Penalaran Dalam Karangan
Penalaran Dalam Karangan
Anggota kelompok
1. Rullita
2. Dewa gede arya sekar laksana
3. Muhammad chumaidy M.A
PENGERTIAN PENALARAN
• Dapat dibedakan ke dalam proposisi kategorial dan proposisi kondisional. Pada proposisi
kategorial, hubungan subjke dan predikat terjadi dengan tanpa syarat, contohnya dapat kita
lihat pada kalimat
• “Semua kaca bisa pecah.”
• Kemudian pada proposisi kondisional, hubungan subjek dan predikat terjadi dengan syarat,
contohnya dapat kita lihat pada kalimat
• “Kalau tidak dipotong, rambut akan panjang.”
• Pada proposisi terdapat bagian yang dijadikan penyebab dan bagian yang dijadikan sebagai
akibat. Bagian penyebab disebut anteseden dan bagian akibat disebut konsekuen.
Anteseden harus mendahului konsekuen. Proposisi kondisional seperti contoh di atas
disebut proposisi kondisional hipotesis. Di samping itu, terdapat pula proposisi kondisional
disjugtif, yaitu proposisi kondisional yang mengemukakan pilihan. Biasanya ditandai dengan
kata “atau” pada kalimatnya. Contohnya adalah kalimat
• “WS Rendra adalah seorang sastrawan atau budayawan.”
Berdasarkan Kualitas
• Seorang polisi lalu lintas mengamati proses peristiwa di tempat kejadian perkara di
perempatan Yakaya Rungkut di muka persilangan Rungkut Madya – Pasar Pahing dan
Yakaya- Rungkut Asri yang terjadi pada tanggal 17 Maret 2009. sebuah sepeda motor
tergeletak di dekat mobil yang ditabraknya. Kondisi pintu mobil sebelah kiri penyok
sedalam 10 cm. Seorang saksi mata menuturkan bahwa pengendara sepeda motor
terkapar jatuh 1,5 meter sebelah kiri sepedanya. Dalam pengamatannya, melalui proses
penghitungan waktu, polisi menyatakan bahwa pada saat mobil melintas dari Rungkut
Madya lampu hijau menyala dan dibenarkan oleh para saksi. Polisi menyatakan keadaan
lampu merah sepeda motor berkecepatan tinggi dari arah Yakaya menabrak mobil. Hasil
pengamatan pengendara sepeda motor terbukti bersalah. Kesimpulan pengendara sepeda
motor harus membiayai perbaikan mobil yang ditabraknya
P e n a l a ra n d e d u k t i f a d a l a h p ro s e s b e r p i k i r l o g i s y a n g d i aw a l i
d e n g a n p e ny a j i a n f a k t a y a n g b e r s i f a t u m u m d i s e r t a i p e m b u k t i a n
khusus dan diakhiri yang bersifat khusus
Contoh:
Perkembangan perekonomian belum berpihak pada rakyat kecil. Pertumbuhan
pendapatan nasional belum menggembirakan. Kondisi ini diperburuk oleh
ketidakcerdasan masyarakat dalam menyikapi potensi nasional yang belum
termanfaatkan dengan baik. Misalnya kekayaan ikan laut setiap tahunnya kehilangan
sia-sia sebesar 4 s/d 5 miliar USD. Padahal para nelayan kita masih kelaparan. Tanah
belum diolah dengan maksimal. Padahal petani dan buruh-tani tidak mampu
menyekolahkan anaknya. Kondisi ini masih diperburuk oleh barang penyelundupan
di masyarakat kita. Padahal, produk yang ada belum laku terjual, buruh kecil
terancam PHK. Perekonomian nelayan, petani, dan buruh kecil belum layak.
KETERKAITAN PENALARAN DALAM
PROSES PENULISAN ILMIAH
1. Aspek Keterkaitan
• Hubungan antarbagian yang satu dengan yang lain dalam suatu karangan.
Artinya, bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu sama lain.
• Pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah – rumusan masalah –
tujuan – dan manfaat harus berkaitan.
• Rumusan masalah juga harus berkaitan dengan bagian landasan teori, harus
berkaitan dengan pembahasan, dan harus berkaitan juga dengan simpulan.
2. Aspek Urutan
• Adalah pola urutan tentang suatu yang harus didahulukan atau ditampilkan
kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan).
• Suatu karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir tertentu.
• Pada pendahuluan, dipaparkan dasar-dasar berpikir secara umum.
• Landasan teori merupakan paparan kerangka analisis yang akan dipakai untuk
membahas.
• Setelah itu, persoalan dibahas secara detail dan lengkap.
• Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai
penutup karangan ilmiah
3. Aspek Argumentasi
• Bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku?
• Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan
bahasa yang tidak tepat akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra
terlebih untuk karangan ilmiah akademis.