
Abortus Spontan
• Abortus imminens
Terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan
ancaman terhadap kelangsungan suatu
kehamilan. Dalam kondisi seperti ini, kehamilan
masih mungkin berlanjut atau dipertahankan
• Abortus Insipiens
Perdarahan ringan hingga sedang pada
kehamilan muda dimana hasil konsepsi
masih berada di dalam cavum uteri. Kondisi
ini menunjukkan proses abortus sedang
berlangsung dan akan berlanjut menjadi
abortus inkomplit atau komplit
• Abortus Inkomplit
Perdarahan pada kehamilan muda dimana
sebagian dari hasil konsepsi telah ke luar
dari cavum uteri melalui canalis servikalis
• Abortus Komplit
Perdarahan pada kehamilan muda di mana
seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari
cavum uteri
Abortus Infeksiosus
Adalah abortus yang disertai komplikasi
infeksi. Adanya penyebaran kuman atau
toksin ke dalam sirkulasi dan cavum
peritonium dapat menimbulkan septikemia,
sepsis atau peritonitis.
Retensi Janin Mati (Missed Abortion)
Perdarahan pada kehamilan muda disertai
dengan retensi hasil konsepsi yang telah
mati hingga 8 minggu atau lebih. Biasanya
diagnosis tidak dapat ditentukan hanya
dalam satu kali pemeriksaan, melainkan
memerlukan waktu pengamatan dan
pemeriksaan ulang.
Abortus Tidak Aman (Unsafe Abortion)
Upaya untuk terminasi kehamilan muda di
mana pelaksana tindakan tersebut tidak
mempunyai cukup keahlian dan prosedur
standar yang aman sehingga dapat
membahayakan keselamatan jiwa pasien.
PENANGANAN
• Penilaian awal :
- Keadaan umum pasien
- Tanda-tanda syok (pucat, keringat banyak, pingsan,
tekanan sistolik < 90 mmHg, nadi > 112 X/menit
- Bila disertai massa lunak adneksa, nyeri perut bawah,
cairan bebas kavum pelvis : KET
- Tanda-tanda infeksi atau sepsis (demam tinggi,sekret
berbau,nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri
goyang porsio, dehidrasi, gelisah atau pingsan)
- Tentukan : penanganan pada fasilitas kesehatan setempat
atau dirujuk.
• Penanganan khusus
Abortus imminens
- Tidak diperlukan pengobatan medik khusus atau tirah
baring total
- Anjurkan tidak melakukan aktifitas fisik berlebihan atau
melakukan hubungan seksual
- Bila perdarahan :
* berhenti : lakukan asuhan antenatal terjadwal dan
penilaian ulang bila perdarahan lagi.
* perdarahan terus : nilai kondisi janin (USG). Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (KET,
Mola)
* pada fasilitas kesehatan sarana terbatas, pemantauan
hanya dilakukan melalui gejala klinik dan
pem.ginekologik.
• Abortus insipiens
• Lakukan evakuasi hasil konsepsi
- bila usia gestasi < 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan peralatan
Aspirasi Vakum Manual (AVM) setelah bagian-bagian janin dikeluarkan.
- Bila usia gestasi ≥ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan prosedur
Dilatasi dan Kuretase
Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilakukan, atau usia gestasi > 16
minggu, lakukan tindakan pendahuluan dengan :
- infus oksitosin 20 unit dalam 500 cc NS atau RL mulai 8 tetes/menit
dinaikkan hingga 40 tetes/menit, sesuai kondisi kontraksi uterus hingga
terjadi pengeluaran hasil konsepsi
- Ergometrin 0,2 mg IM yang diulang 15 menit kemudian
- Misoprostol 400 mg peroral dan apabila masih diperlukan, dapat diulangi
dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal.
Hasil konsepsi yang tersisa dikeluarkan dengan AVM atau kuretase.
• Abortus inkomplit
• Tentukan besar uterus (taksiran usia gestasi),kenali dan
atasi setiap komplikasi (perdarahan
hebat,syok,infeksi/sepsis)
• Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang
disertai perdarahan hingga ukuran sedang,dapat
dikeluarkan secara digital atau cunam ovum.Setelah itu
evaluasi perdarahan:
- Bila perdarahan berhenti,beri ergometril 0,2 mg IM
atau misoprostol 400 mg peroral.
• - Bila perdarahan terus berlangsung,evakuasi sisa hasil
konsepsi dengan AVM atau D & K.
• Bila tak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis
(Ampisilin 500 mg oral atau doksisiklin 100 mg)
• Bila tjd infeksi : ampisilin 1 gr dan metronidazol 500 mg
tiap 8 jam
• ABORTUS KOMPLIT
_ Apabila kondis pasien baik, cukup beri ergometrin 3 X 1
tablet perhari untuk 3 hari
• Jika tidak ada tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi
antibiotika
• Abortus infeksiosus
• Kasus ini berisiko tinggi untuk terjadi sepsis,apabila
fasilitas kesehatan setempat tidak mempunyai fasilitas
yang memadai,rujuk pasien ke rumah sakit.
• Sebelum merujuk pasien lakukan restorasi cairan yang
hilang dengan NS atau RL melalui infus dan berikan
antibiotik (misalnya : ampisilin 1 gr dan metronidazol
500 mg).
• Jika ada riwayat abortus tidak aman,beri ATS dan TT.
• Pada fasilitas kesehatan yang lengkap,dengan
perlindungan antibiotik berspektrum luas dan upaya
• Stabilisasi hingga kondisi pasien memadai,dapat
dilakukan pengosongan uterus sesegera mungkin
(lakukan secara hati – hati kerena tingginya kejadian
perforasi pada kondisi ini)
• Missed abortion
• Missed abortion seharusnya ditangani di rumah sakit
atas pertimbangan :
• Plasenta dapat melekat sangat erat di dinding
rahim,sehingga prosedur evakuasi (kuretase) akan
lebih sulit dan resiko perforasi lebih tinggi.
• Pada umumnya kanalis servisis dalam keadaan
tertutup sehingga perlu tindakan dilatasi dengan
batang laminaria selama 12 jam.
• Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenemi yang
berlanjut dengan gangguan pembekuan darah.