Anda di halaman 1dari 58

Sistem Imunitas

Nur Chrysanti Monita


1606833444
IBD A7
Organ-organ Yang Berperan dalam
Sistem Imun dan Fungsinya
Organ Primer

Organ Lokasi Fungsi


Timus Mediastinum antara Tempat pematangan sel Immunokompeten T (Sel
sternum dan aorta Limfosit T)

Sumsum merah Tulang pipih dan Tempat pematangan Sel Immunokompeten B (Sel
tulang epifisis tulang Limfosit B) untuk mengenali antigen dan Pre Sel T
panjang pada (Pre Sel Limfosit T)
dewasa
Timus dan Sumsum Merah Tulang
Organ Sekunder
Organ Lokasi Fungsi
Limpa Regio  Pulp Merah: Membersihkan sel darah yang dan
Hipochondriach kiri trombosit yang rusak oleh Makrofag, tempat
diantara lambung penyimpanan 1/3 trombosit tubuh, dan produksi
dan diafragma sel darah (hemopoiesis) selama masa fetus.
 Pulp Putih: Tempat terjadinya respon imun sel B
dan T

Nodus Limfa Sepanjang  Terdapat Sel B, Sel Plasma, Sel T, Makrofag, dan
Pembuluh Limfa, Sel Dendritik
kira-kira sebanyak  Tempat Pembentukan Sel Plasma dan Sel B
600 nodus limfa memori
berbentuk seperti  Membentuk Respon terhadap antigen
kacang

Tonsil Di bagian dalam  Mengecil bahkan menghilang saat dewasa


(kumpulan membrane mukosa  Proteksi terhadap bakteri dan zat berbahya yang
nodus limfa diantara faring masuk ke faring melalui rongga hidung atau
mulut
dalam jumlah
besar)
Nodus Limfa
Tonsil
Sel Penyusun Sistem Imun
dan Fungsinya
Leukosit (Sel Darah Putih)
Jumlah normal : 7000-9000 per mm3

Fungsi :
melindungi tubuh terhadap invasi benda asing seperti bakteri dan
virus. Sebagian besar aktivitas leukosit berlangsung pada jaringan
bukan dalam aliran darah.

Karakteristik:
• memiliki sifat diapedesis
• bergerak sendiri dengan gerakan amuboid
• kemampuan kemotaksis
• semua limfosit adalah fagositosik
• ada yang memiliki granula sitoplasma disebut granulosit (neutrofil,
eosinofil, basofil). ada juga yang tidak memiliki granula sitoplasma
disebut agranulosit (monosit, limfosit)
Klasifikasi Leukosit
1. Neutrofil
Jumlah :
Mencapai 60% dari jumlah total sel darah putih (leukosit terbanyak)

Struktur:
• memiliki granula kecil berwarna merah pada sitoplasmanya
(granulosit)
• nukleusnya memiliki 3-5 lobus yang dihubungkan dengan benang
kromatin tipis (polymorphonuclear)
• diameternya mencapai 9-12 mikrometer

Fungsi :
• Sangat fagositosik dan sangat aktif
• spesialis fagositosik yang memiliki mobilitas tinggi serta mampu
menelan dan menghancurkan bahan yang tidak diinginkan
Klasifikasi Leukosit
2. Eusinofil
Jumlah : mencapai 1-3% dari jumlah total sel darah putih
Struktur :
• memiliki granula kasar dan besar berwarna orange kemerahan pada
sitoplasmanya (granulosit)
• nukleusnya memiliki 2 lobus
• diameternya mencapai 12-15 mikrometer
Fungsi :
• Sebagai fagositosik lemah. jumlahnya akan meningkat saat terjadi alergi
atau penyakit parasit, tetapi akan berkurang saat stress berkepanjangan.
• mengeluarkan bahan kimia yang menghancurkan cacing parasitik dan
berperan dalam reaksi alergik.
• berfungsi dalam detoksifikasi histamin yang diproduksi sel mast dan
jaringan yang cedera saat inflamasi berlangsung
• mengandung peroksidase dan fosfatase yang mampu menguraikan
protein.
Klasifikasi Leukosit
3. Basofil
Jumlah: mencapai kurang dari 1% dari jumlah total
sel darah putih.

Struktur:
• memiliki granula besar yang bentuknya tidak beraturan berwarna ungu
kehitaman pada sitoplasmanya yang memperlihatkan nukleus berbentuk S
• nukleus satu lobus
• diameternya mencapai 12-15 mikrometer

Fungsi:
• mengeluarkan histamine untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan
yang cedera dan heparin untuk membantu mencegah penggumpalan
darah intravaskuler.
• berperan dalam reaksi alergik.
Klasifikasi Leukosit
4. Monosit
Jumlah: mencapai 3-8% dari jumlah total sel darah putih.

Struktur:
• Agranulosit
• merupakan sel darah terbesar
• nukleus besar, berbentuk seperti telur, yang dikelilingi sitoplasma
berwarna biru keabuan pucat (mononuklear)
• diameternya mencapai 12-18 mikrometer

Fungsi:
• sangat fagositosik dan sangat aktif.
• monosit akan berubah menjadi makrofag, yaitu spesialis fagositik
besar yang berada di jaringan
Klasifikasi Leukosit
5. Limfosit
Jumlah: mencapai 30% dari jumlah total sel darah putih
Rentang hidup mampu mencapai beberapa tahun

Struktur:
• Agranulosit
• mengandung nukleus bulat berwarna biru gelap yang dikelilingi lapisan
tipis sitoplasma (mononuklear)
• ukuran bervariasi. ukuran terkecil 5-8 mikrometer dan ukuran terbesar 15
mikrometer.

Fungsi:
limfosit terdiri dari 2 tipe :
• Limfosit B (Sel B) berubah menjadi sel plasma yang mengeluarkan antibodi
secara tidak langsung menyebabkan destruksi benda asing
• Limfosit T (Sel T) secara langsung menghancurkan sel yang terinfeksi virus
dan sel mutan dengan mengeluarkan bahan-bahan kimia yang melubangi
sel korban.
3. Jelaskan peran sistem limfatik
dalam sistem imun
Jaringan Limfoid Fungsi
Sumsum tulang • Asal semua sel darah
• Tempat proses pematangan untuk Limfosit B
Kelenjar limfe, Tonsil, Adenoid, • Memindahkan limfosit dari dan ke limfe
Apendiks, Gut-Associated (membuang, menyimpan, memproduksi, dan
Lymphoid Tissue menambahkan)
• Limfosit residen menghasilkan antibodi dan sel T
tersensitisasi, yang dikeluarkan ke dalam limfe
• Makrofag residen mengeluarkan mikroba dan
debris lain yang berbentuk partikel dari limfe
Limpa • Memindahkan limfosit dari dan ke darah
• Limfosit residen menghasilkan antibodi dan sel T
tersensitisasi
• Makrofag residen mengeluarkan mikroba dan
debris lain yang berbentuk partikel, terutama sel
darah merah yang telah rusak
• Menyimpan sejumlah kecil sel sel darah merah
Timus • Tempat pematangan untuk Limfosit T
• Mengeluarkan hormon timosin
Jelaskan apa yang dimaksud dengan imunitas dan klasifikasinya.
 Saat tubuh terpapar oleh benda asing, tubuh
akan melakukan proteksi dengan :

IMUNITAS adalah
kemampuan tubuh
untuk menahan atau
menghilangkan
benda asing atau sel
abnormal yang
berpotensi
merugikan.

 Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran


utama sistem imun
 Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal
tidak berinti yang dilengkapi oleh semua
perangkat essensial untuk kelangsungan hidup
dan reproduksi.
 Virus hanya terdiri dari asam nukleat yang
terbungkus oleh suatu selubung protein
KLASIFIKASI SISTEM IMUN
• Pertahanan non-spesifik
Dibawa sejak lahir, tidak melibatkan produksi
antibodi

• Pertahanan spesifik
Kemampuan tubuh untuk bertahan dari
serangan agen spesifik, seperti bakteri,
toksin, virus dan jaringan asing. Sangat
dipengaruhi aktifitas dari limfosit T dan B.
Dibagi menjadi 2:
1. Imunitas aktif
2. Imunitas pasif
Klasifikasi sistem imun

IMUNITAS AKTIF :
Didapat dari kontak langsung dengan
mikroorganisme tau toksin sehingga tubuh
memproduksi antibodinya sendiri
1. IMUNITAS AKTIF ALAMI :
Terjadi jika seseorang terpapar suatu satu
penyakit dan sistem imun memproduksi
antibodi serta limfosit khusus. Imunitas dapat
bersifat seumur
2. IMUNITAS hidup
AKTIF BUATAN :
Merupakan hasil vaksinasi. Vaksin dibuat dari
patogen yang mati atau dilemahkan atau toksik
yang sudah diubah.
Klasifikasi sistem imun
IMUNITAS PASIF :
Terjadi jika antibodi pindah dari satu individu
ke individu lain.
1. IMUNITAS PASIF ALAMI :
Terjadi pada janin saat antibodi IgG masuk
menembus plasenta. Antibodi IgG memberi
perlindungan sementara pada sistem imun
yang immatur.
2. IMUNITAS PASIF BUATAN :
Imunitas yang diberikan melalui injeksi
antibodi yang diproduksi oleh orang atai
hewan yang kebal karena pernah terpapar
suatu antigen
PERTAHANAN
SPESIFIK
PERTAHANAN NON-SPESIFIK
NO JENIS PERTAHANAN KETERANGAN

1 Pertahanan fisik Melindingi tubuh dari organisme


dan material berbahaya melalui
bagian luar tubuh
2 Fagosit Sel yang menelan atau memakan
patogen
3 Pengawasan imunologi Penghancuran sel abnormal oleh
“natural killer” di jaringan
periferal
4 Interferon Pesan kimia yang
mengkoordinasikan pertahanan
tubuh terhadap infeksi virus
5 Komplemen Sistem sirkulasi protein yang
membantu antibodi
menghancurkan patogen
6 Respon inflamasi Respon lokal di jaringan yang
cenderung membatasi
penyebaran luka dan infeksi
7 Demam Kenaikan suhu tubuh yang
PERTAHANAN FISIK
• Kulit
Epidermis
Menghalau masuknya mikroba dengan cara
pengelupasan berkala bagian epidermmis
bersama dengan keluarnya mikroba

Membran mukosa
Lapisan epitel membran mukosa yang
mensekresikan mucus untuk memerangkap
mikroba. Contoh: Apparatus lacrima yang
memproduksi air mata, kelenjar ludah yang
memproduksi saliva.
dafpus
Martini FH, Nath JL, et al. Human Anatomy.
7th edition. Hawaii: Benjamin Cummings;
2012.
Sherwood, Lauralee. 2009. Fisiologi Manusia.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Tortora, GJ, Bryan D. 2012. Principles of
Anatomy and Physiology . 13th Edition. United
States of America : John Wiley & Sons, Inc.
FAGOSIT
IMUNOLOGI
INTERFERON
KOMPL
EMEN
INFLAM
ASI
5. DUA MACAM RESPON IMUN
DAN KOMPONENNYA
Sistem Imun Spesifik
• Respon Imun Spesifik terbagi dua sistem kerja yaitu:
 Imunitas yang diperantarai oleh antibodi yang merupakan turunan limfosit B
 Imunitas yang diperantarai oleh sel yang merupakan limfosit T

 Pada limfosit B, antibodi diproduksi dan melakukan mekanisme pertahanan tubuh


sesuai aktifitas biologisnya
o Antibodi berdasarkan aktifitas biologisnya, dibagi menjadi:
o IgM : Reseptor permukaan sel B, tempat antigen melekat
o IgG, dihasilkan : jika tubuh terpajanulang antigen sama
o IgG & IgM : Bakteri dan beberapa jenis virus
o IgE, untuk respons alergi seperti asma & biduran
o IgA, dalam seleksi sistem pencernaan, pernafasan, genitourinaria, air susu dan air
mata
o IgD, dipermukaan sel B, fungsi belum jelas
 Setiap antigen merangsang klon limfosit B yang berbeda untuk
menghasilkan antibodi. Terdapat dua jenis imunitas dalam pembentukan
antibodi pada limfosit B, yaitu :

o Imunitas aktif : Pembentukan antibodi akibat pajanan ke suatu antigen

o Imunitas pasif : Imunitas yang diperoleh segera setelah menerima antibodi


yang sudah dikenal

o Sel B berikatan dengan antigen menyebabkan sel plasma yang


menghasilkan antibodi.

