Anda di halaman 1dari 12

KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA (K3)


OLEH :

SRI MULIANI 0041


NIRWANA 0048
IRMA SURYANI 0052

KELOMPOK 5A
DEFINISI
 Keselamatan kerja adalah sebuah
kondisi dimana para karyawan
terlindungi dari cedera yang disebabkan
oleh berbagai kecelakaan yang
berhubungan dengan pekerjaan.
 Kesehatan kerja adalah sebuah kondisi
dimana para karyawan terbebas dari
berbagai penyakit fisik dan emosional
yang disebabkan oleh pekerjaan
A. Standarisasi Perlengkapan K3 di
Industri Farmasi

 UU No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok


Ketenagakerjaan diamana Setiap tenaga kerja
mendapat perlindungan kerja atas Keselamatan,
Kesehatan, Kesusilaan,Pemeliharaan Etika dan Moral
Kerja, Perlakuan sesuai Martabat Manusia, dan Moral
Agama
 UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang

berisi :
1. Keselamatan Kerja yang diatur dalam Undang-undang

ini mencakup semua tempat kerja


2. Syarat Keselamatan Kerja wajib dipatuhi untuk

mengendalikan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.


B.Identifikasi Masalah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja pada Industri dan
Pencegahannya
 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan di laboratorium Industri Farmasi dapat berbentuk
2 jenis yaitu :
1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien

2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas


laboratorium itu sendiri.
Penyebab kecelakaan kerja yaitu :
3. Kondisi berbahaya seperti mesin, peralatan, bahan,

lingkungan kerja, proses kerja, sifat kerja dan cara kerja


4. Perbuatan berbahaya seperti kurangnya pengetahuan dan
keterampilan pelaksana, keletihan dan kelemahan daya
tahan tubuh dan sikap dan perilaku kerja yang tidaj baik.
Beberapa contoh kecelakaan yang banyak
terjadi di laboratorium

 Terpeleset, karena lantainya licin


 Mengangkat beban merupakan
pekerjaan yang cukup berat, terutama
bila mengabaikan kaidah ergonomi.
 Mengambil sampel darah atau cairan
tubuh lainnya
 Resiko terjadi kebakaran (sumber :
bahan kimia, kompor) bahan desinfektan
yang mungkin mudah menyala dan
beracun.
C. CPOB dalam K3

Latihan pertolongan
pertama pada
kecelakaan (P3K)
Penanganan bahan

berbahaya
Penanggulangan bahaya

kebakaran
D. Penyakit Akibat Kerja &
Penyakit Akibat Hubungan Kerja di
Industri Farmasi
 Faktor Kimia
Contoh : Petugas Lab sering kali kontak
dengan bahan kimia dan obat-obatan
seperti antibiotika, demikian pula dengan
solvent yang banyak digunakan dalam
komponen antiseptik, desinfektan dikenal
sebagai zat yang paling karsinogen.
Pencegahan :

 ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan


kimia yang ada untuk diketahui oleh seluruh petugas
laboratorium.
 Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum
untuk mencegah tertelannya bahan kimia dan
terhirupnya aerosol.
 Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata,
sarung tangan, celemek, jas laboratorium) dengan benar.
 Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat
antara mata dan lensa.
 Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
 Faktor fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan farmasi yang dapat
menimbulkan masalah kesehatan kerja meliputi:
 Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress

dan ketulian
 Pencahayaan yang kurang di ruang kamar pemeriksaan,

laboratorium, ruang perawatan dan kantor administrasi dapat


menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.
 Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja

 Terkena radiasi Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya

teknologi pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat


tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan petugas
yang menangani.
Pencegahan :
 Pengendalian cahaya di ruang
laboratorium.
 Pengaturan ventilasi dan penyediaan

air minum yang cukup memadai.


 Menurunkan getaran dengan

bantalan anti vibrasi


 Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.

 Pelindung mata untuk sinar laser

 Filter untuk mikroskop


Kesimpulan
Kesehatan dan keselamatan kerja di Industri Farmasi
bertujuan agar petugas, masyarakat dan lingkungan Industri
Farmasi saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman,
selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai
tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama
yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini
Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung
jawab terhadap kesehatan masyarakat, memfasilitasi
pembentukan berbagai peraturan, petunjuk teknis dan
pedoman K3 di Industri Farmasi serta menjalin kerjasama
lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaan
K3 tersebut.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai