The Evolution of Development Thought

KARAKTERISTIK DAN MASALAH

PEMBANGUNAN DAERAH DI UDC

1. Pengangguran terselubung ( Involusi di sektor pertanian)

2. Bergantung pada sektor pertanian
3. Gejala urbanisasi  Sektor informal
4. Disguised un employment di sektor perkotaan (inovasi di sektor
perkotaan)  kesenjangan pendapatan dan sosial di perkotaan
 INDIKATOR DASAR

Merupakan fondasi terpenting bagi perekonomian makro sebuah negara.

• Pendapatan
• Petumbuhan ekonomi
• Inflasi
• Penganggura
• Keseimbangan eksternal (neraca pembayaran)
• Cadangan Devisa
• Variabel kesejahteraan non moneter (kesehatan, Pendidikan)
EKS.BANK 1

TRANSFORMASI
STRUKTURAL
 PENDAHULUAN
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DI NEGARA KITA SEJAK PELITA I SAMPAI
DENGAN PELITA V, YAITU SELAMA PJPT I, TELAH BERDAMPAK PADA
PERUBAHAN KOMPOSISI PRODUK DOMESTIK BROTO

PERUBAHAN KOMPOSISI INI MENANDAI TERJADINYA TRANSFORMASI

STRUKTURAL EKONOMI DI INDONESIA YANG MENYEBABKAN
TERJADINYA :

 PERGESERAN STRUKTUR PEKERJAAN SECARA SEKTORAL

PERUBAHAN KOMPOSISI SEKTOR DALAM REGIONAL INCOME

DISTRIBUSI DAN PEMERATAAN PENDAPATAN

PERUBAHAN STRUKTUR PERMINTAAN DOMESTIK.

 PEMBANGUNAN EKONOMI

MENGANDUNG ARTI LUAS DAN MENCAKUP PERUBAHAN PADA

TATA SUSUSNAN EKONOMI MASYARAKAT SECARA
MENYELURUH.
PEMBANGUNAN MERUPAKAN PROSES TRANSFORMASI YANG
DITANDAI OLEH PERUBAHAN STRUKTUR YAITU PERUBAHAN
PADA LANDASAN KEGIATAN EKONOMI MAUPUN PADA
KERANGKA SUSUNAN EKONOMI MASYARAKAT YANG
BERSANGKUTAN
 Transformasi Struktural
Proses perkembangan ekonomi suatu negara
diartikan sebagai proses transformasi struktural

Proses transformasi struktural ini berupa pergeseran

dari sektor pertanian ke sektor industri dan
kemudian beralih ke sektor jasa-jasa.
 KREANGKA ANALISIS

SEJALAN DENGAN KENAIKAN PENDAPATAN PER KAPITA,

TERDAPAT 4 PROSES YANG MENYERTAINYA YAITU :

1.PROSES AKUMULASI

2.PROSES ALOKASI

3.PROSES DEMOGRAFI

4.PROSES DISTRIBUSI
STUDI-STUDI TENTANG TRANSFORMASI
STRUKTURAL EKONOMI

- SIMON KUZNETS

- HOLLIS CHENERY DAN MOYSES SYRQUIN

- MOYSES SYRQUIN “PATTERN OF

STRUCTURAL CHANGE “

- MOH. ARSYAD
 TEORI / KONSEP MENDASAR TEORI DAN
MODEL TRANSFORMASI STRUKTURAL

1. TEORI LEWIS (1959)

2. ROSTOW (1960)

3. KUZNET (1966)

4. CHENERY (1979)

5. SYRQUIN (1988)
1. TOERI LEWIS
Pada mulanya perekonomian akan dihadapkan pada kondisi
dimana sektor pertanian berada pada tingkat produktivitas yang
sangat rendah sedangkan sektor industri berada dalam tingkat
produktivitas yang tinggi. Sejalan dengan adanya pembangunan
ekonomi maka akan terjadi perubahan struktur ekonomi dengan
perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri
dan peningkatan produktivitas di masing-masing sektor.
2. TOERI ROSTOW (1960)
Menurut Rostow perekonomian berkembang dalam lima
tahapan, yaitu masyarakat tradisional (traditional society),
persiapan tinggal landas (precondition for take-off), tinggal
landas (take-off), langkah menuju kematangan (drive to
maturity), dan era konsumsi tinggi (high mass consumption).
Dalam prosesnya, transformasi pertanian adalah wan& TnIn\ak
tercapainya prakondisi tinggal landas dan transformasi struktural
3. TOERI KUZNET (1966)

