Anda di halaman 1dari 30

REFERAT

GAMBARAN RADIOLOGI HYPERTROPHIC PYLORIC STENOSIS

Disusun oleh :
Christine Yohana Sianturi, S.Ked (1618012096)

Pembimbing:
dr. E. S. Ireschka Pattiwael, Sp. Rad., M.Sc.

SMF RADIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUMJENDRAL AHMAD YANI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
BAB I : PENDAHULUAN

• Hipertrophic pyloric stenosis (HPS) merupakan suatu kondisi yang terjadi pada bayi dengan gaster
bagian pilorus mengalami penebalan yang abnormal.
HPS

• (HPS) merupakan gangguan gastrointestinal paling sering pada bayi muda, yang umumnya terjadi
pada bayi umur 2-10 minggu kehidupan
HPS • Insidensi kelainan ini adalah 1-4 : 1.000 kelahiran

• Obstruksi gastric outlet ini dapat menyebabkan muntah proyekti, hilangnya asam hidroklorida,
dehidrasi, alkalosis hipokloremia, hipokalemia dan menyebabkan kematian pada lebih dari 50%
pasien
HPS • Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan dengan USG, foto polos abdomen, dan UGI
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
DEFINISI

 Hipertrophic pyloric stenosis (HPS) merupakan suatu kondisi yang terjadi pada
bayi dengan gaster bagian pilorus mengalami penebalan yang abnormal.
 HPS juga dapat didefinisikan sebagai suatu penyempitan di jalan keluar gaster
sampai bagian pertama dari duodenum menyebabkan pembesaran (hipertropi)
muskulus sekitar jalan keluar tersebut (pilorus) dan mengalami spasme saat
gaster kosong.
ANATOMI DAN FISIOLOGI

 Gaster  tempat di mana makanan


dicerna dan sejumlah kecil sari-sari
makanan diserap.

 1. Kardia adalah daerah pintu


masuk makanan dari esofagus

 2. Fundus adalah bagian atas


dengan bentuknya membulat

 3. Korpus adalah bagian tengah dan


bagian terbesar dari gaster

 4. Pilorus adalah bagian bawah,


daerah yang berhubungan
duodenum.
EPIDEMIOLOGI

Terjadi pada bayi Sering terjadi pada


dengan usia kehidupan orang kulit putih
2-10 minggu (keturunan Eropa)

Diwariskan oleh orang


Bayi laki-laki > bayi
tua, khususnya pada
perempuan
anak pertama
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Faktor Resiko

• Faktor keturunan
• Jenis kelamin
• Kelahiran prematur Spasme, hipertrofi
muskulus, inervasi pilorus
• Ibu yang merokok selama hamil
• Penggunaan antibiotik pada usia-
usia awal bayi
• Diduga juga ada kaitan cara
menggunakan botol susu atau Hiperaktifitas lambung
susu formula
PATOGENESIS

NON ADREGENIK (NON PROTEIN MATRIKS


INERVASI SEL OTOT POLOS
KOLINERGIK) ABNORMAL

PENINGKATAN EKSPRESI
insulin-like growth factor-I,
transforming growth factor-
ABNORMALITAS GENETIK INFEKSI
beta 1, dan plateletderived
growth factor-BB dan reseptor
otot hipertrofik pilorus
TANDA DAN GEJALA KLINIS

GEJALA TANDA

• Muntah- muntah (pada usia 2 minggu – 2 bulan)


• Selalu merasa lapar.
• Perut bagian yang seperti membengkak setelah
menyusu.
• Sakit perut.
• Bersendawa.
• Gerakan perut bagian atas seperti gelombang yang
terlihat setelah bayi menyusu sesaat sebelum
muntah.
• Dehidrasi
• Buang air besar yang sedikit dan keras melebihi
biasa.Jarang buang air kecil.
• Berat badan yang tidak bertambah atau malah turun
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Gangguan elektrolit Penebalan pada mukosa.

HISTOPATOLOGI
DARAH RUTIN

Gangguan fungsi ginjal Gambaran yang


(ureum dan kreatinin) didapatkan hipertrofi
yang menonjol ke dalam
antrum dari lambung.
GAMBARAN RADIOLOGI
PEMERIKSAAN USG

Gambaran Klasik Sonografi HPS


• Lingkaran hipoekoik muskulus pilorus yang hipertropi yang mengelilingi mukosa yang ekogen di tengahnya pada
potongan melintang dan disebut sebagai doughnut sign atau bull’s eye atau target sign

Gambaran bull’s eye dari antropilorus terdiri atas


• Gambaran pencil thin yang sulit diukur, dengan tepi luar anekoik menggambarkan adanya lingkaran normal.
• Permukaan dalam yang ekogen menggambarkan mukosa dan submukosa, dan
• Pusat yang paling dalam berupa anekoik (menggambaran cairan di saluran).
Kriteria Ukuran
• Panjang saluran pilorus (normal 11 mm, HPS > 17 mm)
• Panjang otot pilorus (normal 13-17 mm, HPS > 19 mm)
• Tebal dinding otot pilorus merupakan lebar otot pilorus dari lapisan serosa ke submukosa (normal < 2 mm, HPS
> 4 mm)
• Diameter pilorus yang diukur dari lapisan serosa ke serosa (normal <10 mm, HPS > 15mm)
USG
ANTRAL NIPPLE SIGN
TARGET SIGN DAN DOUGHNUT SIGN
Pemeriksaan Foto Polos Radiografi

