Anda di halaman 1dari 86

PLENO MODUL 1

KELOMPOK 13B

MIFTAHUL NUKTI
IHSIANI NADHIFA
PUTRI FANNYSA
AZARIA ZHAFIRA D
YUNIA HABSARI
LAILATURRAHMI NASRI
M.HAZQI RAMA
A.K. MUNZI
NOPTRIANI
I. TERMINOLOGI
• Uveitis Anterior: Peradangan yang terjadi pada Uvea bagian anterior yang terdiri dari iris dan
badan siliar
• Penlight: alat yang dapat digunakan untuk memeriksan hidung, mata, telinga, dalam bentuk pena
yang menghasilkan cahaya seperti senter
• Trichiasis: inversi bulu mata kearah bola mata
• Margo palpebra: bagian pinggir palpebra
• Visus tanpa koreksi: pemeriksaan ketajaman penglihatan tanpa menggunakan alat bantu untuk
melihat(seperti kaca mata)
• Krusta: penumpukan sel kulit yang sudah mati, debris, cairan, darah, nanah, dan obat yang sudah
mengering
• Epilasi: tindakan mencabut rambut/bulu yang tidak diinginkan disuatu daerah tubuh
II. RUMUSAN MASALAH
• Mengapa kelopak mata titis gatal dan ketika dikucek terdapat bulu mata yang rontok?
• Kenapa mata titis merah dan berair?
• Adakah hubungannya penyakit pada ibunya dengan keadaan titis sekarang?
• Adakah hubungannya jenis kelamin dan usia dengan keluhan yang diderita titis?
• Apa interpretasi dari pemeriksaan dokter?
• Bagaimana hubungannya uveitis anterior dengan keluhan mata ibu titis yang merah dan silau?
• Mengapa dilakukan epilasi pada titis dan antibiotika topikal jenis apa yang diberikan?
• Bagaimana kriteria rujukan pada kasus titis tersebut?
• Mengapa bisa terjadi penurunan visus pada mata titis?
• Bagaimana jika penyakit titis tidak segera disembuhkan?
• Apakah keadaan mata titis bisa kembali seperti normal?
III. BRAINSTORMING
• Mengapa kelopak mata titis gatal dan ketika dikucek terdapat bulu mata yang
rontok?
Kelopak mata gatal:
• reaksi alergi tipe 1: karena dilepaskannya histamin
• Infeksi (ex:blefaritis anterior): karena dilepaskannya histamin
• Peradangan konjungtiva
• Kutu pada bola mata
Bulu mata rontok:
• Normal: rontok 5-6 bulan sekali dalam jumlah yang tidak banyak
• Patologis: rontok dalam jumlah banyak, mudah rontok saat dikucek ( bisa disebabkan
karena kemoterapi, kurang nutrisi, dan penyakit lain)
• Kenapa mata titis merah dan berair?
Mata merah: bisa disebabkan Iritasi pada mata: bisa disebabkan karena zat kimia dan infeksi
• Infeksi bakteri: ada krusta
• Cairan jernih berlebihan: virus
• Selaput: jamur
Trichiasis: bulu mata yang tumbuh kearah dalam akan menyentuh kornea-> iritasi pada mata-
> merah
Mata berair: bisa disebabkan karena drainase air mata yang terganggu atau produksinya yang
berlebihan dan juga bisa disebabkan oleh reaksi inflamasi pada mata
• Adakah hubungannya penyakit pada ibunya dengan keadaan titis sekarang?
Tidak ada hubungannya. Karena keluhan yang dialami titis bersifat didapat dimana infeksi
sebagai etiologinya. Pengaruh lain bisa saja mempengaruhi seperti tinggal dilingkungan yang
sama dengan ibunya, sehingga mudah terkena penyakit yang terinfeksi
• Adakah hubungannya jenis kelamin dan usia dengan keluhan yang diderita titis?
Trichiasis, blefaritis, uveitis bisa terjadi pada semua usia dan jenis kelamin,
namun paling sering terjadi pada usia paruh baya
• Adakah hubungannya penyakit pada ibunya dengan keadaan titis sekarang?
Tidak ada hubungannya. Karena keluhan yang dialami titis bersifat didapat dimana infeksi
sebagai etiologinya. Pengaruh lain bisa saja mempengaruhi seperti tinggal dilingkungan yang
sama dengan ibunya, sehingga mudah terkena penyakit yang terinfeksi
• Adakah hubungannya jenis kelamin dan usia dengan keluhan yang diderita titis?
Trichiasis, blefaritis, uveitis bisa terjadi pada semua usia dan jenis kelamin,
namun paling sering terjadi pada usia paruh baya
• Apa interpretasi dari pemeriksaan dokter?
• Kelopak mata gatal, dikucek mudah rontok: radang kelopak mata (belfaritis)
• terdapat bulu mata yang berkelompok: karena bulu mata yang telah laps berkumpul
didalam mata menyebabkan inflamasi yang menghasilkan sekret dan mediator inflamasi
kemudian mengering dan menyebabkan terbentuknya krusta. Krusta bisa terbetuk sebagai
reaksi sistem imun terhadap infeksi bakteri baik akit maupun yang sudah mengalami remisi.
• Ketika krusta diangkat terlihat ulserasi : blefaritis ulseratif. Ulserasi akan menyababkan
terbentuknya sikatrik pada daerah margo palpebra yang menyebabkan bulu mata tertarik
kearah dalam(trichiasis) sehingga dapat mengiritasi bola mata
• Bagaimana hubungannya uveitis anterior dengan keluhan mata ibu titis yang merah
dan silau?
• Merah : akibat reaksi inflamasi
• Silau : foto fobia-> adanya respon nyeri terhadap cahaya yang disebabkan karena radang pada otot
yang mengatur pergerakan iris yang berfungsi untuk megatur pembesaran dan pengecilan pupil.
Silau juga bisa disebabkan karena hipersensitifitas dari retina
• Mengapa dilakukan epilasi pada titis dan antibiotika topikal jenis apa yang diberikan?
Epilasi: untuk mencabut bulu mata yang tumbuh kearah dalam
antibiotik: untuk mengobati infeksi. Ex: azitromicin
• Bagaimana kriteria rujukan pada kasus titis tersebut?
Trichiasis: kompetensi 4A
kriteria rujukan:
• Bila tatalaksana tidak membantu kondisi pasien
• Telah terjadi penurunan visus
• Telah terjadi kerusakan kornea
• Jika pasien menghendaki tatalaksana langsung di layanan sekunder
• Mengapa bisa terjadi penurunan visus pada mata titis?
• Trichiasis: bulu mata mengiritasi kornea: fungsi pengaturan ketajaman penglihatan terganggu
• Peradangan pada otot untuk akomodasi mata-> gangguan pemfokusan objek-> penurunan
visus
Yang mempengaruhi ketajaman visus:
• Ketajaman lensa : misal pada kasus katarak(proses degeneratif)-> untuk kasus ini tidak
mungkin terjadi karena radang akut
• Daya akomodasi : bisa terganggu pada kasus radang akut
• Kejernihan media refraksi : kerusakan permanen yang terjadi pada kornea -> sifatnya
irreversible
• Bagaimana jika penyakit titis tidak segera disembuhkan?
Komplikasi yang mungkin timbul pada blefaritis: trichiasis menyebabkan abrasi
kornea sehingga menyebabkan gangguan penglihatan yang permanen.
• Apakah keadaan mata titis bisa kembali seperti normal?
Bisa. Penurunan visus yang terjadi pada mata titis tidak bersifat permanen. Dan epilasi bisa
dilakukan untuk mencegah pertumbuhan bulu mata kearah dalam.
IV. SKEMA
Kelopak
mata gatal Terdapat
Merusak
tumpukan
folikel rambut
bulu mata
madarosis Setelah Antibiotik
dibersihkan Blefaritis
Pemeriksaan krusta (ex:azitrom
terdapat ulkus Ulseratif
Mata mata isin)
merah, Penurunan
pedih, Membentuk
visus komplikasi
berair jaringan sikatrik
Gangguan
pengaturan Jika
konjung trichiasis
Mata silau cahaya yang hordeolum kalazion dibiarkan:
tivitis
masuk ke pupil ablasi
kornea
Inflamasi pada otot yang DD: uveitis epilasi
mengatur pergerakan iris anterior Gangguan
penglihatan
V. LO
• M3 infeksi dan kelainan pada kelopak mata: blefaritis, kalazia, hordeolum, trichiasis
• M3 infeksi pada mata: konjungtivitis, uveitis
BLEPHARITIS
DEFINISI

Istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata. Kata "blefaritis" berasal dari kata Yunani
blepharos, yang berarti "kelopak mata," dan akhiran itis Yunani, yang biasanya digunakan untuk
menunjukkan peradangan dalam bahasa Inggris.
Blepharitis adalah iritasi pada kelopak mata. Ini memiliki berbagai penyebab, mulai dari alergi dan
infeksi iritasi serta kanker kulit. Ini adalah penyakit mata yang paling umum.
Blefaritis merupakan inflamasi kronis kelopak mata yang umum terjadi. Kadang dikaitkan dengan
infeksi stafilokokus kronis. Kondisi ini menyebabkan debris skuamosa, inflamsi tepi kelopak mata,
kulit, dan folikel bulu mata (blefaritis anterior). Kelenjar Meibom dapat terkena secara tersendiri
(blefaritis posterior).
ETIOLOGI

Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi biasanya berjalan kronis atau menahun. Blefaritis
alergi biasanya berasal dari debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak
mata dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas.
Bentuk blefaritis yang biasanya dikenal adalah blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis
angularis.
KLASIFIKASI

• Blefaritis inflamasi atau alergi terjadi akibat peningkatan sel radang kulit di sekitar kelopak.
• Blefaritis alergi dapat disebabkan oleh iritasi di atmosfer (misalnya, bahan kimia di tempat kerja)
atau dengan banyak obat, baik mata atau sistemik. Pada banyak orang, blefaritis disebabkan oleh
paparan hewan seperti anjing atau kucing.
• Bentuk ulseratif (blefaritis menular) sering ditandai dengan adanya sekret kuning atau kehijauan.
• Blefaritis dapat disebabkan oleh kondisi medis sistemik atau kanker kulit dari berbagai jenis.
KLASIFIKASI AKIBAT PENYEBAB

• Blepharitis Superficial
• Blepharitis Sebasea
• Blepharitis Staphylococcus
• Blepharitis Squamosa
• Blepharitis Ulseratif
• Blepharitis Angularis
GAMBARAN KLINIS
• Blefaritis stafilokokus
– sisik keras dan pengerasan kulit terutama berlokasi di antara dasar bulu mata .
– hiperemia konjungtiva ringan dan umumnya terjadi konjungtivitis papiler kronis
– Kasus lama dapat berkembang menjadi jaringan parut dan bentukan (tylosis) dari tepi
kelopak mata. Madarosis, trichiasis dan poliosis
– Perubahan sekunder termasuk pembentukan tembel, keratitis tepi kelopak mata dan
sesekali terjadi phlyctenulosis.
– Berhubungan dengan ketidakstabilan tearfilm dan sindrom mata kering yang umumnya
terjadi.
• Blefaritis seboroik
– Hiperaemik tepi kelopak mata anterior dan tampak berminyak dengan menempel bersama-
sama pada bulu mata
– Sisik yang lembut dan terletak di mana saja pada tepi kelopak mata dan bulu mata.
• Blefaritis posterior
– Sekresi berlebihan dan tidak normal kelenjar meibomian sebagai menyumbat lubang
kelenjar meibomian dengan tetesan minyak
– Berkerut, resesi, atau penyumbatan lubang kelenjar meibomian
– Hiperemi dan telangiectasis dari tepi kelopak posterior.
– Tekanan pada tepi kelopak mengakibatkan cairan meibomian keruh atau seperti pasta gigi.
– Transiluminasi kelopak dapat menunjukkan hilangnya kelenjar dan dilatasi kistik duktus
meibomian.
– Tear film berminyak dan berbusa, buih dapat menumpuk di tei kelopak atau dalam kantus.
– perubahan sekunder termasuk konjungtivitis papiler dan erosi kornea epitel inferior.
DIAGNOSIS

• Riwayat pasien untuk menentukan apakah gejala yang dialami pasien dan adanya masalah
kesehatan umum yang mungkin berkontribusi terhadap masalah mata.
• Pemeriksaan mata luar, termasuk struktur kelopak mata, tekstur kulit dan penampilan bulu mata.
• Evaluasi tepi kelopak mata, dasar bulu mata dan pembukaan kelenjar meibomian menggunakan
cahaya terang dan pembesaran.
• Evaluasi kuantitas dan kualitas air mata untuk setiap kelainan.
PENGOBATAN

• Kompres Air hangat


• antibiotika sistemik atau oral
• Makanan mengandung omega-3
KOMPLIKASI
• Pertumbuhan bulu mata yang tidak normal
• Kerontokan bulu mata
• Bintit atau benjolan yang terasa menyakitkan di tepi kelopak mata akibat infeksi yang
berkembang
• Luka pada kelopak mata
• Bentuk tepi kelopak mata yang berubah (melipat ke dalam atau ke luar)
• Konjungtivitis
• Kalazion atau benjolan seperti bintit yang muncul di bagian dalam kelopak mata
• Rasa tidak nyaman ketika memakai kontak lensa
• Tukak pada kornea akibat iritasi berkepanjangan
• Kerusakan pada kornea akibat tukak pada kornea yang tidak tertangani
HORDEOLUM
infeksi kelenjar di palpebra.
Klasifikasi :
• hordeolum interna  kelenjar meibom , timbul pembengkakan besar
• Hordeolum eksterna infeksi di kelenjar Zeis atau Moll.Lebih kecil dan lebih superfisial
• Sebagian besar hordeolum disebabkan oleh infeksi stafilokok, biasanya Staphylococcus aureus
• Gejala utama : Nyeri, merah, dan bengkak
• Intensitas nyeri mencerminkan hebatnya pembengkakan palpebra
• Hordeolum interna dapat menonjol ke kulit atau ke permukaan konjungtiva. Hordeolum
eksterna selalu menonjol ke arah kulit.
• Pengobatannya adalah kompres hangat 3-4 kali sehari selama 10-15 menit Jika keadaan
tidak membaik dalam 48 jam insisi dan drainase bahan purulen.
• Hendaknya dilakukan insisi vertikal pada permukaan konjungtiva untuk menghindari
terpotongnya kelenjar meibom. Sayatan ini dipencet untuk mengeluarkan sisa nanah.
• Jika hordeolum menonjol ke luar, dibuat insisi horizontal pada kulit untuk mengurangi luka
parut.
• Pemberian salep antibiotik pada saccus conjunctivalis setiap 3 jam ada manfaatnya.
• Antibiotik sistemik diindikasikanjika terjadi selulitis.
KAL A ZION
KALAZION
 Radang granulomatosa kronik yang steril dan idiopatik pada kelenjar meibom
• Umumnya ditandai oleh pembengkakan setempat yang tidak terasa sakit dan berkembang
dalam beberapa minggu
• Dibedakan dari hordeolum karena tidak ada tanda-tanda radang akut
• Jika cukup besar sehingga mengganggu penglihatanatau mengganggu secara kosmetik,
dianjurkan eksisi lesi.
• Biopsi diindikasikan pada kalazion-berulang karena tampilan karsinoma kelenjar meibom
dapat mirip tampilan kalazion.
• Eksisi bedah dilakukan melalui insisi vertikal ke dalam kelenjar tarsal dari permukaan
konjungtiva, diikuti kuretase materi gelatinosa dan epitel kelenjarnya.
• Penyuntikan steroid intralesi saja mungkin bermanfaat untuk lesi kecil; tindakan ini
dikombinasikan dengan tindakan bedah pada kasus-kasus yang sulit.
TRICHIASIS
1. DEFINISI

Suatu abnormalitas kelopak mata didapat dimana terjadi kesalahan pertumbuhan arah bulu mata
namun posisi margin palpebra masih normal. Bulu mata yang arah pertumbuhannya salah dapat
menimbulkan iritasi pada permukaan okuler dan berpotensi untuk menimbulkan gangguan
penglihatan, ulserasi dan scarring.
2. ETIOPATOGENESIS

Segala kondisi yang dapat menimbulkan perlukaan pada lempeng tarsal dan konjungtiva akan
menyebabkan misdirection dari bulu mata. Kondisi tsb dpt diklasifikasikan sbb:
1. Trauma
– Cedera kelopak mata
– Luka bakar pada wajah dan kelopak mata
– Perubahan post-operatif spt reparasi ektropion
2. Infeksi
– Trachoma
– Herpes zoster
3. Penyakit Autoimun
– Ocular Cicatrical Pemphigoid: OCP merupakan reaksi hipersensitivitas II
dengan ikatan autoAb di dasar zona membran.
– Steven Johnson Syndrome: reaksi hipersensitivitas oleh obat dan antigen lainnya.
4. Inflamasi
– Blefaritis
– Vernal Keratokonjungtivitis
3. MANIFESTASI KLINIS

• Gejala: bisa saja asimptomatis atau adanya sensasi benda asing, mata merah, lakrimasi, nyeri dan
fotofobia.
• Tanda: pemeriksaan dengan Slit lamp menyeluruh pada segmen anterior untuk menilai distribusi
dari bulu mata yang mengalami trichiasis
4. DIAGNOSIS BANDING

• Pseudotrichiasis: akibat malposisi kelopak mata, cth pada entropion dan epiblefaron.
• Distichiasis: kelainan yang cukup jarang terjadi karena pertumbuhan bulu matanya dimulai dari
orifisium Gl. Meibom di bagian posterior lamella dari lempeng tarsal sehingga membuat
lajur/baris pertumbuhan kedua dari bulu mata
5. TATALAKSANA

• Tidak ada prosedur diagnostik khusus yang dibutuhkan dalam TL trikiasis, namun bila
mencurigai adanya SJS ataupun trachoma maka biopsi konjungtiva dapat dilakukan.
• Medikamentosa: untuk mengontrol gejala dan mengatasi underlying disease nya. Tapi tindakan
bedah tetap menjadi terapi utama/primer.
-Lubricants spt air mata artifisial dan salep untuk mengurangi efek iritasi yang ditimbulkan dari gesekan
bulu mata.
-Thy Imunomodulator pada SJS dan OCP
-Pada trachoma dapat diberikan Abx ke pasien dan keluarganya; Azitromisin dosis tunggal 20 mg/kg.
• Bedah:
-Epilasi Mekanik dengan forcep dapat dilakukan untuk membuang sementara pertumbuhan
bulu mata yang arahnya salah, tapi bulu mata tersebut akan tumbuh kembali dalam 3-6
minggu.
-Elektrolisis dengan arus listrik berfrekuensi tinggi tapi tingkat rekurensi nya masih tinggi
juga tindakan ini menimbulkan scarring dan perlengketan pada margin kelopak mata
-Radiofrekuensi abalasi bulu mata dan folikelnya cukup efektif dan dapat dilakukan dengan
anestesi lokal.
-Cryotherapy efektif untuk trikiasis segmental
SUMBER:

https://www.reviewofophthalmology.com/article/trichiasis-lashes-gone-astray
KONJUNGTIVITIS
DEFINISI

Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva


EPIDEMIOLOGI

Tidak ditemukan data signifikan dalam kasus konjungtivitis karna dapat mengenai semua orang
(banyak kasus yang tidak dilaporkan)
GEJALA
Terdapat tanda-tanda penting konjungtivitis
1. Hiperemia
2. Mata berair
3. Eksudasi
4. Pseudoptosis
5. Hipertrofi papilar
6. Kemosis
7. Folikel
8. Pseudomembran dan membran
9. Granuloma
10. Limfadenopati pre-aurikuler
ETIOLOGI
1. Bakteri
2. Klamidia
3. Viral
4. Rickettsia
5. Jamur
6. Parasitik
7. Imunologik
8. Kimiawi atau iritatif
9. Etiologi yang tidak diketahui
10. Berkaitan dengan penyakit sistemik
KONJUNGTIVITIS BAKTERI

Terdapat 2 bentuk konjungtivitis  akut (hiperakut dan subakut) dan kronik.


Konjungtivitis akut biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri berlangsng kurang dari 14
hari. Pengobatan dan salah satu obat antibakteri yang tersedia biasanya menyembuhkan dalam
beberapa hari. Sebaliknya, konjungtivitis hiperakut (purulen) yang disebabkan oleh N.
Gonorrhoeae atau N. Meningitidis dapat menimbulkan komplikasi mata berat jika tidak diobati
sejak dini.
konjungtivitis kronik biasanya sekunder terhadap penyakit palpebra atau obstruksi
ductus nasolacrimalis
TANDA DAN GEJALA KONJUNGTIVITIS
BAKTERI
Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui benda yang dapat menyebarkan kuman (fomit).
• Konjungtivitis bakteri hiperakut (purulen) -> disebabkan oleh neisseria ditandai oleh eksudat
purulen yang banyak.
Setiap konjungtivitis berat dengan banyak eksudat harus segera dilakukan pemeriksaan lab dan
segera diobati. Jika ditunda, bisa terjadi kerusakan kornea atau kehilangan mata, atau konjungtiva
dapat menjadi gerbang masuk N Gonnorhoeae atau N Meningitidis, yang mendahului sepsis atau
meningitis
• Konjungtivitis mukopurulen (catarrhal) akut sering terdapat dalam bentuk epidemik dan disebut
“mata merah (pinkeye)” oleh kebanyakan orang awam.
Ditandai dengan hiperemia konjungtiva akut dan sekret mukopurulen berjumlah sedang. Penyebab
paling umum adalah streptococcus pneumoniae pada iklim tropis.
• Konjungtivitis subakut -> paling sering disebabkan oleh H influenza dan terkadang oleh E coli dan
spesies proteus. Infeksi H influenzae ditandai dengan eksudat tipis, berair, atau berawan.
• Konjungtivitis bakteri kronik
Terjadi pada pasien dengan obstruksu ductus nasolacrimalis dan dakriosistitis kronik, yang biasanya
unilateral. Infeksi ini juga bisa menyertai blefaritis bakterial kronik atau disfungsi kelenjar meibom.
TEMUAN LAB KONJUNGTIVITIS
BAKTERI
Kebanyakan kasus dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan mikroskopik kerokan
konjungtiva yang dipulas dengan pulasan Gram atau Giemsa, pemeriksaan ini menampilkan banyak
neutrofil polimorfonuklear.
Uji sensitivitas bakteri juga diperlukan, tetapi terapi antibiotik empirik harus dimulai. Jika
hasilnya sudah keluar maka antibiotik spesifik dapat digunakan.
TERAPI KONJUNGTIVITIS BAKTERI

Terapi spesifik tergantung pada temua agen mikrobiologinya. Sambil menunggu hasil lab,
dapat digunakan antibiotik spektrum luas (ex. Polymyxin trimethoprime)
pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, saccus conjunctivalis harus dibilas dengan
larutan saline agar dapat menghilangkan sejret konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit
ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan higiene perorangan secara khusus.
PROGNOSIS KONJUNGTIVITIS
BAKTERI
Jika diobati secara memadai dalam 1-3 akan tampak perbaikan, kecuali konjungtivitis stafilokokus
(yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki fase kronik) dan konjungtivitis
gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan endoftalmis)
KONJUNGTIVITIS KLAMIDIA

Terdapat 2 jenis
1. Trakoma
2. Konjungitivitis inklusi
1. TRAKOMA

Trakoma adalah 1 penyakit tertua yang diketahui. Penyakit kronik paling banyak dijumpai
(400jt penduduk dunia terkena). Prevalensi dan berat penyakit yang beragam.
Trakoma umumnya bilateral. Penyakit ini melalui kontak langsung atau benda pencemar,
umumya dari anggota keluarga yang lain (saudara, orangtua), yang juga harus diperiksa.
TANDA DAN GEJALA TRAKOMA

Traukoma mulanya adalah suatu konjungtivitis folikular kronik pada masa kanal-kanan,
yang berkembang hingga terbentuknya parut konjungtiva.
Pada kasus berat, pembalikan bulu mata ke dalam terjadi pada masa dewasa muda
sebagai akibat parut konjungtiva yang berat. Abrasi terus-menerus oleh bulu mata yang membalik
dan defek film air mata menyebabkan parut kornea, umumnya setelah 30 tahun.
• Masa inkubasi rata-rata 7 hari (5 -14 hari)
• Pada saat timbu sering menyerupai konjungtivitis bakterial
• Pada trakoma yang sudah terdiagnosis mungkin juga terdapat keratitis epitel superior, keratitis
subepitel, folikel limbus superior, dan akhirnya sikatrik patognomonik – sisa folikel-folikel ini
yang dikenal sebagai “sumur-sumur Herbert”

• Untuk memastikan trakoma endemic, sekurang-kurangnya 2 tanda berikut


1. 5 atau lebih folikel pada konjungtiva tarsal rata yang melapisi palpebra superior
2. Parut konjungtiva yang khas di konjungtiva tarsal superior
3. Folikel limbus atau sekuelenya
4. Perluasan p. Darah ke atas kornea, paling jelas di limbus atas
PEMERIKSAAN LAB TRAKOMA

• Pulasan giemsa
• Pulasan antibodi fluorescein
• Uji immunoassay
• PCR

Secara morfologis, agen trakoma mirip dengan agen konjungtivitis inklusi, tetapi keduanya dapat
dibedakan secara serologis dengan mikroimmunofluoresens. Trakoma disebabkan oleh Chlamydia
trachomatis serotipe A, B, Ba, atau C.
TERAPI TRAKOMA

Tetracycline 1-1.5g/hari PO dalam 4 dosis terbagi selama 3-4 minggu


Atau
Doxycycline 100mg PO 2x/hari selama 3 minggu
Atau
Erytrhromycin 1g/hari PO dibagi dalam 4 dosis selama 3-4 minggu
PROGNOSIS TRAKOMA

Secara karakteristik merupakan penyakit kronik yang berlangsung lama. Dengan kondisi higiene
yang baik (khususnya, mencuci muka pada anak-anak), penyakit ini sembuh atau bertambah ringan
sehingga sekuele berat terhindarkan. Sekitar 6-9 juta orang di dunia telah kehilangan
penglihatannya karena trakoma.
2. KONJUNGTIVITIS INKLUSI

konjungtivitis inklusi sering bilateral dan biasanya terdapat pada orang muda yang seksual
aktif. Agen klamidial menginfeksi urertra si pria dan serviks si wanita. Transmisi ke mata orang
dewasa biasanya dari tangan ke mata.
Pada neonatus, agen itu ditularkan sewaktu lahir melalui kontaminasi langsung
konjungtiva dengan sekret serviks.
TANDA DAN GEJALA KONJUNGTIVITIS
INKLUSI
• Bisa akut atau subakut
• Keluhan berupa mata merah, pseudoptosis, dan “belekan”, terutama di pagi hari.
• Neonatus menunjukkan konjungtivitis papilar dan eksudat dalam jumlah sedang dan pada kasus
hiperakut, sesekali terbentuk pseudomembran yang dapat menimbulkan parut.
• Neonatus tidak memiliki jaringan adenoid di stroma konjungtiva, folikel tidak akan terbentuk.
Jika konjuntivitis bertahan 2-3 bulan akan timbul folikel dan gambaran konjungtivanya mirip
dengan yang terdapat pada anak besar dan orang dewasa.
• Pada orang dewasa, konjungtiva kedua tarsus, terutama tarsus inferior, mempunyai sejumlah
papila dan folikel.
• Keratitis superfisial mungkin ditemukan dibagian superior (jarang)
• Otitis media dapat timbul sebagai akibat infeksi tuba auditiva
PEMERIKSAN LAB KONJUNGTIVITIS
INKLUSI
• Uji antibodi fluoresens (cepat)
• ELISA
• PCR

Konjungtivitis inklusi disebabkan oleh C trachomatis serotipe D-K, sesekali oleh serotipe B.
TERAPI KONJUNGTIVITIS INKLUSI
• Pada Bayi
Suspensi erythromycin PO 50mg/KgBB/hari dosis terbagi 4 sekurang-kurangnya 14 hari.
Medikasi oral diperlukan karena infeksi klamidia juga melibatkan saluran nafas dan gastrointestinal.
Kedua orangtuanya harus diobati dengan tetracycline atau erythromycin oral untuk infeksi saluran
genitalnya.
• Pada Dewasa
Penyembuhan dicapai dengan doxycycline 100mg PO 2x/hari selama 7 hari
atau
Erithromycin 2g/hari selama 7 hari
atau
Azithromycin 1g dosis tunggal
PROGNOSIS KONJUNGTIVITIS
INKLUSI
Bila salah satu regimen terapi standar diikuti, kekambuhan jarang ditemukan. Jika tidak diobati, bisa
berlangsung 3-9 bulan atau lebih. Rata-rata lamanya 5 bulan.
KONJUNGTIVITIS VIRUS
EPIDEMIOLOGI

• Konjungtivitis virus merupakan penyakit yang biasa dan sering terjadi di masyarakat seluruh
dunia. Tidak ada prevalensi akurat mengenai konjungtivitis yang disebabkan virus karena pada
umumnya orang jarang datang ke rumah sakit untuk berobat. Konjungtivitis virus dapat
mengenai segala usia baik orang dewasa dan anak-anak.
• Adenovirus biasanya mengenai pasien usia 20-40 tahun, sedangkan herpes simpleks virus dan
varisela zoster virus lebih sering mengenai anak kecil dan bayi. Herpes zoster merupakan
reaktivasi varisela laten dan bisa mengenai orang segala usia. Konjungtivitis virus biasanya
bersifat akut dan bersifat self-limiting yang dapat sembuh sekitar 2-4 minggu secara spontan.
ETIOLOGI

• Adenovirus
• HSV tipe I
• varisela zoster virus
• Moluskum kontagiosum
• Virus pikorna tipe CA24 dan EV70
KLASIFIKASI

• Keratokonjungtivitis adenovirus
• Demam faringokonjungtiva
• Keratokonjungtivitis epidemika
• Konjungtivitis herpes simpleks
• Konjungtivitis moluskum kontagiosum
PATOGENESIS

• Epitelium yang melapisi konjungtiva dan sklera bagian luar terpapar dengan dunia luar. Hal ini
merupakan kesempatan bagus bagi virus untuk menginvasi. Tiap beberapa detik palpebra
menutup memberi perlindungan bagi sklera da konjungtiva berupa sekret dan pembersihan dari
benda asing. Namun tetap saja ada kesempatan kecil virus dapat masuk ke dalam sel. Apalagi
ketika terjadi jejas misalnya abrasi inokulasi langsung mungkin dapat terjadi saat pemeriksaan
oftalmologi atau dari kontaminasi lingkungan. Pada sebagian besar kasus, replikasi biasanya
terlokalisasi dan menyebabkan inflamasi misalnya konjungtivitis.
• Virus memiliki genom asam nukleat single atau double stranded yang dilingkupikapsid dengan
atau tanpa amplop diluarnya. Asam nukleat dapat berupa RNA atauDNA yang dibutuhkan untuk
melakukan transkripsi menghasilkan enzim atau protein yang dibutuhkan unuk bereplikasi. Pada
permukaan kapsid terdapat ligan yang berfungsi untuk menempel pada sel host sehingga
menjadi jalan masuk virus ke dalam sel. Pada virus yang memiliki amplop yang melingkupi kapsid,
sejenis glikoprotein terekspresikan di permukaan yang berfungsi melindungi virus dari antibodi.
Namun virus yang memiliki amplop lebih rentan terhadap pajanan dunia luar seperti sinar UV.
Sebaliknya pada virus yang hanya memiliki kapsid seperti adenovirus dapat bertahan lebih lama
di luar tubuh.6
DIAGNOSIS DAN MANIFESTASI KLINIS

• Tanda dan gejala pada konjungtivitis bervariasi pada masing-masing individu.


• Hiperemis
• eksudasi yang cair, lebih jernih
• Folikel (Tanda ini muncul tipikal pada viral dan infeksi klamidia)
• Pembengkakan limfonodus
• Epithelial smear:Konjungtivitis viral: limfosit, monosit
• Tidak ditemukan injeksi siliaris
• Hiperemia konjungtiva
• Dapat ditemukan kekeruhan dan defek kornea
• Tidak ditemukan abnormalitas pupil
• Bilik mata depan dalam (normal)
• Tekanan intraokular normal
• Tidak ditemukan proptosis
• Ditemukan discharge berupa eksudat
• Ditemukan pembesaran KGB preaulikular
TATALAKSANA

• Konjungtivitas virus umumnya dapat sembuh dengan sendirinya. Penatalaksanaan konjungtivitis


viral pada dasarnya hanya berupa terapi simptomatik, seperti kompres dingin dan pelumas,
seperti air mata artifisial, untuk kenyamanan pasien.Vasokonstriktor topikal dan antihistamin
dapat digunakan untuk mengatasi gatal yang tidak dapat ditahan oleh pasien, walaupun secara
umum hanya sedikit membantu dan dapat menyebabkan gejala muncul kembali setelah
pengobatan dihentikan, toksisitas lokal, dan hipersensitivitas. Pada pasien yang rentan dengan
superinfeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik.
KONJUNGTIVITIS ALERGI

• Konjungtivitis alergi adalah peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh reaksi alergi atau
hipersensitivitas tipe humoral ataupun sellular. Konjungtiva sepuluh kali lebih sensitif terhadap
alergen dibandingkan dengan kulit.
EPIDEMIOLOGI

• Konjungtivitis alergi dijumpai paling sering di daerah dengan alergen musiman yang tinggi.
Keratokonjungtivitis vernal paling sering di daerah tropis dan panas seperti daerah
mediteranian, Timur Tengah, dan Afrika. Keratokonjungtivitis vernal lebih sering dijumpai pada
laki-laki dibandingkan perempuan, terutamanya usia muda (4-20 tahun). Biasanya onset pada
dekade pertama dan menetap selama 2 dekade. Gejala paling jelas dijumpai sebelum onset
pubertas dan kemudian berkurang. Keratokonjungtivitis atopik umumnya lebih banyak pada
dewasa muda.
KLASIFIKASI

• Konjungtivitis hay fever (konjungtivitis demam jerami/konjungtivitis simpleks)


• Konjungtivitis vernal
• Konjungtivitis atopi
• Giant papilary konjungtivitis
• Konjungtivitis flikten
ETIOLOGI

• reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang


• iritasi oleh angin, debu, asap, dan polusi udara
• pemakaian lensa kontak terutama dalam jangka panjang.
PATOFISIOLOGI
• Konjungtivitis terjadi karena kerusakan jaringan akibat masuknya benda asing ke dalam
konjunctiva akan memicu suatu kompleks kejadian yang dinamakan respon radang atau
inflamasi. Konjungtivitis alergi merupakan reaksi antibody humoral yang dimediasi oleh IgE
terhadap alergen, biasanya terjadi pada individu dengan riwayat atopi.
• Pada konjungtivitis alergi dapat berupa reaksi hipersensitivitas tipe 1 (tipe cepat) yang berlaku
apabila individu yang sudah tersentisisasi sebelumnya berkontak dengan antigen yang spesifik.
Respon alergi pada mata merupakan suatu rangkaian peristiwa yang dikoordinasi oleh sel mast.
Ketika histamin dilepaskan oleh sel mast. Histamin akan berikatan dengan reseptor H1 pada
ujung saraf dan menyebabkan gejala pada mata berupa gatal. Histamin juga akan akan berikatan
dengan reseptor H1 dan H2 pada pembuluh darah konjungtiva dan menyebabkan vasodilatasi.
MANIFESTASI KLINIK

• Gejala utama penyakit alergi ini adalah radang (merah, sakit, bengkak, dan panas), gatal, silau
berulang dan menahun. Tanda karakteristik lainnya adalah terdapatnya papil besar pada
konjungtiva, injeksi konjungtiva, datang bermusim, yang dapat mengganggu penglihatan..
DIAGNOSIS

• Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel plasma, limfosit, dan basofil yang
meningkat. Dapat juga dilakukan pemeriksaan tes alergi untuk mengetahui penyebab dari
alerginya itu sendiri
KOMPLIKASI

• Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada kornea dan infeksi sekunder.
Sedangkan, komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat
mengganggu penglihatan.
TATALAKSANA
• Penanganan dari konjungtivitis alergi adalah berdasar pada identifikasi antigen
spesifik dan eliminasi dari pathogen spesifik. Pengobatan suportif seperti
lubrikan dan kompres dingin dapat membantu meredakan gejala yang dirasakan
oleh pasien. Obat-obatan yang menurunkan respon imun juga digunakan pada
kasus konjungtivitis alergi untuk menurunkan respon imun tubuh dan
meredakan gejala inflamasi.
– Steroid topikal
– Vasokonstriktor topikal / antihistamin
– Non-steroid anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) topikal
– Stabilisator sel mast topikal
– Imunosupresan
– Antihistamin sistemik
PROGNOSIS

• Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat sembuh spontan (self-
limited disease), namun komplikasi juga dapat terjadi apabila tidak ditangani dengan baik.
UVEITIS
ANTERIOR
• Defenisi uveitis: peradangan intraokuler yang kompleks dan melibatkan jaringan uvea (iris,
korpus silier, dan koroid)
• Uveitis anterior terutama melibaatkan iris dan paars plicata dari korpus siliar
• Faktor pencetus : trauma, infeksi, autoimun, neoplasma dan idiopatik.
KLASIFKASI

• Uveitis anterior akut


• Uveitis anterior kronik
UVEITIS ANTERIOR AKUT

• Bentuk yg paling umum


• Durasi maksimal3 bulan atau kurang dengan onset mendadak
• Manifestasi klinis:
mata merah, fotofobia,nyeri unilateral
visus menurun
Keratik presipitat, hippopion,sinekia posterior
aqueous flare
UVEITIS ANTERIOR KRONIK

• Peradangana persisten, kambuh dalam kurang daari tiga bulan setelah terapi dihentikan.
• Lebihsering bilateral
• Manifestasi klinis :
- gejala muncul perlahan, sebagian besar asimptomatis datang dengan komplikasi katarak dan
keratopati
- sklera putih
- flare
-keratikpresipitat
-nodul iris
TATALAKSANA

• Tentukan penyebab dan atasi


• Steroid topikal
• Midriatikum (tropikamid, siklopentolat, homatropin)
Tujuan: mngurangi nyeri, melepaskan dan menegah pembentukan sinekia posterior
• Terapi antimetabolit (azatioprin, metotreksat)
Indikasi: uveitis yg mengancam penglihatan, bilateral ,noninfeksi, tak berespon dengan terapi
steroid

Anda mungkin juga menyukai