Anda di halaman 1dari 12

Penyakit Huntington merupakan penyakit

herediter yang jarang terjadi, dinamakan sesuai


nama seorang dokter Amerika “George
Huntington” yang pertama kali menulis penyakit
ini pada tahun 1872. Nama awal penyakit ini
adalah “chorea” Huntington, dari bahasa Yunani
yang berarti “tarian”. Chorea digambarkan
sebagai gerakan memutar, memuntir, membelit,
tidak terkontrol dan konstan yang memburuk
secara progresif sejalan dengan berkembangnya
penyakit. Namun, beberapa penderita
Huntington awitan-dewasa mengalami rigiditas
berat dan tidak mampu bergerak yang berat
tetapi bukan chorea, sehingga gejala
dominannya adalah akinesia. 1-3
Distribusi global Penyakit Huntington cukup menarik. Umumnya penyakit
tersebutdiasosiasikan dengan populasi Eropa Barat, namun kasusnya juga
ada di wilayah lain sepertiTasmania dan Papua Nugini. Pada kasus
Tasmania, seorang Janda, yang pada 1848meninggalkan desanya di
Somerset, Inggris dan pindah ke Australia bersama 13 anaknya. Pada1964,
sebagian besar di antara 120 orang penderita Huntington di Tasmania
merupakanketurunan keluarga tersebut.
Pada kasus Papua Nugini, kemungkinan Penyakit Huntington dibawa
oleh para pemburuikan paus dari New England pada awal abad ke-20.
Buku harian mereka menceritakan bahwakapal mereka dikunjungi oleh
warga pribumi yang telanjang dan ramah dan selanjutnyabeberapa anak
hasil perkawinan warga pribumi dengan para pelaut mewarisi gen
salinanPenyakit Huntington. Data epidemiologis menunjukkan bahwa
Penyakit Huntington umumyamenyebar melalui migrasi manusia dari Eropa
Barat.Kasus penyebaran Penyakit Huntington tertinggi di dunia terletak di
desa-desa terpencilsepanjang pantai Danau Maracaibo, Venezuela.
Penyakit tersebut datang (kemungkinan dariseorang pelaut Inggris) pada
awal abad ke-19 dan selanjutnya mengalami peningkatanfrekuensi hingga
lebih dari 70 kali lipat frekuensi biasanya di Eropa Barat.1
Huntington merupakan suatu penyakit
yang bersifat genetik autosomal, sehingga
penyebab satu-satunya dari Huntington
disease ini adalah terjadinya pewarisan
gen dari seorang pengidap ke anaknya,
pada kasus yang sangat jarang,
diperkirakan jikalau Huntington Disease
dapat terjadi tanpa faktor keturunan ketika
terjadi mutasi spesifik pada kromosom ke 4
yang menyebabkan terjadinya replikasi
yang berlebihan pada trinukleotid CAG.1,2,3)
 Atrofi bilateral pada daerah kepala nukleus kaudatus dan putamen merupakan
karakteristik abnormalitas dari Huntington disease, dan umumnya juga ditemukan
atrofi girus pada daerah lobus frontal dan temporal. Atrofi dari nuklelus kaudatus
menyebabkan terjadinya perubahan penampakan dari frontal horns yang terbentuk
pada gambar CT scan kepala karena adanya ventrikel lateral dextra dan sinisitra,
karena kepala dari nukleus kaudatus akan memberi gambaran menonjol pada
ventrikel. Selain itu ventrikel otak akan nampak membesar yang berjalan seiringan
dengan progresivitas penyakit ini.1)
Secara mikroskopik, degenerasi yang terjadi dibagi menjadi 3 stadium, early,
moderately advanced, dan far advanced. Pada stadium awal, meskipun sudah
terdiagnosa oleh pemeriksaan genetik, tidak terdapat lesi striatal, sehingga dari hal ini
dapat disimpulkan bila manifestasi yang muncul terjadi karena adanya kelainan
biokimiawi atau perubahan infrastruktural. Penemuan ini didukung dengan
pemeriksaan PET scan pada penderita Huntington disease dimana ditemukan
karakteristik penurunan metabolisme glukosa di nukleus kaudatus yang mendahului
hilangnya jaringan pada tahap lanjut. Daerah anterior dari kaudatus dan putamen
umumnya yang terkena secara lebih ekstensif dibandingkan daerah posteriornya.
Beberapa peneliti menemukan berbagai perubahan pada globus pallidus, nukleus
subthalamikus, nukleus merah, cerebellum, dan pars retikulata dari substansia nigra.
Pada daerah korteks serebrum, didapatkan neuronal loss yang digantikan oleh
jaringan glia.1,3)
Mekanisme dari Huntington disease merupakan suatu
patogenesis yang jelas namun masih sulit dimengerti.
Ekspansi dari regio poliglutamine dari Huntingtin ( protein
produk gen Huntington ) menyebabkan terjadinya
agregasi protein tersebut pada nukleus neuron otak. Lebih
dari itu, protein tersebut memiliki kecenderungan untuk
beragregasi pada neuron daerah striatal dan korteks
otak. Hasil penelitian dari Wetz menyimpulkan jikalau
protein ini bersifat toksik terhadap neuron secara langsung
atau dalam bentuk yang tak teragregasi. Namun letak