Hubungan negatif antara perkembangan pembangunan

(pendapatan per kapita) dengan kontribusi sektor pertanian
dibahas dalam studi Kuznet (1966).Peningkatan pendapatan per
kapita disertai menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap
PDB (Produk Domestik Bruto), bahkan produksi sektor pertanian
mengalami perkembangan yang lebih lamban dari pertumbuhan
produksi nasional dan pertumbuhan industri. Pada tahap awal
pembangunan kontribusi sektor pertanian sebesar 50% - 60%
dari PDB dan terus menurun menjadi 10% - 20% pada tahap
pembangunan akhir. Hal yang sama juga ditemukan perubahan
peran sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja.
4. TOERI CHENERY DAN SYRQUIN
Hasil studi Chenery dan Syrquin (1975) juga menunjukkan
perubahan pangsa sektoral dalam periode jangka panjang
terdapat suatu pola perubahan struktur ekonomi dan distribusi
kesempatan kerja menurut sektor. Pada tingkat pendapatan per
kapita yang rendah (tahap awal pembangunan ekonomi), sektor-
sektor primer merupakan kontributor terbesar dalam PDB dan
penyerapan tenaga kerja. Sebaliknya, pada tingkat pendapatan
per kapita yang tinggi (tahap akhir pembangunan), sektorsektor
sekunder terutama industri menjadi sangat penting dalam PDB
dan penyerapan tenaga kerja. Titik transformasi struktural terjadi
pada titik potong antara grafik sektor primer dengan sekunder
atau tersier, karena peran sektor pertanian dalam PDB dan
tenaga kerja telah terlampaui oleh sektor industri dan jasa.
 TRANSFORMASI STRUKTURAL DI LDC

Pengalaman negara-negara dengan pendapatan rendah

(Less Developing Countries), memiliki pangsa pertanian di dalam total
penyerapan tenaga kerja dan pembentukan PDB jauh lebih tinggi
dibandingkan negara-negara dengan pendapatan tinggi seperti AS dan
lnggris (Todaro, 2000). Data Work Bank (1977) meberikan dukungan
dugaan adanya korelasi yang kuat antara tingkat pendapatan per
kapita dan perubahan struktur ekonomi dari pertanian ke industri.
Negara-negara dengan pendapatan tinggi seperti Amerika, Kanada,
Jepang, dan Eropa Barat, kontribusi pertaniannya jauh lebih rendah
dibandingkan negara-negara sedang berkembang.
 TRANSFORMASI STRUKTURAL DI
DEVELOPMENT COUNTRIES

Ada keselarasan hubungan antara perubahan struktur

ekonomi dengan penyerapan tenaga kerja, sebaliknya di negaranegara
berkembang, meskipun pangsa industri meningkat, namun tidak
diimbangi dengan penyerapan tenaga kerja yang berimbang dengan
dominasi tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian relatif tinggi
(Timmer, 1993; Tambunan 2000). Hal menunjukkan adanya
kesenjangan transformasi antara pertumbuhan ekonomi dengan
penyerapan tenaga kerja. Akibatnya, produktivitas relatif sektor
pertanian menurun (Chenery, 1979) dan dalam tahapan berikutnya
akan menciptakan kemiskinan bagi petani (Todaro, 2000), yang oleh
Anderson dan Pangestu (1995) disebut transformasi semu atau distorsi
proses transformasi struktural.
 TRANSFORMASI STRUKTURAL DI
INDONESIA

Di Indonesia, perubahan struktur ekonomi yang dialami telah

memperlemah posisi relatif sektor pertanian (Anderson dan Pangestu,
1995), bahkan secara politis telah terjadi proses peminggiran
(marginalisasi) sektor pertanian (Arifn 2004). Persentase output
pertanian menurun tents selama kurun waktu tersebut, yaitu yang
diikuti dengan penurunan instrumen kebijakan seperti anggaran
pembangunan sektor pertanian, kredit sektor pertanian dan investasi
swasta.
 PERAN SEKTOR PERTANIAN PADA
PEMBANGUNAN EKONOMI
Meskipun mengalami penurunan peran dalam PDB maupun penyerapan
tenaga kerja, namun posisi sektor pertanian khususnya di negara sedang
berkembang sangat strategic (Todaro, 2000). Peran pertanian menjadi dasar bagi
proses terjadinya transformasi struktural. Dalam pandangan baru pembangunan
pertanian, diyakini bahwa pertanian memiliki peran yang signifikan dalam
pembangunan ekonomi struktural (Hayami dan Ruttan, 1989; Timmer, 1993).
Sektor pertanian akan menjadi pemain penting dalam proses transformasi
struktural dan memiliki dampak penting terhadap industrialisasi dan penyerapan
tenaga kerja (Lewis, 2000); Hayami dan Ruttan, 1989). Selain itu pertumbuhan
produktivitas sektor pertanian penting sebagai sumber pertumbuhan ekonomi
(Gollin dan Rogerson, 2002) dan akan mendorong kegiatan ekspor, penciptaan
lapangan kerja, ketahanan pangan, serta membantu negara dalam meningkatkan
standar hidup petani dan mendorong permintaan pasar terhadap produksi sektor
lain, khususnya industri (Lewis, 2000).
 MANFAAT TRANSFORMASI STRUKTURAL BAGI
SEKTOR PERTANIAN

Dalam proses transformasi struktural, sektor pertanian harus

mampu memperoleh manfaat dan pertumbuhan ekonomi untuk
meningkatkan taraf hidup petani (Anderson 1987; Mellor 1989). Untuk
melaksanakan proses transformasi struktural pada posisi yang benar,
maka kinerja dan peran sektor pertanian perlu ditingkatkan. Jika
diabaikan, maka akan terjadi banyak distorsi atau penyimpangan
sepanjang proses transfer sumberdaya (antar sektor). Sebagai
konsekuensinya, maka pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan
mengakibatkan distribusi pendapatan bertambah buruk. Proses
transformasi merupakan salah satu penentu dalam pertumbuhan
ekonomi dan perbaikan distribusi pendapatan (Johnston dan Mellor,
1995).
 TRANSFORMASI STRUKTURAL KETERKAITAN
SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI
Kuznet (1964), Chenery dan Syrquin (1975), Sundrum (1990),
akibat struktur perekonomian suatu negara bergeser dari yang semula
didominasi oleh sektor pertanian ke sektor-sektor non primer,
khususnya industri dan jasa, maka keberhasilan dari proses
transformasi struktural sangat ditentukan oleh adanya keterkaitan
antara sektor pertanian dan industri.
Peran sektor pertanian sangat ditentukan oleh perubahan faktor-faktor
input produksi, seperti lahan, tenaga kerja, teknologi dan modal. (Lewis,
2000; Ghatak dan Ingersent, 1989). Sedangkan produktivitas pertanian
yang rendah terjadi akibat penggunaan teknologi yang terbatas.
(Hayami dan Ruttan, 1989).
 KETERKAITAN ANTARA INDUSTRIALISASI
DENGAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

Keberhasilan pembangunan pertanian tidak dapat terlepas dari

adanya pembangunan industrialisasi yang terkait. Rostow (1960),
Kuznet (1966), Chenery dan Syrquin (1975), Sundrum (1990),
Simatupang dan Syafaat (2000), Hover dan Giarantani (2002), Arifin
(2004) mengemukakan bahwa faktor industrialisasi merupakan faktor
yang paling penting dalam mengidentifikasi proses perubahan peran
sektor pertanian. Hal tersebut menindikasikan bahwa keberhasilan
transformasi struktural secara langsung sangat ditentukan oleh strategi
industrialisasi yang terkait dengan sektor pertanian.
 PENURURNAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DAN
PENURUNAN PENYERAPAN TENAGA KERJA

Penurunan peran sektor pertanian dalam perekonomian

seringkali diikuti dengan penurunan kemampuan dalam menyerap
tenaga kerja (Kuznet, 1966, Chenery, 1979; Mellor, 1989). Pada
kenyataannya penurunan peran sektor pertanian terhadap PDB di
negara-negara sedang berkembang, tidak seimbang dengan
penurunan penyerapan tenaga kerja, sehingga terjadi kesenjangan
transformasi (transformation gap). Hal ini yang disebut transformasi
semu atau distorsi proses transformasi struktural (Anderson dan
Pangestu, 1995). Distorsi proses transformasi telah mengakibatkan
produktivitas sektor pertanian menurun (Chenery, 1979; Todaro, 2000).
 TRASFORMASI STRUKTURAL
(PANDANGAN CAMBRIDGE)

MELETAKAN SEKTOR PERTANIAN SEBAGAI FONDASI PEMBANGUNAN

DAN SEKTOR INDUSTRI SEBAGAI MOTOR PEMBANGUNAN. KEDUANYA
SALING TERKAIT SECARAH KOKOH, SEBAGAI MOTOR PEMBANGUNAN
SEKTOR INDUSTRI ADALAH MERUPAKAN OFF SHOOT DARI SEKTOR
PERTANIAN.

KETERKAITAN SEKTOR MANUFAKTUR DENGAN SEKTOR PERTANIAN

MERUPAKAN KUNCI PERTUMBUHAN SEKTOR MANUFAKTUR.

PERLU DIKEMBANGKAN MODEL YANG DIDASARKAN ATAS SALING

KETERKAITAN DOMSTRIK.
 TRANSFORMASI STRUKTURAL

PROSES PERKEMBANGAN EKONOMI SUATU NEGARA

DIARTIKAN SEBAGAI PROSES TRANSFORMASI
STRUKTURAL.

PROSES TRANSFORMASI STRUKTURAL INI BERUPA

PERGESERAN DARI SEKTOR PERTANIAN KE SEKTOR
INDUSTRI DAN KEMUDIAN BERALIH KE SEKTOR JASA-
JASA
 PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

DALAM PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

MEMPUNYAI PERANAN YANG CUKUP BERSAR, INDUSTRI PENGOLAHAN
MERUPAKAN KEGIATAN YANG MERUBAH BENTUK DAN KARAKTERISTIK
KOMODITI PERTANIAN.

PERUBAHAN INI MERUPAKAN KEGIATAN YANG MEMBERIKAN NILAI TAMBAH

KEPADA SESUATU KOMODITU. PENINGKATAN NILAI TAMBAH INI AKAN
MEMBERIKAN PENINGKATAN KESEMPATAN KERJA.

BESARNYA KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN DARI TAHUN KE TAHUN

MENINGKAT. DALAM KEGIATAN INDUSTRI PENGOLAHAN INI TERHADAP KEGIATAN
SEKTOR INDUSTRI BESAR, INDUSTRI MENENGAH DAN INDUSTRI KERAJINAN
RUMAH TANGGA.
 PROSES DINAMIKA TRANSFORMASI
STRUKTURAL
TAHAPAN PERKEMBANGAN EKONOMI SEYOGYANYA DIPAHAMI
DALAM PENGERTIAN PROSES DINAMIKA YANG TERJADI DALAM
KEGIATAN-KEGIATAN INI (CORE ACTIVITIES). DAN KEGIATAN-
KEGIATAN PENDUKUNG (SUPPORTING ACTIVITIES).

PERLU DILIHAT APAKAH KEGIATAN PENDUKUNG PUNYA KAITAN

LANGSUNG ATAU TAK LANGSUNG DENGAN KEGIATAN-KEGIATAN
INTI ( S.S. COHEN DAN J. ZYSMAN : MANUFACTURING MATTERS :
THE MYTH OF THE POST – INDUSTRIAL ECONOMY, NEW YORK,
BASIC BOOK, 1987).
 PROSES AKUMULASI
GDP PERKAPITA MENAIK PERSENTASE KENAIKAN TABUNGAN LEBIH
BESAR DARIPADA PERSENTASE KENAIKAN PENDAPATAN YANG
MENYEBABKAN :
1. KENAIKAN INVESTASI  PERMINTAAN PRODUKSI PER TENAGA
KERJA MENAIK
2. INVESTASI SUMBER DAYA MANUSIA NAIK.

PROSES AKUMULASI ADALAH KENAIKAN JUMLAH PENDAPATAN

PRODUKSI PER TENAGA KERJA DAN SEMAKIN BERKEMBANGNYA
MUTU SUMBER DAYA MANUSIA.
PROSES AKUMULASI  KEUNGGULAN KOMPARATIF DALAM
MEMPERODUKSI BARANG DAN JASA
 PERUBAHAN STRUKTURAL
(BARKELEY)
The Berkeley Roundatable on the International Economy di
Universitas California, Berkeley mengemukakan pemikiran ulang mengenai
dasar teori transformasi struktural dalam proses perkembangan ekonomi.
perkembangan ekonomi hendaklah dipahami dan diinterpretasikan
bukan hanya dalam konteks pergeseran struktural dari sektor pertanian ke
sektor manufaktur dan kemudian ke sektor jasa. Tahap-tahap perkembangan
ekonomi hendaklah dipahami dalam pengertian proses dinamika yang terjadi
dalam kegiatan-kegiatan inti (core activities) dan kegiatan-kegiatan pendukung
(supporting activities), dan kegiatan-kegiatan pendukung ini hendaknya dilihat
apakah punya kaitan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan-kegiatan
inti . Menurut pemikiran baru ini, perkembangan ckonomi Amerika Serikat
bukanlah diawali dengan landasan terjadinya pergeseran struktural dari sektor
pertanian ke sektor manufaktur dalam bentuk tenaga kerja dan output nasional,
tetapi dilandasi oleh adanya proses yang mendorong peningkatan
 PERUBAHAN STRUKTURAL EKONOMI
(CAMBRIDGE)

Sedangkan pemikiran transformasi struktural Cambridge di

negara-negara berkembang, meletakkan sektor pertanian sebagai
fondasi pembangunan dan sektor industri sebagai motor pembangunan
dengan saling keterkaitan yang kokoh.
Dengan demikian perubahan struktur ekonomi harus diikuti
dengan analisa keterkaitan antar sektor ekonomi. Dalam hal
transformasi ekonomi Indonesia, ternyata terdapat berbagai indikasi
kelemahan pada proses perubahan struktural, sektor pertanian telah
menjadi faktor utama an mendorong ekspansi industri-industri hulu di
sektor manufaktur seperti, industri pupuk,i4 kimia dan lain-lain dan juga
sebagai faktor utama yang mendorong industriindustri hilir seperti
industri yang memproses bahan makanan.
 SASARAN PEMBANGUNA JANGKA PANJANG :
STRUKTUR EKONOMI SEIMBANG

SASARAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG YANG HENDAK DICAPAI ADALAH

STRUKTUR EKONOMI SEIMBANG TERUTAMA ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN
INDUSTRI SEHINGGA TERDAPAT KEMAMPUAN DAN KEKUATAN SEKTOR INDUSTRI
YANG MAJU YANG DIDUKUNG OLEH KEMAMPUAN DAN KEKUATAN SEKTOR
PERTANIAN YANG TANGGUH.

ARTINYA BAHWA SEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR INDUSTRI SALING

BERKAITAN SATU SAMA LAIN SEKTOR PERTANIAN MENUNJANG SEKTOR
DENGAN JALAN MENYEDIAKAN BAHAN BAKU INDUSTRI SERTA TENAGA KERJA
RUMAH. SEDANGKAN SEKTOR INDUSTRI DENGAN FUNGSINYA SEBAGAI MOTOR
PENGGERAK PERTUMBUHAN (ENGEINE OF GROWTH) DIHARAPKAN DAPAT
MENDORONG LAJU PERTUMBUHAN SEKTOR PERTANIAN.
 PERGESERAN PENGELUARAN

KENAIKAN PENDAPATAN PERKAPITAN MENYEBABKAN

PERSENTASE PENGELUARAN UNTUK BAHAN MAKANAN
TERHADAP TOTAL PENGELUARAN SENDERUNG SEMAKIN
MENURUN. ARTINYA PERKEMBANGAN PENGELUARAN
UNTUK KONSUMSI MAKANAN MENINGKAT LEBIH LAMBAT
DIBANDING DENGAN KENAIKAN PENDAPATAN. SEMAKIN
TINGGI PENDAPATAN PERKAPITA MASYARAKAT,
PERSENTASE PENGELUARAN UNTUK BAHAN MAKANAN
SEMAKIN MENURUN.
 TIGA FAKTOR UNIVERSAL YANG MENYERTAI
PROSES PEMBANGUNAN
1. FAKTOR PERMINTAAN
1.1. Elastisitas permintaan terhadap industri manufakatur adalah elastik
1.2. Elastisitas permintaan terhadap pendapatan pada hasil produksi
berbagai kelompok manufaktir berbeda-beda
1.3. Elastisitas permintaan terhadap pendapatan berubah menurut
tingkat
pendapatan per kapita
2. PROSES AKUMULASI (BERUBAHNYA
KEUNGGULAN KOMPARATIF)
Meningkatnya stok barang modal per pekerja serta berkembangnya
tingkat keterampilan dan penguasaan teknologi
3. PERGESERAN KEGIATAN
Bergesernya kegiatan yang tadinya masuk dalam domain sektor
pertanian dan kegiatan rumah tangga sektor industri manufaktur dan
jasa
 Karakteristik Transformaasi Struktural

• Pertumbuhan ekonomi meningkat melebihi pertumbuhan

penduduk
• Share sektor primier turun
• Share sektor sekunder meningkat
• Share jasa lebih kurang konstan hingga sebuah negara
menjadi industri maju
• Konsumsi pangan menurun (dikenal sebagai Engel’s
Law)
Keadaan ini membawa implikasi pada sisi produksi, peran
sektor primer berkurang dan pada sisi permintaan
konsumsi pangan (primer) berkurang
 TRANSFORMASI STRUKTURAL

KUZNETS, PERUBAHAN STRUKRUT EKONOMI TERSEBUT

DISEBABKAN KARENA SIFAT MANUSIA DALAM KEGIATAN
KONSUMSUNYA YAKNI APABILA PENDAPATAN NAIK MAKA
PROPORSI UNTUK KONSUMSI BAHAN MAKANAN
ELASTISITAS PERMINTAANNYA MENURUN, SEDANGKAN
UNTUK KONSUMSI BAHAN PAKAIAN, PERUMAHAN SERTA
BARANG-BARANG KONSUMSI HASIL INDUSTRI LAINNYA
ELASTISITAS PERMINTANNYA MENINGKAT.
 PENURUNAN PERANAN PERTANIAN
DALAM STRUKTUR PRODUKSI
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PER KAPITA
DISERTAI EMPAT PROSES YANG SIFATNYA UNIVERSAL :

1. PERGESERAN DALAM PERMINTAAN TERHADAP BARANG DAN JASA

2. PENINGKATAN SPESIALISASI DALAM PELAKSANAAN TUGAS BAIK
ANTAR SEKTOR, ANTAR UNIT USAHA, MAUPUN ANTAR TIAP UNIT
USAHA PRODUKSI.
3. PERUBAHAN DALAM KEUNTUNGAN KOMPERATIF UNTUK
MEMPRODUKSI BARANG DAN JASA.
4. FAKTOR-FAKROE YANG SIFATNYA KHUSUS : KEADAAN DAN
PEMANFAATAN KEKAYAAN ALAM, JUMLAH PENDUDUK, SERTA
KEBIJAKAN EKONOMI NEGARA YANG BERSANGKUTAN.
DAMPAK KENAIKAN PENDAPATAN PERKAPITA
TERHADAP STRUKTUR PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
PENINGKATAN PENDAPATAN PER KAPITA JUGA MENGUBAH STRUKTUR
PARDAGANGAN INTERNASIONAL. PADA AWAL PEMBANGUNAN, EKSPOR
BARANG PRIMER CENDERUNG AKAN MENONJOL, SEMENTARA IMPOR
BARANG MODAL DAN BAHAN BAKU PENOLONG LEBIH MENONJOL
DALAM STRUKTUR IMPOR. PROSES INDUSTRIALISASI SECARA
BERTAHAP AKAN MENGUBAH STRUKTUR PERDAGANGAN
INTERNASIONAL DIMANA EKSPOR DAN IMPOR HASIL MANUFAKTUR
AKAN CENDERUNG MENINGKAT DALAM STRUKTUR PERDAGANGAN
INTERNASIONAL SEJALAN DENGAN KENAIKAN PENDAPATAN PER
KAPITA
 TRANSFORMASI EKONOMI DAN
PENYERAPAN KESEMPATAN KERJA
• PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM MENYERAP TENAGA KERJA >
STRUKTUR PRODUKSI

• SEKTOR INDUSTRI KURANG BANYAK BERPERAN DALAM

PENYERAPAN TENAGA KERJA

1. MOBILITAS TENAGA KERJA RELATIF LAMBAN KARENA MASALAH

KUALITAS YANG BELUM MEMADAI
2. KANDUNGAN TENAGA KERJA DALAM INDUSTRI MANUFAKTUR
DIDUGA MAKIN MENURUN, SEBAGIA AKIBAT PERUBAHAN
TEKNOLOGI  ELASTISITAS PENYERAPAN TENAGA KERJA
MENURUN.
TAHUN. 1980 – 1985  0,69
1985 – 1989  0,59
 DAMPAK PROSES ALOKASI TERHADAP
PRODUKSI
DI SISI PRODUKSI, PROSES ALOKASI AKAN MENGHASILKAN
PERUBAHAN DALAM STRUKTUR PRODUKSI, DIMANA PERANAN
SEKTOR PERTANIAN CENDERUNG AKAN MENGALAMI
PENURUNAN, SEMENTARA SEKTOR KUNCI (KEY SECTOR)
DALAM AKSELERASIPERTUMBUHAN. EKONOMI PERUBAHAN
DALAM PENAWARAN FAKTOR PRODUKSI DAN PERGESERAN
KEGIATAN CENDERUNG MENGUNTUNGKAN SEKTOR INDUSTRI
MANUFAKTUR DAN SEKTOR JASA
 DAMPAK TRANSFORMASI STRUKTUR
PEREKONOMIAN TERHADAP PROSES
DEMOGRAFI DAN DISTRIBUSI

1. TERJADINYA PERUBAHAN DALAM STRUKTUR PENYERAPAN ENAG KERJA

SECARA SEKTORAL

2. TERJADINYA MIGRASI DESA – KOTA

3. PENYERAPAN TENAGA KERJA CENDERUNG TIDAK AKAN SECEPAT

PERUBAHAN DALAM SEKTOR PRODUKSI

4. SEKTOR PERTANIAN LEBIH BERPERAN DALAM PENYERAPAN TENAGA

KERJA DIBANDING DENGAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR

5. STRUKTUR PERDAGANGAN DAN INDUSTRIALISASI BERPENGARUH DALAM

POLA STRUKTUR ALOKASI TENAGA KERJA. STRATEGI PROMOSI EKSPOR
 PENYERAPAN TENAG KERJA > STRATEGI SUBSTITUSI.
 DAMPAK TRANSFORMASI STRUKTUR
TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN

DALAM PROSES DISTRIBUSI PENDAPATAN, SEPERTI DIHOPETESISKAN

OLEH SIMON KUZNETS, DISTRIBUSI PENDAPATAN CENDERUNG AKAN
MEMBURUK HINGGA TINGKAT PENDAPATAN TERTENTU DAN KEMUDIAN
AKAN MEMBAIK KEMBALI. HASIL PENELITIAN EMPIRIS MENUNJUKKAN
HIPOTESIS YANG DIKEMUKAKAN OLEH KUZNET TIDAK TERBUKTI
DIBEBERAPA NEGARA SEPERTI KOREA, TAIWAN. HAL INI SANGAT
TERGANTUNG PADA KEBIJAKAN AWAL YANG DIANUT OLEH NEGARA
TERSEBUT. KEBERHASILAN LAND REFORM AKAN BERPERAN DALAM
MEMPERBAIKI DISTRIBUSI PENDAPATAN SEJALAN DENGAN
PENINGKATAN PENDAPATAN PER KAPITA.
 KAREKTERISTIK TRANSFORMASI
STRUKTURAL

 Pertumbuhan ekonomi meningkat melebihi pertumbuhan penduduk.

 Share fektor primier turun

 Share sektor sekunder meningkat

 Share sektor jasa lebih kurang konstan hingga sebuah negara menjadi
negara industri maju

 Konsumsi pangan menurun (dikenal sebagai Engel’s Law)

Keadaan ini membawa pada sisi produksi, peran sektor primer berkurang
dan pada sisi permintaan konsumsi pangan (Primer berkurang)
 TRANSFORMASI STRUKTUR PRODUKSI
INDUSTRI MANUFAKTUR

1. PEMBAHASAN TEORI TRANSFORMASI INDUSTRI

MANUFAKTUR.

2. PEMBAHASAN TRANSFORMASI STRUKTUR MANUFAKTUR

INDONESIA.

3. TANTANGAN DAN PELUANG YANG AKAN DIHADAPI

INDONESIA DI MASA YANG AKAN DATANG.

4. PEMIKIRAN TENTANG AKAN TRANSFORMASI PRODUKSI

INDUSTRI MANUFAKTUR INDONESIA DI MASA DEPAN

5. KESIMPULAN.
PERGESERAN STRUKTUR PRODUKSI
DAPAT DIJELASKAN DARI :

SEGI PERMINTAAN AKAN BARANG DAN JASA,

PERMINTAAN TERHADAP BAHAN MAKANAN MENURUN,
PERMINTAAN TERHADAP PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN
CENDERUNG MENURUN PERTUMBUHANNYA ATAU
PERTUMBUHANNYA LEBIH LAMBAT DARI PERTUMBUHAN
GDP. SEMENTARA ITU SEKTOR NON PERTANIAN
CENDERUNG MENINGKAT LEBIH CEPAT DARIPADA GDP
FAKTOR UNIVERSAL TERJADINYA
TRANSFORMASI STRUKTUR

• BERUBAHNYA PERMINTAAN

• BERUBAHNYA KEUNGGULAN
KOMPARATIF
 FAKTOR UNIVERSAL TERJADINYA
TRANSFORMASI STRUKTUR
MANUFAKTUR
1. FAKTOR PERMINTAAN
2. BERUBAHNYA KEUNGGULAN
KOMPARATIF SEBAGAI AKIBAT DARI
BERLANGSUNGNYA PROSES
INDUSTRI
3. BERGESERNYA KEGIATAN YANG
TADINYA MASUK DALAM SEKTOR
PERTANIAN DAN KEGIATAN RUMAH
TANGGA MENJADI MASUK DALAM
SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR
DAN JASA
 HUBUNGAN INDUSTRIALISASI DENGAN
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

CHENERY MENGEMUKAKAN BAHWA INDUSTRIALISASI

MEMBAWA BEBERAPA PERUBAHAN DALAM STRUKTUR
EKONOMI YAITU :

1. PENINGKATAN PERANAN RELATIF INDUSTRI PNGELOLAHAN

2. PERUBAHAN KOMPOSISI HASIL INDUSTRI

3. PERUBAHAN DALAM TEKNIK PRODUKSI DAN PENGGUNAAN

SUMBER INPUT UNTUK SETIAP BARANG
 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
PENINGKATAN INDUSTRIALISASI
TIGA FAKTOR YANG DIIDENTIFIKASI SEBAGAI FAKTOR-FAKTOR
TERSEBUT ADALAH :

1. ADANYA SUBSTITUSI IMPOR.

2. ADANYA PENINGKATAN DALAM PERMINTAAN UNTUK
BARANG-BARANG JADI.
3. ADANYA KENAIKAN PERMINTAAN BARANG
SETENGAH JADI.
DAMPAK TRANSFORMASI EKONOMI
TEHADAP :
1. POLA ALOKASI FAKTOR PRODUKSI
2. POLA KONSUMSI
3. POLA INVESTASI
4. FAKTOR DEMOGRAFI
TETAPI
A. MENIMBULKAN KESENJANGAN SPASIAL DESA – KOTA
B. PRODUKTIVITAS DI SEKTOR RUTAL TIDAK MENINGKAT
C. DISPARITAS PENDAPATAN ANTARA MASYARAKAT KOTA- DESA
DAN DIANTARA MASYARAKAT DESA
 INDIKATOR PERUBAHAN STRUKTUR
EKONOMI

