Anda di halaman 1dari 26

LARYNGEAL

MASK AIRWAY
Pembimbing :
Dr. Joko Waluyo, Sp.An

Disusun Oleh :
Faza Keumalasari
1610221053

INSTALASI ANESTESI DAN REANIMASI


RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
PERIODE 2 JAN – 3 FEB 2018
PENDAHULUAN

Pharyngeal

Manajemen Supraglotik
Anestesi jalan napas

Intratracheal

LMA
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. ZA
Umur : 39 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Tinggi / BB : 168 cm / 80 kg
No. RM : 824655
Alamat : Jl. Menteng Atas, no.21
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS

Keluhan Utama
Nyeri kaki kanan sjk 2 th yll
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami open fracture
Riwayat Penyakit Dahulu os tibia dextra. Saat ini, akan
Tidak memiliki riw. Penyakit / dilakukan rencana op remove
alergi sebelumnya implant

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Operasi Ayah pasien, hipertensi
Implant tibia dextra (Feb.2016)

Riwayat Pengobatan
Pola Hidup (-)
Baik
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN FISIK

Tanda Vital

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
BB/TB : 67 kg/170 cm, IMT 23,18 (normoweight)
Tekanan darah : 118/71 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Status Generalis
Hidung
Sekret (-), deviasi septum nasi (-)
Telinga 5
Normotia, sekret (-) 4 Mulut dan Gigi
6 Gigi goyang (-), protesa (-
Mata ), maloklusi (-), malposisi
Konjungtiva anemis -/-, 3 (-), karies (-), malampati II
sklera ikterik -/-, RC +/+
7 Tenggorokan
Kulit Faring hiperemis (-)
Warna kulit sawo matang, 2
lesi (-) Leher
Kepala Jarak mental-hyoid 3 jari,
Bentuk normocephal, rambut 1 8 jarak hyoid-thyroid 2 jari,
berwarna hitam dengan pembesaran KGB (-), deviasi
distribusi rambut merata trakea (-), retraksi otot bantu
napas (-), ekstensi leher
sempurna tanpa tahanan
Status Generalis
Thoraks
Pulmo
Inspeksi : normochest, retraksi dinding dada -/-
Palpasi : simetris, vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Cor
Inspeksi : Simetris, iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi (-), sikatrik (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : NT(-), tidak teraba pembesaran pada hepar dan lien
Perkusi : Timpani

Ekstremitas
Cyanosis (-), hangat, edema (-), tonus cukup, CRT <2s’
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Radiologi
Foto Thorax

Waktu pemeriksaan : 10 Februari 2016

 Jantung tidak membesar, CTR <50 %


 Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
 Trakea ditengah, kedua hilus tidak menebal
 Corakan bronkovaskular kedua paru baik
 Tidak tampak infiltrate ataupun nodul
 Sinus kostofrenikus lancip dan diafragma licin
 Tulang-tulang intak

Kesan : Jantung dan paru normal


Foto Cruris Kanan

Waktu pemeriksaan : 10 Februari 2016


- Tampak fraktur komplit di 1/3 diafisis
proksimal fibula kanan dengan
displacement dan fraktur inkomplit
middiafisis fibula kanan
- Tampak fraktur komplit transversal
middiafisis os tibia kanan dengan
displacement
- Tampak penebalan jaringan lunak
disekitarnya
- Celah sendi distal cruris kanan tidak
menyempit
X-Foto Cruris Dextra Tn. ZA
DIAGNOSIS KERJA JENIS PEMBEDAHAN
Union (R) Tibia Remove Implant

RENCANA ANESTESI PENGGOLONGAN


Anestesi umum ASA
dengan Laryngeal ASA I
Mask Airway
Persiapan operasi

Di ruang perawatan
PELAKSANAAN
ANESTESI Di ruang persiapan

Persiapan alat, obat

Pelaksanaan operasi

Post operasi
Persiapan Obat-Obatan Anestesi
1. Premedikasi ringan : Midazolam 2 mg
2. Analgetik : Fentanyl 150 mcg
3. Induksi : Propofol 100 mg
4. Relaksan : Atracurium 25 mg
5. Maintanance : Isoflurane 1,5 vol %
6. Anti emetic : Ondansentron 8 mg
7. Obat reverse : Sulfas atropine 0,5 mg : Prostigmine 1 mg
8. Analgetik post op : Tramadol 100 mg
9. Obat emergency : Sulfas Atropin 0,5 – 1 mg IV
: Epinephrine 1 mg atau 0.02 mg/kg larutan 1:10.000
: Ephedrine 5-20 mg
: Dexamethason 0.5- 25 mg/hari IV
: Aminophylline 5-6 mg/kg IV
: Amiodarone 150 mg IV dalam 10 menit (maks 2.2 gr)
: Nalokson 1-2 mcg/kgBB IV
: Lidokain
Pelaksanaan Operasi
Pukul 11.40 WIB
- Memasang infus Ringer Laktat 500 mL
- Memasang monitor EKG dan oksimeter pulse
- Mengukur tekanan darah tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 36.50C, RR 18

