Anda di halaman 1dari 22

PENDAHULUAN

 Definisi rome III: Suatu keadaan yang ditandai


oleh salah satu atau lebih gejala utama area
gastroduodenal berikut: nyeri epigastrium, rasa
terbakar di epigastrium, rasa penuh setelah
makan, atau sensasi cepat kenyang.
DISPEPSIA
 Dispepsia Organik
 Dispepsia Fungsional

 Uninvestigated Dyspepsia
DISPEPSIA FUNGSIONAL
 Suatu keadaan yang ditandai oleh salah satu
atau lebih gejala utama area gastroduodenal
berikut: nyeri epigastrium, rasa terbakar di
epigastrium, rasa penuh setelah makan, atau
sensasi cepat kenyang tanpa ada penyabab
organik yang mendasari. Keluhan harus
berulang dalam 3 bulan, dengan awitan
setidaknya 6 bulan sebelumnya. (Rome III)
SINDROM DISTRESS POST PRANDIAL (SDP)
 Memenuhi salah satu dari kedua syarat berikut:
 Rasa penuh setelah makan yang mengganggu
 Rasa cepat kenyang yang menyebabkan tidak dapat
menghabiskan makanan
 Kriteria suportif
 Kembung di perut di bagian atas, mual atau
bersendawa setelah makan
 Dapat terjadi bersamaan dengan sindrom nyeri
epigastrik
SINDROM NYERI EPIGASTRIK (SNE)
 Nyeri atau rasa terbakar di epigastrium,
intensitas moderat, setidaknya sekali dalam
seminggu
 Nyeri intermiten
 Tidak tergeneralisasi atau terlokalisasi ke area lain
abdomen
 Tidak membaik setelah defekasi atau buang gas
 Tidak memenuhi kriteria batu empedu/kelainan
sfingter oddi
 Kriteria suportif:
 Nyeri seperti terbakar (bukan daerah retrosternal)
 Nyeri diinduksi/ diredakan dengan makanan
 Dapat terjadi bersamaan dengan SDP
ETIOLOGI

 Kelainan struktural
 Ulkus peptikum, ulkus duodenum, gastritis
(kronis, OAINS), penggunaan obat-obatan
(teofilin, digitalis, AB)
 Penyakit hepatobilier
 Kolelitiasis kronik, pankreatitis kronik,
hepatitis, hepatoma, steatohepatitis, keganasan
 Penyakit sistemik
 DM, hiperkalsemia, keracunan logam berat,
penyakit tiroid, gagal ginjal
 Non-organik atau fungsional
EPIDEMIOLOGI

 Studi-studi di Amerika dan Eropa menunjukan


prevalensi dispepsia pada orang dewasa per
tahun berkisar antara 25-40% dengan insidens
antara 1-9%. Hanya setengahnya yang mencari
pertolongan medis, sebagian lain tidak diobatin
atau berusaha diobati sendiri dengan bantuan
apoteker.
PEMERIKSAAN PENUNJANG (1)
 Endoskopi
 > 55 tahun dispepsia awitan baru
 <55 tahun + tanda bahaya
 Anemia
 Pendarahan

 Muntah terus-menerus

 Penurunan BB >10% tanpa sebab

 Disfagia berat

 Odinofagia

 Riw. Keganasan lambung/duodenum pada keluarga

 Riw. Keganasan esofagus

 Riw. Ulkus peptikum

 Massa intraabdomen

 Limfadenopati
PEMERIKSAAN PENUNJANG (2)
 USG
 Menilai kelainan pankreatobilier
 Pencitraan
 Barium meal kelainan struktur mukosa/massa
 Pemeriksaan lab
 Gangguan fungsi pankreas, fungsi tiroid, gula darah
 Urease Breath Test (UBT)
 Evaluasi infeksi H. Pylori dengan sensitivitas dan
spesifisitas cukup tinggi (95%)
 Berhenti terapi penghambat as. lambung 14 hari,
antibiotik 28 hari
TATALAKSANA
 Menurut American Gastroenterological Association
dan American College of Gastroenterology, pasien usia
<55 tahun dan tanpa tanda bahaya diterapi dengan
test-and-treat untuk H.pylori >10%, atau terapi
empiris dengan PPI bila prevalensi infeksi H. Pylori
<10%. Sebuah penelitian di rumah sakit swasta di
Jakarta dengan jumlah sampel kecil menemukan
prevalensi infeksi H. pylori pada uninvestigated
dyspepsia sebesar 68%.
TEST-AND-TREAT UNTUK H.PYLORI
 Test-and-treat untuk H.pylori dilakukan bila prevalensi
infeksi >10% karena kaitan yang sangat erat antara
infeksi bakteri ini dengan ulkus peptikum. Pemeriksaan
sederhana adalah Urea Breath Test, yang didasarkan
pada kemampuan H. pylori memecah urea menjadi
amonia dan karbondioksida.
TERAPI EMPIRIS ANTISEKRETORIK ASAM LAMBUNG

 Bila prevalensi infeksi H. pylori rendah, tanpa


tanda bahaya, dan hasil tes H. Pylori negatif
dapat diberikan terapi untuk menekan asam
lambung. Terapi PPI dosis standar sekali sehari
selama 4-8 minggu, namun bila perbaikan belum
terjadi dalam 2-4 minggu, dosis dapat
ditambah/diganti dengan obat golongan lain
(prokinetik/antidepresan)
PATOFISIOLOGI
 Meningkatnya sensitifitas mukosa lambung
terhadap asam
 Ambang rangsang persepsi rendah

 Adanya disfungsi saraf autonom yaitu neuropati


vagal rasa cepat kenyang
 Adanya stress psikologi

 Pengaruh aktivitas mioelektrik lambung,


pengaruh hormonal, pengaruh infeksi
helicobacter pylori, hubungan dengan
dismotilitas gastrointestinal, pengaruh diet,
faktor lingkungan
TATALAKSANA
 Antasida (3x30mg)
 H2RA (Ranitidine 2x150mg, simetidin 2x400mg)
atau
 PPI (Omeprazole 1x20mg, Lansoprazole 1x30mg,
Pantoprazole 1x40mg)
 Sitoprotektor (sukralfat 2x2gr, rebamipide
3x100mg, teprenone 3x50mg)
 Prokinetik (domperidon 4x10mg, metoklopramid
4x10mg, cisapride 3x5mg)
 Antidepresan (sertraline 1x25mg)

 Psikoterapi

Anda mungkin juga menyukai