 Single bubble: Distensi lambung masif (diameter > 7cm) dengan isi cairan atau
udara dengan gambaran gas di intestinal minimal
 Caterpillar sign: Dilatasi gaster yang nyata dengan incisura yang menonjol akibat
peningkatan peristaltik
 Udara Gaster tampak prominent
 Peningkatan gerakan peristaltik dan hilang, dan gambaran gaster seperti busa,
mottled appearance (udara gaster bercampur dengan cairan atau makanan)
CATERPILLAR SIGN

Abdominal roentgenogram dari stenosis


pylorus hipertrofi
UPPER GASTROINTESTINAL/ UGI
Upper Gastrointestinal/ UGI

 Pengosongan lambung tertunda


 Cephalic orientatiton: pilorus tampak berbentuk cephal
 Caterpillar sign: Gelombang peristaltik
 Mushroom atau umbrella sign: karena penekanan otot yang
menebal pada bulbus duodeni
 Double track sign: mukosa berlebihan dalam lumen pilorus yang
menyempit sehingga menimbulkan pemisahan barium menjadi dua
saluran
 String sign: barium melalui saluran sempit membentuk gambaran
lintasan barium yang tipis tegas dan memanjang
 Beak sign: Pintu masuk ke pylorus mungkin berbentuk paruh
MUSHROOM/UMBRELLA SIGN

Hypertrophic pyloric stenosis yang


memberikan gambaran “mushroom sign
DOUBLE TRACK SIGN
SHOULDER SIGN DAN STRING SIGN
BEAK SIGN DAN TIT SIGN
CT SCAN ABDOMEN

CT-Scan abdomen dengan kontras potongan axial pada CT-Scan abdomen dengan kontras potongan axial pada
pasien yang mengalami penebalan pada pylorus dan pasien yang mengalami penebalan pada pylorus dan
antrum bagian distal (tanda panah). antrum bagian distal (tanda panah).
Tatalaksana
Koreksi Elektrolit dan Rehidrasi

Pembedahan
Dekompresi Nasogastrik
• Cairan 0,45% salin • Aspirasi semua isi • Ramstedt
dan 5% dextrose lambung melalui pyloromyotomy
sebelum operasi NGT
• Gangguan • Lavage dengan
elektrolit berat: saline sampai
0,9% salin dengan evakuasi adekuat
10-20cc/kgBB, • NGT dikeluarkan
diikuti oleh setelah isi lambung
pemberian 0,9% kosong
salin dalam 5%
dextrose.
Diagnosis Banding

GERD (gastroesophageal reflux disease)

Pylorospasme

Atresia Pilorus

Stenosis Duodeni

Malrotasi atau midgut volvulus


KESIMPULAN

 Hipertofi pilorus stenosis (HPS) adalah hipertrofi menyeluruh pada otot pilorus dan merupakan
penyebab obstruksi paling sering pada bayi umur 2 sampai 8 minggu.

 Diagnosis HPS ditegakkan dari gejala klinis, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan modalitas
radiologi yaitu foto polos abdomen, ultrasonografi, dan upper gastrointestinal imaging dengan
kontras (UGI).

 Pada pemeriksaan foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran perut buncit dengan gas
pada usus distal berkurang, caterpillar sign, dan mottled sign.

 Pada pemeriksaan USG dapat ditemukan echolusen ring yang memberikan gambaran doughnut
sign atau bull’s eye sign, dan pada potongan longitudinal dapat ditemukan inner ring dan broad
ring.

 Pada pemeriksaan upper gastrointestinal (UGI) ditemukan cephalic orientation, shouldering,


mushroom/ umbrella sign, double track sign, string sign, dan pyloric tit.
DAFTAR PUSTAKA

• Alawiyah, Ana. 2013. Laporan Kasus: Hipertrophic Pyloric Stenosis. Yogyakarta: UGM.
• Arslan, Halil, dkk. 2006. Hypertophic Pyloric Stenosis MR Findings. Eur J Gen Med. 3 (4): 186-189.
• Brambs, Hans. 2008. Direct Diagnosis in Radiology. Germany: Georg Thieme Publishing Group.
• Dias, Silvia, dkk. 2012. Hypertrophic Pyloric Stenosis: Tips and Tricks for Ultrasound Diagnosis.Insight Imaging. 12(3):
247-250.
• Gencosmanoglu, Rasim, Orhan, Aydin, Nurdan. 2002. Primary Hypertrophic Stenosis in the Adult: A Case Report.
Turk J Gastroenterol. 13 (3): 176-179.
• Madjawati, Ana. 2006. Stenosis Pilorus Hipertrofi. Mutiara Mediaka. 6 (2): 131-137.
• Patel, Pradip. 2007. Lecture Notes: Radiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
• Rasad S. 2011. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta. Badan Penerbit FK UI.
• Said, Meena, dkk. 2012. Ultrasound Measurements in Hypertrophic Pyloric Stenosis. Perm J. Summer. 16(3): 25-27.
• Schouw, dkk. 1994. Diagnosis of Hypertrophic Pyloric Stenosis: Value of Sonography when Used in Conjuction with
Clinical Findings and Laboratory Data. Netherlands: University of Nijmegen.
• Westra, Sjirk. 1999. Hypertrophic Pyloric Stenosis: Use of the Pyloric Volume Measurement in early US
Diagnosis.Radiology. 172(3): 615-619.
• Yokoyama, dkk. 2016. Successful Combination of Endoscopic Pyloromyotomy and Balloon Dilatation for
Hypertrophic Pyloric Stenosis in an Older Child: A novel Procedure. Surgical Case Report. 145(2): 1-5.

Anda mungkin juga menyukai