Pukul 11.45 WIB


- Pasien dalam posisi terlentang.
- Pemberian premedikasi Midazolam 2 mg IV, dilanjutkan dengan Fentanyl 150 mcg IV
- Induksi dengan Propofol 100 mg IV
- Setelah kesadaran pasien menurun, segera pasang sungkup muka dan dirapatkan.
- Diberikan Atracurium 25 mg IV, pemberian ini mengakibatkan apnoe karena itu napas
- LMA dihubungkan dengan konektor ke sirkuit napas alat anestesi.
- Napas pasien dikendalikan dengan respirator
- Tekanan darah 115/70 mmHg, nadi 60 x/menit, SpO2 100 %
Pelaksanaan Operasi
Pukul 12.00
- Pembedahan dimulai
- Tekanan darah 118/74 mmHg, nadi 60 x/menit, SpO2 100 %

Pukul 12.45
- Pembedahan selesai
- Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 55 x/menit, SpO2 100 %
- Pemberian Tramadol 100 mg
- Pemberian Sulfas Atropine 0,5 mg : Prostigmine 1 mg
- Pemberian obat anestesi dihentikan, pemberian O2 dipertahankan
- Bersihkan jalan napas dari secret, dengan suction
- Setelah pasien bangun, LMA dikeluarkan.
- Elektrokardiogram, manset sfigmomanometer dan saturasi O2 dilepas
- Pasien dipindahkan ke brankar untuk dibawa keruang pemulihan atau recovery room (RR)
Post Operasi
O2 NC 4 Lpm

Penilaian KU,
Post Op RR 13.15 WIB TTV

CM, TD 120/80 mmHg,


HR 60 x/mnt,Aldrette
RR 20 x/mnt,
skor
Instruksi Sat O2 100%
post op

• Pengelolaan nyeri : Ketorolac 30 mg IV bolus


• Pengelolaan mual/muntah : Metoclopramide 5 mg IV bolus
• Pemantauan KU, TTV
ANATOMI DAN FISIOLOGI
UPPER RESPIRATORY TRACT

1.1. Hidung 1.2. Faring

1.3. Laring 1.4. Trakea


ANESTESI UMUM
Anestesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral, disertai
hilangnya kesadaran yang bersifat pulih kembali (reversible).

A. Anamnesis D. Klasifikasi
Status Fisik

E. Premedikasi
B. Pemeriksaan
Fisik
F. Persiapan
Obat

C. Pemeriksaan G. Indikasi
Laboratorium Anestesi Umum
“ LARYNGEAL MASK AIRWAY
(LMA)
LMA adlh supra glotis
airway, didesain u/
menjaga tertutupnya
bag. dalam laring u/
ventilasi spontan &
memungkinkan ventilasi
kendali pada mode level
(<15 cm H2O) tekanan
positif
Jenis – Jenis LMA

Classic LMA (cLMA) Proseal LMA (pLMA)

Flexible LMA (fLMA) Fastrach LMA


Ukuran LMA
Ukuran Masker BB (Kg) Vol. Balon (mL)
1 <5 4
1,5 5 – 10 7
2 10 – 20 10
2½ 20 – 30 14
3 30 – 50 20
4 50 – 70 30
5 > 70 40
INDIKASI KONTRAINDIKASI
a. Pemasangan ventilasi a. (+) regurgitasi isi lambung
elektif b. Terbatasnya kemampuan
b. Kesulitan jalan napas buka mulut, ekstensi leher
c. Cardiac arrest c. Compliance paru yg
d. Saluran untuk intubasi rendah
e. Manajemen jalan d. Obstruksi jalan napas
napas prehospital e. Kelainan pada orofaring
e. Anak-anak f. Ventilasi paru tunggal
Teknik Insersi LMA
PEMBAHASAN
• Pasien 39th (L), Union (R) Tibia, akan dilakuan remove implant
• Berdasarkan anamnesis, PF & PP  pasien ASA I
• Pada PF, score mallampati II
• Alasan pemilihan LMA, berdasarkan indikasi sbg berikut :
a. Durasi op. singkat, faktor resiko rendah
b. Lambung dalam keadaan kosong
c. Tidak ada manipulasi kepala
d. Posisi op. terlentang
e. Jalan napas aman & terjamin
f. Waktu pulih sadar lebih cepat dgn kondisi napas spontan
KESIMPULAN
Pada op. ini, digunakan LMA agar memastikan
bahwa jalan napas selalu berada dlm kondisi
terbuka & mendapatkan ventilasi yg adekuat
selama op. Selain itu, pemasangan LMA
dikarenakan durasi yg tidak terlalu lama, serta
meminimalisir risiko dari pemasangan ETT.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai