Si
Agar tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai penggunaan
istilah, maka baiklah kita menyepakati beberapa istilah yang biasa
dipakai dalam pembicaraan mengenai aborsi dan yang akan
dipakai dalam pembahasan.
Aborsi (abortion) = berasal dari kata bahasa Latin abortio ialah
pengeluaran hasil konsepsi dari uretus secara prematur pada
umur di mana janin itu belum bisa hidup di luar kandungan.
Secara medis janin bisa hidup di luar kandungan pada umur 28
minggu. Secara medis aborsi berarti pengeluaran kandungan
sebelum berumur 28 minggu dan mengakibatkan kematian;
sedangkan pengeluaran janin sesudah umur 28 minggu dan mati
tidak disebut aborsi tetapi pembunuhan bayi (infanticide).
Sedangkan dalam terminologi moral dan hukum, aborsi berarti
pengeluaran janin sejak adanya konsepsi sampai dengan
kelahirannya yang mengakibatkan kematian. Yang dimaksud
adalah aborsi dalam arti moral dan hukum.
Pengguguran yang disengaja (procuder abortion, induced
abortion, abortus abortion) = pembunuhan yang disengaja dan
langsung diarahkan kepada manusia pada tahap awal hidupnya,
antara saat pembuahan sampai dengan kelahirannya, dengan cara
apa pun juga pelaksanaannya.
Aborsi terapeutik = aborsi yang dilakukan untuk menyelamatkan
hidup atau kesehatan (fisik dan mental) seorang wanita hamil;
kadang-kadang dilakukan sesudah pemerkosaan atau inses
(incest).
Aborsi terapeutik langsung = aborsi yang dilakukan untuk
menyelamatkan hidup atau kesehatan (fisik dan mental) seorang
wanita hamil. Tindakan medisnya sendiri ditujukan langsung
untuk membunuh janin itu.
Aborsi terapeutik tidak langsung = aborsi yang dilakukan untuk
menyelamatkan hidup atau kesehatan (fisik dan mental) seorang
wanita hamil. Tindakan medisnya sendiri bukan ditujukan
langsung untuk membunuh janin itu tetapi pada suatu yang
lainnya, misalnya pengangkatan rahim atau saluran telur yang di
dalamnya ada janinnya. Karena rahimnya diangkat maka janinnya
ikut mati.
Aborsi eugenik = Aborsi yang dilakukan terhadap janin yang
cacat atau jenis kelaminnya tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Keguguran (miscariage, spontaneous abortion) = aborsi yang
terjadi secara alami. Aborsi yang terjadi tanpa campur tangan
manusia tetapi terjadi secara alamiah oleh karena berbagai
macam sebab. Secara moral, keguguran ini tidak menimbulkan
masalah moral sebab terjadi tanpa campur tangan manusia.
A. Hak untuk Hidup sebagai Hak Asasi Paling Dasar
Hak asasi manusia adalah hak yang ada oleh karena manusia adalah
manusia. Dengan kata lain, manusia itu mempunyai hak oleh karena dia
adalah manusia. Kepemilikan hak ini dihubungankan dengan statusnya
yang adalah manusia. Jadi, hak asasi itu datang dari kodratnya sebagai
manusia (hukum alam) dan menyatu-lekat dengan martabatnya sebagai
manusia. Hak itu tidak diberikan oleh orang atau institusi lain, tetapi
melekat dengannya sebagai manusia. Ia ada bersama dengan adanya
manusia dan berakhir dengan berakhirnya manusia.
Hak asasi itu statusnya lebih tinggi daripada hukum positif sebab
hak itu ada sebelum adanya hukum positif. Hukum positif adalah
kristalisasi hak-hak asasi manusia dalam bentuk yang spesifik dan
menjadi dasar dari seluruh ordonasi yuridis. Oleh karena hak asasi itu
ada lebih dahulu daripada hukum posotif, maka hak asasi itu harus
dipakai untuk menilai validitas sebuah produk hukum. Dengan kata lain,
hukum positif tidak boleh bertentangan dengan hak asasi manusia dan
kalau bertentangan maka hukum itu tidak adil.
Poin penting berikutnya ialah bahwa hak asasi itu dimiliki oleh
orang yang hidup, sebab hak itu ada dan berakhir dengan ada dan
berakhirnya hidup manusia. Segala pembicaraan mengenai hak asasi
manusia, misalnya hak untuk berbicara dan mengekspresikan pendapat,
hak untuk memilih agama, hak untuk merasa aman, hak untuk meilih
pemimpin dan sebagainya, dibicarakan dalam kerangka dan demi
manusia yang hidup. Bahkan ada orang yang mengatakan bahwa manusia
berhak untuk mati atas kehendak sendiri (eutanasia). Akan tetapi,
bagamanapun juga, hak untuk mat ini pun hanya dipunyai semua hak itu.
Maka, “hak untuk hidup” menjadi syarat utama dan mendasar
ketika membicarakan mengenai hak asasi manusia. Oleh karena itu,
sebelum orang rib mengenai hak asasi manusia. Oleh karena itu, sebelum
orang ribut mengenai pelaksaan hak asasi yang macam-macam itu, orang
harus lebih dulu menghormati hak yang paling dasar ialah hak untuk
hidup. Hanya bila ada hidup maka kita bisa beranjak ke level berikutya,
yakni hak-hak asasi yang lainnya. Bagi seorang manusia, hidup adalah
nilai fundamental untuk dapat merealisasikan nilai-nilai lainnya.
Hidup adalah syarat sine qua non (syarat mutlak) untuk mewujudkan
dan mengembangkan seluruh potensi, aspirasi dan mimpi-mimpi
seorang manusia. Hidup adalah syarat dasar untuk
memperkembangankan diri menjadi individu dan pribadi sehingga
menjadi dewasa. Oleh karena itu, hak untuk hidup adalah hak pertama
dari semua hak asasi manusia, akar dari semua hak asasi manusia lainnya.
Hidup adalah kondisi untuk nilai-nilai dan pencapaian-pencapaian yang
lainnya.
Secara singkat bisa dikatakan bahwa hak untuk hidup adalah lebih
dari sekedar hak fundamental. Inilah adalah kondisi yang memungkinkan
hak-hak lainnya untuk ada dan mungkin: hidup adalah pengalaman
empiris dan bukan teori. Fakta kehidupan menjadi dasar hak untuk hidup.
Penghormatan terhadap hak hidup adalah kondisi dasar supaya
manusia bisa berfungsi dengan semestinya. Memang benar bahwa selain
hidup fisik manusia, masih ada banyak nilai hidup lainnya. Harus diakui
pula bahwa hak untuk hidup, meskipun adalah hak yang fundamental,
tetapi tidak selalu menjadi hak yang paling tinggi, yang sama sekali tidak
bisa diganggu gugat. Orang tidak boleh dikorbankan dengan alasan apa
pun tanpa persetujuan dari dirinya yang diserahi tugas untuk menjaga
hidupnya. Dengan alasan-alasan tertentu yang luhur, bisa dibenarkan
kalau ada yang mengorbankan hidupnya. Maka, penghormatan terhadap
hak asasi untuk hidup menjadi prasyarat utama untuk suatu masyarakat
yang bermartabat dan berbudaya luhur.
Hak untuk hidup ini memang cukup berbeda dengan hak asasi
manusia yang lainnya. Salah satu perbedaan mencoloknya ialah
pelaksanaan dan hasil dari hal itu. Oleh karena itu, hak untuk hidup
bukanlah hak untuk mendapatkan (hidup), tetapihak untuk bebas dari
ancaman yang membahayakan atau menghilangkan hidup.
Dalam hidup manusia dimulai sejak selesainya proses pembuahan di mana
faktor-faktor kehidupan manusia berasal dari ayah dan ibunya bersatu dan
membentuk genome yang baru. Kesimpulan ini tentu saja mempunyai implikasi
yang luas. Ini berarti sejak selesainya proses pembuahan, janin sudah mempunyai
hak untuk hidup yang harus dihormati dan dijaga oleh manusia lainnya.
Perlindungan akan hak hidup ini pun sudah dicanangkan oleh Deklarasi Hak
Asasi Manusia (HAM) oleh PBB pada tanggal 10 Desember 1984. Di situ dikatakan,
“Setiap orang mempunyai hak untuk hidup, bebas dan keamanan pribadi.” Dari
deklarasi tepat dikatakan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk hidup, tetapi
hak untuk hidup itu dirangkai bersamaan dengan hak tentang kebebasan dan
keamanan.
Penghormatan atas hidup manusia yang masih dalam kandungan juga
mendapatkan dasarnya dari prinsip etika dasar, yakni prinsip vulnerability. Prinsip
ini berarti yang kuat mempunyai kewajiban untuk melindungi yang lemah. Jadi,
lepas dari masalah apakah janin itu adalah persona atau tidak, tetapi kalau diakui
bahwa janin itu harus dihormati dan dilindungi. Kita yang kuat harus melindungi
janin yang lemah. Hanya dengan cara demikianlah maka dunia akan terhindar dairi
homo homini lupus (manusia menjadi serigala bagi yang lainnya) di mana terjadi
penindasan orang yang lemah oleh karena orang yang kuat.
B. Nilai Intrinsik Hidup Manusia
Bila seseorang menilai sesuatu, dia bisa mendasarkan penilaiannya
itu pada hal-hal yang ekstrenal dari objek itu sendiri sehingga penilaian
atau nilainya disebut ekstrinsik; akan tetapi, orang bisa juga menilai
objek itu berdasarkan hal-hal yang intern dari objek itu sendiri sehingga
penilaian atau nilainya disebut intrinsik.
Penilaian ekstrinsik itu diberikan oleh seseorang berdasarkan
faktor-faktor eksternal. Nilai ekstrinsik ini bisa berubah-ubah sesuai
dengan keadaan. Kalau nilai ekstrisik itu gampang berubah tidaklah
demikian dengan nilai intrinsik. Nilai intrinsik berarti bahwa sesuatu itu
diingikan oleh karena dirinya sendiri, dinilai berdasarkan nilai intern
dirinya sendiri dan nilai itu ada sejak keberadaan objek itu dan berakhir
dengan berakhirnya objek tersebut. Nilai ini bukanlah diberikan oleh
seseorang atau sebuah instansi tertentu dalam kurun waktu tertentu,
tetapi nilai itu ada karena adanya objek tersebut secara kodrati.
Nilai ekstrinsik dan intrinsik manusia tidak bisa dipertukar. Apa
yang benar secara intrinsik belum tentu benar secara ekstrinsik dan
sebaliknya. Misalnya saja, bila ada orang yang menilai martabat manusia
dengan mempergunakan uang, maka uang ini tidak ada nilainya dalam
hubungannya dengan nilai martabat atau nilai moral seseorang. Penilaian
seperti itu akan jatuh pada naturalistic fallacy, yakni berpindah dari
sebuah pemaparan tentang bagaimana seseorang berindak ke dalam
dimensi normatif bagaimana seharusnya orang bertindak.
Oleh karena itu, manusia itu mempunyai nilainya (bermartabat)
bukan oleh karena diberi nilai oleh seseorang atau oleh sebuah instansi
(negara, agama, atau masyarakat), tetapi manusia itu bermartabat oleh
karena dia adalah manusia. Menilai martabat manusia secara ekstrinsik
merupakan degradasi dan pelanggaran martabat manusia. Secara
ekstrinsik merupakan degradasi dan pelanggaran martabat manusia.
Secara ekstrinsik, seseorang bisa saja mempunyai nilai yang rendah
(misalnya oleh karena miskin, sakit atau cacat) tetapi martabatnya
tetaplah sama sebab martabat manusia tidak diukur berdasarkan hal-hal
yang eksternal tetapi diukur berdasarkan kodrat kemanusiaannya yang
sama bagi semua oramg.
Jadi, nilai intrinsik manusia berarti bahwa masing-masing hidup
manusia mempunyai nilai yang tak terhingga, lepas dari penampilan
secara eksternal, sehingga hidup manusia harus dihargai dan dipandang
sebagai yang terpenting dari antara yang lainnya. Jika kita harus memilih
manusia diantara makhluk atau benda yang lainnya, maka manusia harus
dipilih lebih dahulu.
Nilai intrinsik yang menyatu dengan diri hidup manusia itu adalah
unik dalam arti tiada duanya sebab nilai itu mengenai seorang pribadi
manusia yang unik tiada duanya. Keunikan dan kekhususan manusia itu
sendiri menjadi dasar mengapa kita harus melindungi hidup manusia.
C. Manusia di Hadapan Allah
Pandangan Kristiani mengenai manusia sangat solid. Ajaran Yesus
mengenai hidup manusia sangat kontroversial dan revolusianer pada
zamannya. Bahkan sampai sekarang ini, tidak ada ajaran agama lain yang
menghargai martabat manusia lebih tinggi dapi pada ajaran Kristus.
Lingkungan di mana Yesus hidup adalah lingkungan Helenistis
(Yunani) dan Yudaisme (Israel). Aristoteles memandang bahwa “manusia
itu bukanlah makhluk yang paling mulia di dunia ini.” Ia percaya bahwa
makhluk-makhluk surgawi lebih mulia daripada manusia. Dalam
lingkungan Yudaisme manusia memang mempunyai tempat yang
istimewa dari antara semua ciptaan. Ada dua nas Kitab Suci Yudaisme
yang menerangkan bahwa manusia itu diciptakan menurut gambar dan
rupa Allah. “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya,
menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia.” Teks lainnya lagi
menyebutkan, “Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan
tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut
gambar-Nya sendiri.”
Tanpa menegasikan ajaran Yudaisme itu, ajaran Kristiani maju lebih jauh
lagi. Manusia bukan hanya puncak Karya Penciptaan Allah dan diciptakan menurut
gambar dan rupa Allah, tetapi manusia itu dijunjung lebih tinggi lagi dengan
inkarnasi dan penebusan Kristus. Kristus yang adalah Allah Putra dan gambar Allah
yang sempurna merendahkan diri dan mengambil rupa manusia, tetapi dengan
demikian mengangkat kodrat manusia dan menawarkan pengharapan akan
keselamatan kepada umat manusia. Oleh karena penebusan Kristus, maka manusia
menjadi anak-anak Allah. Ajaran bahwa manusia itu adalah anak-anak Allah, tidak
pernah terdengar sebelumnya dan bahkan sesudahnya tidak ada lagi orang yang
mengajarkannya demikian. Kristus mewahyukan bahwa martabat manusia itu
dihubungkan bukan hanya dengan asal-usul manusia yang berasal dari Allah dan
diciptakan menurut martabat itu juga dihubungkan dengan kesatuan penuh
dengan Allah dalam penebusan Kristus.
Ajaran Gereja Modern yang sangat erat hubungannya dengan martabat
manusia adalah ensiklik Evangelium Vitae (Injil tentang kehidupan) yang juga
dikenal dengan Injil tentang Martabat hidup manusia. “Injil tentang kasih Allah
kepada manusia, Injil tentang martabat hidup pribadi manusia dan Injil tentang
kehidupan adalah injil yang satu dan tak terpisahkan,”
Evangelium Vitae meringkas inti ajaran Katolik mengenai martabat
hidup manusia sebagai berikut, “Manusia diberi martabat yang sangat
luhur, berdasarkan ikatan mesra yang mempersatukannya dengan Sang
pencipta: dalam diri manusia terpancarlah gambaran Allah sendiri.” Lebih
lanjut, ensiklik Evangelium Vitae mengatakan, ”Martabat hidup manusia ini
dikaitkan dengan asal-usulnya saja yang berasal dari Allah, tetapi juga
dengan tujuan akhir hidupnya, yakni persatuan dengan Allah dalam
pengetahuan dan kasih-Nya.”
Ringkasan ajaran Gereja di atas itu berakar dalam Kitab Suci
sendiri. Menurut Kitab Kejadian, semesta alam ini diciptakan melalui
tahapan-tahapan, baik secara kronoogis maupun intensitasnya. Secara
kronologis manusia diciptakan pada puncak karya penciptaan yaitu pada
hari keenam. Secara intensitasya, puncak penciptaan ditujukan dengan
sabda Allah sendiri.
Ensiklik Evangelium Vitae menggarisbawahi bahwa keputusan Allah
yang secara sengaja menciptakan manusia itu adalah tanda bahwa
manusia itu sangat berbeda dengan ciptaan lainnya. Perbedaaan itu
terletak pada kualitas dan martabat instrinsik hidup manusia. Kualititas itu
antara lain fakta bahwa manusia itu diciptakan menurut gambar dan
wajah Allah yang melebihi semua ciptaan. Evangelium Vitae meneruskan
refleksinya dengan mengatakan bahwa hidup manusia adalah
“manifestasi Allah di dunia, tanda kehadiran-Nya, dan jejak keluhuruan-
Nya.” Evangelium Vitae menyimpulkan bahwa “Hidup itu selalu merupakan
sebuah harta yang tak ternilai.”
Dengan mengatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar
dan rupa Allah, kitab Kejadian menggarisbawahi bahwa manusia
mempunyai hubungan akrab dengan Allah yang mempersatukan manusia
dengan Allah, sehingga manusia merupakan bayangan Allah sendiri.
Dengan demikian, manusia mempunyai kualitas intrinsik untuk
berhubungan dengan Allah dan Allah dapat berdialog (berbicara dan
mendengar) dengan manusia. Ini berarti bahwa kekhasan manusia
sebagai gambar dan wajah Allah harus diketemukan dalam hubungannya
yang sangat spesial denggan Allah.
Kemampuan untuk berhubungan dengan Allah adalah “kemampuan
spritual yang merupakan kekhasan manusia seperti halnya akal budi,
kemampuan untuk memilih yang baik dan yang jahat, dan kehendak bebas.”
Kemampuan manusia untuk berhubungan dengan Allah ini
merupakan salah satu aspek hidup manusia yang sangat diperlukan yang
memungkinkan manusia untuk sampai pada akhir perjalanan hidupnya
sebab manusia itu sebenarnya ditakdirkan untuk sampai pada persatuan
mesra dengan Allah dan bukan kehancurannya atau kejahatan.
Martabat manusia itu bersifat instrisik pada kodrat manusia dan
bukannya ditambahkan oleh sebuah istitusi atau orang tertentu. Martabat
itu juga tidak berhubungan dengan karya-karya atau prestasi seseorang,
tetapi ini disatukan secara tak terpisahkan dengan eksistensi manusia.
Jadi: sepanjang manusia itu masih manusia, maka ia mempunyai martabat
luhur itu. Oleh karena martabat manusia itu bersifat intrinsik yang ada
selama hidup manusia, maka penghormatan terhadap hidup manusia
haruslah berlangsung sepanjang hidup manusia, sejak adanya hidup
manusia (sejak saat selesainya pembuahan) sampai dengan kematian
naturalnya.
D. Nilai Kesucian Hidup Manusia
G. Komitmen
1. Mewujudkan tanggung jawab atas hidup manusia, terutama pada saat
dini dan mudah dikurbankan, sedangkan ia tak berdaya dan tak dapat
membela diri sendiri.
2. Mewujudkan tanggung jawab atas lingkungan hidup.
3. Mewujudkan tanggung jawab atas hidup manusia juga dengan
memperhatikan lingkungan.
H. Pelayanan yang Diberikan
1. Preventif
Pendampingan dan penyuluhan bagi para remaja, orang tua para
bayi/balita/remaja, pasturi baru, dll.
2. Kuratif
Pendampingan para perempuan yang mengalami KTD (kehamilan tidak
diingikan) baik sebelum maupun sesudah melahirkan melalui konseling tatap
muka, hotline service, pendekatan pada keluarga/lingkungan agar dapat menerima
kembali perempuan tersebut dan anaknya. Pendampingan ini dilakukan secara
aktif dan proaktif.
3. Bina Lanjut
Memberdayakan dan mengembalikan martabat para perempuan yang
mengalami KTD dengan pendidikan nilai, konseling, keterampilan, dll.
4. Advokasi
Menentang “budaya maut” (culture of deatht), yakni budaya yang
mengancam kehidupan manusia dan ikut menciptakan “budaya kehidupan”
(culture of life) yang menerima, membela dan melindungi kehidupan yang ada
sejak pembuahan sampai kematian yang alami.
5. Proses adopsi
Membantu proses adopsi yang dilakukan secara legal dan profesional.
I. Sasaran
Perempuan dengan kehamilan yang tidak diinginkan (hamil sebelum
nikah, di luar nikah).
Pasangan suami/istri dengan kehamilan yang tidak diingikan.
Bayi dan anak terlantar, dll.
J. Akses
Melalui telepon / hotmail
Melalui e-mail, website (www.aborsi.org)
Melalui SMS (Short Message Service) dengan HP
Melalui kontak langsung (datang berkonsultasi)
Melalui surat, fax, dll.
K. Alur Pelayanan
KLIEN telp / sms / email / datang langsung => KONSULTAN
wawancara => PENGKAJIAN kebutuhan klien => RUJUK ada lima bagian –
Shalter (slm hamil) – RS/RB yan kes lain (periksa hamil – bersalin) –
Pendampingan (psikolog/rm/sr) – Panti asuhan (bayi ssd lahir) – Ahli
hukum (adopsi).
L. Kegiatan yang telah dilakukan
1. Musyawarah Nasional Pro-life (Sayang Kehidupan)
2. Pembentukan Komite Nasional GSK (Gerakan Sayang Kehidupuan)
3. Pembentukan FKPA (Forum Komunikasi Panti Asuhan)
4. Pembentukan Pro-life Indonesia
5. Seminar Nasional mengenai Aborsi
6. Pernyataan sikap dari pemuka agama mengenai aborsi
7. Membuka wibsite untuk konsultasi
8. Menyusun / menerjemahkan buku dan CD untuk sosialisasi pro-life
9. Menyusun buku panduan untuk aborsi
10. Kegiatan masing-masing anggota dalam berbagai bidang.
M.Terbuka untuk Kerja Sama
FKPK berharap bahwa kegiatan yang ditangani bersifat holistik dan
juga merupakan gerakan moral. Untuk mewujudkan misi maka ini
terbuka untuk bekerja sama dengan siapa saja yang berminat dalam
kegiatan sayang kehidupan, baik lembanga maupun perseorangan, tanpa
memandang agama, asal-usul dan etnis.
N. Tantangan yang Dihadapi
Gerakan sayang kehidupan masih belum banyak dikenal
masyarakat padahal banyak orang memerlukan pelayanannya. Para
aktivis diharapkan dapat lebih banyak mempromosikan kegiatannya ada
mereka yang membutuhkan mempunyai akses untuk mendapatkan
pelayanan. Selama ini para aktivis sangat low profile sehingga hampir
tidak pernah diekspos oleh media atau menginformasikan pelayanan
mereka kepada masyarakat melalui brosur, leaflet, dll. Untuk itu kita tidak
sekedar bicara saja namun dengan aksi nyata.
O. Penutup
Melihat besarnya masalah, tanpa campur tangan Tuhan rasanya kita
tidak berdaya dan tidak bisa berbuat apa-apa. Namun dengan bantuan
rahmat-Nya kita dapat berbuat banyak untuk sesama kita, terutama
mereka yang membutuhkan pertolongan dan tidak berdaya. Perempuan
yang hamil pada saat tidak direncanakan atau tidak diinginkan, pasti
berada dalam keadaan panik dan bingung. Dalam pikiran mereka aborsi
adalah satu-satunya solusi. Begitu juga bagi janin dan bayi, yang tidak
dapat membela diri mereka sendiri, akan sangat terbantu bila kita
mengulurkan tangan untuk menolong mereka.