permasalahannya ada pada dominasi agregasi protein
Huntingtin yang terutama pada daerah korteks,
sedangkan neuron loss terdapat pada daerah striatal.
Sebuah teori menyatakan jikalau Huntingtin akan
menyebabkan neuron tertentu lebih sensitif pada
glutamat-mediated eksitotoksisitas. Selain itu, sekarang
dikemukakan 2 mekanisme yang berdasarkan pada
interupsi transkripsi protein karena ikatan protein huntingtin
pada protein untuk transkripsi, atau terjadi disfungsi
mitokondrial terjadi secara langsung atau melalui
mekanisme transkripsi yang sama. Karena ekspansi
poliglutamine ditemui pada berbagai kelainan
neurodegeneratif. 1)
Gejala klinis ditandai dengan gerakan
chorea, gejala psikiatri, dan demensia.
Gerakan chorea ini terjadi secara tiba-tiba,
singkat, asimetri, tersendat-sendat yang
melibatkan wajah, lidah, dan ekstremitas.
Gerakan ini muncul secara spontan selama
melakukan kegiatan volunter yang lama-
kelamaan dapat menyebabkan gangguan
cara berjalan yang berat, gangguan
berbicara, dan gangguan menelan. Pada
masa anak-anak, gejala yang timbul dapat
berupa rigiditas akinetik, dystonia, dan kejang
dengan masa klinis yang lebih pendek.1-6
Gejala psikiatri dapat bervariasi, termasuk di
antaranya gangguan tingkah laku dan gangguan
kepribadian, mood, dan afektif, utamanya depresi,
dan psikotik yang sering menjadi skizofrenia. Gejala-
gejala ini diikuti dengan penurunan fungsi kognitif
yang lambat laun menjadi demensia. Alkoholisme
dan bunuh diri memiliki insidens yang tinggi pada
penyakit ini di mana perjalanan klinisnya rata-rata 10-
15 tahun.
Bila pasien sudah menunjukan
manifestasinya secara nyata, pemeriksaan
lanjutan tidaklah diperlukan. Kesulitan
dalam penegakan diagnosis terutama
terletak pada kurangnya riwayat keluarga,
namun menunjukan chorea yang progresif,
gangguan emosi, dan mengalami
dementia. Namun hal tersebut dapat
diatasi dengan pemeriksaan genetik.
Adanya pengulangan CAG lebih dari 39
kali pada lokus huntington merupakan
diagnosis definitif dari penyakit huntington
ini.1)
Bila Chorea muncul pada usia tua, kemungkinan penyebabnya bisa
bermacam – macam, contohnya senile chorea yang dapat disebabkan oleh
infeksi, hiperglikemia, stroke, dan tirotoksikosis. Namun umumnya senile chorea
menghilang dalam beberapa minggu. Untuk memastikan diagnosa pada
chorea yang muncul di usia tua, dapat dilakukan anamnesis lengkap dan
penyesuaian gejala dengan Huntington Disease, atau dengan pemeriksaan gen
Huntington.1,3)
Bila Chorea muncul pada usia muda, umumnya dibandingkan dengan
syndenham chorea, atau lupus dengan antiphospholipid antibodies, atau
penggunaan kokain, namun ketiganya tidak memiliki hubungan familial yang
nyata dan tidak terjadi penurunan tingkat kecerdasan. “ Benign Inherited
Chorea “ yang dapat diturunkan secara autosomal merupakan salah satu
diagnosis bandingnya, namun umumnya Benign Inherited Chorea bermanifestasi
pada usia sebelum 5 tahun, progresivitasnya lambat, dan tidak ada gangguan
mental. Terdapat beberapa penyakit neurodegeneratif yang dapat
dibandingkan dengan Huntington, contohnya seperti polymyoclonus,
acanthocytosis dengan chorea progresif, atau dentatorubropallidoluysian
degeneration yang hanya bisa disingkirkan dengan pemeriksaan genetik.1,3
Selain itu huntington disease juga dapat dibandingkan dengan wilson
disease dan tardive diskinesia. Wilson disease dapat disingkirkan dengan
pemeriksaan kadar serum tembaga dalam darah dan ceruloplasmin,
sedangkan untuk tardive diskinesia dapat disingkirkan dengan anamnesa
lengkap pasien terutama mengenai pengobatan terakhir pasien.1,3)
Pengobatan secara non-
medikamentosa dapat dilakukan dengan
fisioterapi, konseling psikiatrik (psikoterapi),
dan terapi okupasi. Peranan seorang
psikoterapis/psikiater dibutuhkan dalam
membantu pasien untuk menangani
masalah – masalah perilaku (behavior
disorder), dapat memberi masukan –
masukan strategis, memberi harapan
selama menjalani proses terapi penyakit
dan dapat menjadi fasilitator yang efektif
diantara anggota keluarga penderita.18
Belum ada pengobatan kausatif bagi
penderita Huntington. Pengobatan hanya
bersifat simptomatis agar dapat
menghambat progresivitas klinis penyakit
yang sudah ada.2 Sejalan dengan
progresivitas penyakitnya, penderita
Huntington lebih cenderung untuk
meninggal. Namun hal ini tetap tergantung
kepada lingkungan internal dan eksternal
tubuh penderita itu sendiri.19

Anda mungkin juga menyukai