o Antibodi dikeluarkan ke dalam darah/limfe kemudian memperoleh akses


kedalam darah selanjutnya Globulin γ/Imunoglobulin
Sistem Imun Non Spesifik
• Sistem imun non spesifik (natural) atau sudah ada dalam
tubuh
• Merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam melawan
mikroorganisme
• Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap
mikroorganisme tertentu
• Terdiri dari:
a. Pertahanan fisik/mekanik
Kulit, selaput lendir, silia saluran pernafasan, batuk, bersin
akan mencegah masuknya berbagai kuman patogen kedalam
tubuh.
Kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar dan selaput lendir
yang rusak oleh asap rokok akan meninggikan resiko infeksi.
b. Pertahanan biokimia
 Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, kelenjar
kulit, telinga, spermin dalam semen, mengandung bahan yang berperan
dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi
 Asam HCL dalam cairan lambung , lisozim dalam keringat, ludah , air mata
dan air susu dapat melindungi tubuh terhadap berbagai kuman gram positif
dengan menghancurkan dinding selnya
 Air susu ibu juga mengandung laktoferin dan asam neuraminik yang
mempunyai sifat antibacterial terhadap E. coli dan staphylococcus
 Lisozim yang dilepas oleh makrofag dapat menghancurkan kuman gram
negatif dan hal tersebut diperkuat oleh komplemen
 Laktoferin dan transferin dalam serum dapat mengikat zan besi yang
dibutuhkan untuk kehidupan kuman pseudomonas.
c. Pertahanan humoral
 Berbagai bahan dalam sirkulasi berperan pada pertahanan tubuh secara humoral.
Bahan-bahan tersebut adalah:
1) Komplemen
 Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan parasit
karena:
a) Komplemen dapat menghancurkan sel membran bakteri
b) Merupakan faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke tempat bakteri
c) Komponen komplemen lain yang mengendap pada permukaan bakteri
memudahkan makrofag untuk mengenal dan memfagositosis (opsonisasi)
2) Interferon
 Interferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel manusia
yang mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi virus
 Disamping itu, interveron juga dapat mengaktifkan Natural Killer cell (sel NK). Sel
yang diinfeksi virus atau menjadi ganas akan menunjukkan perubahan pada
permukaannya
3) Reactive Protein (CRP)
 Peranan CRP adalah sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen. CRP
dibentuk oleh badan pada saat infeksi. CRP merupakan protein yang kadarnya
cepat meningkat (100 x atau lebih) setelah infeksi atau inflamasi akut
 CRP berperanan pada imunitas non spesifik, karena dengan bantuan Ca++ dapat
mengikat berbagai molekul yang terdapat pada banyak bakteri dan jamur
d. Pertahanan seluler

• Fagosit/makrofag dan sel NK berperan dalam sistem imun non spesifik seluller

1) Fagosit

• Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis tetapi sel utama yang

berperaan dalam pertahanan non spesifik adalah sel mononuclear (monosit dan makrofag)

serta sel polimorfonuklear seperti neutrofil

• Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa tingkat sebagai berikut:

o Kemotaksis, menangkap, memakan (fagosistosis), membunuh dan mencerna. Kemotaksis

adalah gerakan fagosit ketempat infekis sebagai respon terhadap berbagai factor sperti

produk bakteri dan factor biokimiawi yang dilepas pada aktivasi komplemen

o Antibody seperti pada halnya dengan komplemen C3b dapat meningkatkan fagosistosis

(opsonisasi). Antigen yang diikat antibody akan lebih mudah dikenal oleh fagosit untuk

kemudian dihancurkan. Hal tersebut dimungkinkan oleh adanya reseptor untuk fraksi Fc dari

immunoglobulin pada permukaan fagosit


Reaksi Antigen Antibodi
Reaksi Antigen Antibodi
Antibody tidak bisa secara langsung menghancurkan
antigen. Ia menggunakan kemampuannya untuk secara fisik
menghalangi antigen atau meningkatkan respon imun
bawaan (innate immune response). Reaksi- reaksinya
adalah:
1. Netralisasi dan Aglutinasi
2. Meningkatkan Respons Imun Bawaan
Netralisasi dan Aglutinasi
1. Netralisasi
Bergabung dengan toksin bakteri, mencegah zat kimia berbahaya
berinteraksi dengan sel atau dengan berikatan dengan antigen
permukaan virus agar mencegah virus masuk ke sel.

2. Aglutinasi
Antibodi-antibodi cross-link dengan molekul antigen membentuk
kompleks antigenantibodi membentuk gumpalan.

3. Presipitasi
Ketika kompleks antigen-antibodi melibatkan antigen yang larut (
soluble antigen) contoh toksin tetanus, kompleks akan membentuk
endapan( endapan berpisah dari larutan).
Netralisasi dan Aglutinasi
Meningkatkan Respons Imun Bawaan
1. Mengaktifkan sistem komplemen
Antigen yang sesuai berikatan dengan antibodi  reseptor dari
bagian ekor antibodi berikatan dan mengaktifkan C1 (komponen
pertama sistem komplemen). Kejadian kaskade menyebabkan
terbentuknya serangan membrane se lasing oleh sistem kompleks.
Antibodi adalah activator system komplemen paling utama
(classical complement pathway).
2. Meningkatkan fagositosis dengan opsonisasi
Porsi ekor dari antibodi berikatan dengan reseptor yang ada pada
permukaan fagosit yang meningkatkan fagositosis dari antigen.
3. Menstimulasi natural killer (NK) cells
Pengikatan antibodi dengan antigen menginduksi serangan dari sel
NK. Sel NK memiliki reseptor untuk bagian ekordaerah konstan
antibodi . Ketika sel target dikelilingi oleh antibodi, bagian ekor dari
antibodi mengikat sel target ke NK, dan NK merusak sel target
dengan melisiskan membrane plasmanya.
Meningkatkan Respons Imun Bawaan
7. prinsip dasar imunisasi

http://repository.usu.ac.id/bitstream
/123456789/38956/3/Chapter%20ll.
pdf.
TUJUAN
PENGERTIAN IMUNISASI MELAKUKAN
IMUNISASI

• Imunisasi adalah usaha 1. Mencegah


memberikan kekebalan terjadinya
penyakit tertentu
pada bayi dan anak pada seseorang
dengan memasukkan 2. Menghilangkan
penyakit tertentu
vaksin ke dalam tubuh pada
agar tubuh membuat zat sekelompok
masyarakat
anti untuk mencegah 3. Menghilangkan
terhadap penyakit pernyakit
tertentu dari
tertentu dunia
Prinsip Imunisasi
1. Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasit, racun
kuman memasuki tubuh maka tubuh akan berusaha
menolaknya, tubuh membuat zat anti berupa antibody
atau anti toxin sebagai perlawanan
2. Tubuh tidak dapat membuat banyak antibody karena
reaksi tubuh terhadap antigen berlangsung lambat
3. Tubuh sudah mulai mengenal jenis antigen tersebut pada
respon kedua, ketiga, dst
4. Setelah beberapa waktu, jumlah antibody berkurang
karena diubah oleh tubuh, maka diperlukan perangsangan
kembali, yaitu berupa imunisasi, untuk mempertahankan
kekebalan tubuh
5. Kadar antibody yang tinggi dapat membuat anak sulit
untuk terserang penyakit
Hubungan Reaksi Antigen-antibodi
dengan Imunisasi

• Saat antigen pertama kali masuk ke dalam


tubuh, respon atau reaksi yang diberikan
tubuh belum terlalu kuat untuk
membentuk antibodi sebagai perlawanan
terhadap antigen tersebut, hal ini
disebabkan tubuh belum mempunyai
“pengalaman” untuk mengatasinya.5

• Namun pada reaksi kedua, ketiga, dan


seterusnya, tubuh sudah sigap dalam
membuat zat anti yang cukup tinggi.
• Melalui reaksi antigen-antibodi, tubuh dengan
kekuatan zat antinya dapat membuat antigen menjadi
hancur ; dan sel-sel memori akan berperan dalam
melindungi tubuh dari infeksi antigen yang sama.

• Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat


anti yang berperan dalam reaksi antigen-antibodi akan
berkurang akibat diubah oleh tubuh, sehingga
berdampak pada menurunnya imunitas tubuh. Maka
dari itu, dibutuhkan perangsangan kembali oleh
antigen agar tubuh tetap kebal, yakni berupa suntikan
atau imunisasi ulang.
• Pada dasarnya, imunisasi terbagi menjadi dua jenis, yakni :
imunisasi aktif dan pasif.

• Perbedaan antara dua jenis imunisasi ini adalah:5


1. Untuk mendapatkan kekebalan yang cukup, jumlah zat
anti dalam tubuh harus meningkat; pada imunisasi aktif
waktu yang dibutuhkan agak lebih lama untuk membuat
zat anti tersebut dibandingkan dengan imunisasi pasif.

2. Kekebalan yang terdapat pada imunisasi aktif lebih lama


bertahan sementara pada imunisasi pasif hanya bertahan
untuk satu hingga dua bulan

3. Imunisasi aktif : zat anti diproduksi sendiri oleh


tubuh

Imunisasi Pasif : zat anti didapat dari luar tubuh


dengan penyuntikan serum yang di dalamnya terkandung zat
anti.
• Imunisasi tidak menjamin 100% tertundanya
anjak dari suatu penyakit, namun seorang
anak yang mengalami suatu penyakit, setelah
diimunisasi, memungkinkan dirinya untuk
terhindar dari bahaya penyakitnya.
Daftar Pustaka
• Sherwood Fundamentals of Human Physiology
4th
• Martini Fundamentals of Anatomy and
Physiology 9th

Anda mungkin juga menyukai