Anda di halaman 1dari 29

Case review

Asthma
Pendahuluan
Asma  penyakit gangguan inflamasi
kronis saluran pernapasan 
hiperresponsif, keterbatasan aliran udara
yang reversibel dan gejala pernapasan.
Inflamasi kronik  peningkatan respon
saluran nafas  gejala episodik berulang,
mengi, sesak nafas, rasa berat di dada
serta batuk terutama malam hari dan
atau dini hari.
Asma bronkial  penyakit alergi
Prevalensi penyakit asma bronkial di
UGD pkm bantuas dari bulan ke bulan
pada tahun 2017 cenderung meningkat
(februari 11 pasien, maret 17 pasien).
Hal ini antara lain disebabkan karena
kurang tepatnya penatalaksanaan atau
kepatuhan penderita
LAPORAN
KASUS
Identitas PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 23 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Alamat : RT.06 BANTUAS
Status Jaminan : BPJS
KELUHAN UTAMA
Sesak nafas
KELUHAN TAMBAHAN
Batuk berdahak, Pilek, Pusing
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG

Pasien datang ke Puskesmas Tanggal 04-04-2017, Pukul 18:45

wita, Sesak dialami pasien sejak siang. Pasien juga

mengeluhkan batuk berdahak, pilek dan pusing bersamaan saat

sesak muncul.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Sesak (Asthma)

6x (2015), 4x (2016), 5x (2017)

Penyakit Jantung

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

asthma, hipertensi (orang tua)

Penyakit jantung (nenek)


Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : tampak sesak
Kesadaran : compos mentis
BB : 83 kg
TB : 145 cm

Tanda vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 24 kali/menit
Suhu : 36,5 ˚C
Sp02 : 96 %
Pemeriksaan fisik
Kulit : intak, turgor baik
Kepala : mesosefal
Mata :
– konjungtiva anemis -/-
– sklera ikterik -/-
– refleks cahaya +/+
– pupil isokor Ø 3mm
Telinga : serumen +/+, discharge -/-, MT +/+
Hidung : discharge -/-, epistaksis -/-
Mulut : sianosis –
Tenggorok : T1/T1, arcus faring hiperemis –
Leher : trakea di tengah, KGB tidak teraba membesar
Thorax

Paru
Inspeksi : pergerakan simetris, retraksi dinding
dada -
Palpasi : fremitus kanan=kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, ronkhi -/-, wheezing +/+

Jantung
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
Palpasi : tidak teraba ictus cordis
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
Abdomen
– Inspeksi : flat
– Palpasi : soefl, nyeri tekan
epigastrium (-)
– Perkusi : timpani
– Auskultasi : bising usus (+) kesan
normal

Ekstremitas : akral hangat, oedem (-)


Diagnosa
Diagnosa utama : Asthma

Diagnosa tambahan : ISPA


Terapi
Bricasma (terbutaline sulphate), 5ml/2ml
atau 1 flash + NaCl 2cc (Nebulizer)

Paracetamol 500mg 3x1 Tab

Ambroxol 30mg 3x1 Tab

Chlorphenamine Maleate 4mg 3x1 Tab


Observasi
Tanggal/Jam Keluhan Terapi

04-04-2017

Jam 18:50 Wita DS: Sesak, Batuk, Pilek, Pusing Bricasma (terbutaline
DO: TD : 130/90 mmHg, Nadi: sulphate), 5ml/2ml
80x/menit, Sp02: atau 1 flash + NaCl 2cc
96x/menit. (Nebulizer)
ronkhi -/-, wheezing +/+

Jam 19:20 Wita DS: Keluhan (-) - Pulang


DO: ronkhi -/-, wheezing -/- - Paracetamol 500mg 3x1 Tab
- Ambroxol 30mg 3x1 Tab
- Chlorphenamine Maleate
4mg 3x1 Tab
Diskusi

Seorang wanita 23 tahun datang dengan keluhan


sesak nafas. Sesak muncul disertai batuk, pilek, dan
pusing. Berdasarkan anamnesis pasien sering datang
dengan keluhan yang sama. Pasien juga memiliki
riwayat penyakit keluarga dengan keluhan yg sama.
Asma bronchial  penyakit saluran pernapasan yg
bersifat hipersensitif (kepekaan yang luar biasa) atau
hiperaktif (bereaksi yang berlebihan) terhadap
bermacam-macam rangsangan  timbulnya
penyempitan saluran pernapasan bagian bawah
secara luas, yang dapat berubah derajat
penyempitannya menjadi normal kembali secara
spontan dengan atau tanpa pengobatan.
Pada pasien ini keluhan sesak muncul berulang dan
adanya riwayat penyakit keluarga
Derajat Asma dibagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut:
Asma episodik jarang  episode < 1x tiap 4-6
minggu, stelah aktivitas berat, tidak terdapat gejala di
antara episode serangan, dan fungsi paru normal di
antara serangan.
Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus
saluran pernapasan bagian atas. Banyaknya serangan
3-4 kali dalam 1 tahun.
Lamanya serangan paling lama beberapa hari
saja dan jarang merupakan serangan yang berat.
Gejala-gejala lebih menonjol pada malam hari.
Mengi dapat berlangsung sekitar 3-4 hari.
Sedangkan batuk-batuknya, dapat berlangsung
10-14 hari.
Manifestasi alergi lainnya jarang didapatkan pada
golongan ini. Diluar serangan tidak ditemukan
kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu
sampai berbulan-bulan.
Asma episodik sering  Ditandai oleh frekuensi
serangan yang lebih sering dan timbulnya mengi pada
aktivitas sedang, tetapi dapat dicegah dengan
pemberian agonis β2. Gejala dapat dikurangi dari
1x/minggu dan fungsi paru di antara serangan normal.
Terapi profilaksis sangat dibutuhkan.
Pada permulaan, serangan berhubungan dengan
infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan
dengan udara, adanya alergen, aktivita fisik dan stres.
Banyak kasus yang tidak jelas pencetusnya.
Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun dan
tiap kali serangan beberapa hari sampai beberapa
minggu. Umumnya gejala paling jelek terjadi pada
malam hari dengan batuk dan mengi yang menganggu
tidur.
Asma persisten  Ditandai oleh seringnya episode
akut, mengi pada aktivitas ringan, dan diantara
interval gejala dibutuhkan agonis β2 lebih dari 3
kali/minggu karena terbangun di malam hari atau dada
terasa berat di pagi hari. Terapi profilaksis sangat
dibutuhkan.
Pada kasus ini, pasien termasuk pada golongan Asma
episodik sering karena pada anamnesis ditemukan
gejala sesak, dan serangan terjadi berulang (4 kali
serangan 1 bulan terakhir).
Tekanan Darah: 130/90 mmHg, Nadi: 80 x/menit,
Pernapasan: 24 x/menit, dan Suhu: 36,50C,
pemeriksaan thorax inspeksi terlihat pernapasan cepat
dan sukar, perkusi ditemukan sonor dan pada
auskultasi ditemukan wheezing pada kedua paru.
Sehingga dari pemeriksaan pasien didiagnosis dengan
Asma dengan derajat sedang episode sering.
Pemeriksaan penunjang antara lain:
Pemeriksaan fungsi paru  peak expiratory flow rate
(PEFR)/arus puncak ekspirasi (APE), pulse oxymetri,
spirometri, muscle strengh testing, volume paru
absolut, serta kapasitas difusi.
bermanfaat  gejala asma yang tidak khas.
Pengukuran PEF lebih baik pada pagi dan malam hari
pada hari yang sama dan harus secara konsisten
sebelum atau setelah pemberian bronkodilator 
variabilitas diurnal >20% (perburukan asma),
diagnosis asma perlu dipertimbangkan.
Foto rontgen thoraks  corakan paru meningkat.
Foto ini untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
penyakit lain. Foto perlu diulang bila ada indikasi
misalnya penumonia atau penumothoraks.
Penilaian status alergi dengan kulit atau pemeriksaan
IgE spesifik dalam serum tidak banyak membantu
diagnosis asma, tetapi pemeriksaan dapat membantu
menentukan faktor resiko atau pencetus asma.
Pada kasus ini, pasien tidak dilakukan pemeriksaan
penunjang diatas
Obat pereda  meredakan serangan/gejala asma
yang timbul dan mengatasi masalah dasar asma
(inflamasi kronik saluran nafas). Obat ini dipakai terus
menerus dalam jangka waktu yang relatif lama,
bergantung derajat penyakit asma dan responnya
terhadap pengobatan. (agonis beta-2, antikolinergik,
teofilin, dan kortikosteroid sistemik).
Controller  mengendalikan asma persisten (obat anti
inflamasi seperti kortikosteroid, natrium kromoglikat,
natrium nedokromil, dan antihistamin aksi lambat).
Pada kasus ini, pasien diberikan Nebulizer Bricasma
(terbutaline sulphate), 5ml/2ml atau 1 flash + NaCl
2cc, Paracetamol 500mg 3x1 Tab, Ambroxol 30mg 3x1
Tab, Chlorphenamine Maleate 4mg 3x1 Tab
terbutaline  golongan β2-agonis Selektif. Pemberian
golongan β2-agonis Selektif diberikan secara inhalan
dan oral. Pemberian secara oral  efek bronkodilatasi
setelah 30 menit, efek puncak dicapai 2-4 jam, dan
lama kerjanya sampai 5 jam. Pemberian secara
inhalasi memiliki onset kerja lebih cepat (1 menit) ,
efek puncak dicapai dalam 10 menit dan lama kerjanya
4-6 jam.
Dexamethasone  golongan kortikosteroid sistemik
 memperbaiki serangan asma dan pemberiannya
merupakan bagian tatalaksana serangan asma.
Fungsi dari dexamethasone sendiri untuk mencegah
progresitivitas asma, mencegah perlunya rawat inap,
mengurangi gejala, memperbaiki fungsi paru, serta
memperbaiki respon bronkodilatasi yang ditimbulkan
oleh β2-agonis Selektif.
Ambroxol  golongan mukolitik  serangan asma
episodik ringan dan sedang
WASSALAMU ALAIKUM WR WB

Anda mungkin juga menyukai