1. PERUBAHAN KOMPOSISI SEKTOR DALAM

REGIONAL INCOME

2. PERUBAHAN ALOKASI TENAGA KERJA

3. PERUBAHAN STRUKTUR PERMINTAAN

DOMESTIK
 PERGESERAN PENGELUARAN
KONSUMSI

KENAIKAN PENDAPATA PERKAPITA CENDERUNG

MENYEBABKAN PERSENTASE PENGELUARAN UNTUK
KONSUMSI TERHADAP TOTAL PENGELUARAN SEMAKIN
MENURUN.

TETAPI ADA KECENDERUNGAN, PERSENTASE

TABUNGAN YANG CENDERUNG MENINGKAT SEJALAN
DENGAN SEMAKIN MENINGKATNYA PENDAPATAN.
 PROSES STRUKTURISASI DAN
KONTRIBUSINYA TERHADAP PDB

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR INDUSTRI TELAH

MENUNJUKKAN KONTRIBUSI YANG HAMPIR SEIMBANG DIMANA
SEKTOR INDUSTRI DAPAT MENYUMBANG SEBESAR 19,30 % PADA
TAHUN 1990, SEMENTARA SEKTOR PERTANIAN ITU SENDIRI
MEMBERIKAN KONTRIBUSI SEBESAR 19,60 % TERHADAP PRODUK
DOMESTIK INDONESIA. SEDANGKAN BILA DILIHAT DARI KONTRIBUSI
SEKTOR INDUSTRI TERHADAP EKSPORT MENUNJUKKAN ANGKA 82 %
PADA TAHUN 1990 TERHADAP EKSPORT NON MIGAS DAN TERHADAP
TOTAL EKSPORT MENCAPAI ANGKA SEBESAR 50 %
 PERGESERAN STRUKTUR PEKERJAAN
SECARA SEKTORAL
KENAIKAN GNP PERKAPITA MENYEBABKAN PERSENTASE PENDUDUK
YANG BERKERJA DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEKERJA TOTAL
SEMAKIN MENURUN, AKIBAT DARI PERUBAHAN STRUKTUR PRODUKSI.
TETAPI BUKAN BERARTI SECARA ABSOLUT JUMLAH PEKERJA DI
SEKTOR PERTANIAN SEMAKIN MENURUN.

TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN STRUKTURAL PEKERJA

SECARA SEKTORAL DENGAN TINGGAL LANDAS SUATU
PEREKONOMIAN. APABILA JUMLAH PENDUDUK YANG BEKERJA DI
SEKTOR PERTANIAN SECARA ABSOLUT MAKIN MENINGKAT MAKA
PEREKONOMIAN BELUM DIKATAKAN TINGGAL LANDAS.
 PERGESERAN PADA STRUKTUR
PRODUKSI
KENAIKAN PENDAPATAN PERKAPITA MENYEBABKAN STRUKTUR
BARANG DAN JASA YANG DIPRODUKSI DAN DIPERDAGANGKAN
MENGALAMI PERUBAHAN.

PROSENTASE NILAI TAMBAH SEKTOR PERTANIAN TERHADAP TOTAL G

D P MENGALAMI PENURUNAN, SEDANGKAN PROSENTASE SEKTOR
NON PERTANIAN CENDERUNG MENINGKAT. ARTINYA MAKIN MAJU
SUATU NEGARA, SUMBANGAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP G D P
CENDERUNG SEMAKIN MENURUN. SEMENTARA ITU PERANAN SEKTOR
NON PERTANIAN ( INDYSTRI PENGOLAHAN) SEMAKIN MENINGKAT.
 TRANSFORMASI STRUKTUR EKONOMI TANPA
KENAIKAN PRODUKTIFITAS DI SEKTOR PERTANIAN

Porsi nilai tambah sektor pertanian dalam Produk Domestik Bruto atau
Produk Nasional Bruto yang kemudian menurun tidaklah dapat dikatakan
sebagai pertanda “trasformasi” dalam struktur ekonomi seperti yang
dimaksudkan dalam literatur ekonomi pembangunan oleh karena situasi ini tidak
diikuti oleh menaikinya produktivitas per pekerja di sektor pertanian dan juga
tidak diikuti dengan adanya suatu mobilitas sosial yang dialami oleh para pekerja
yang sempat tertampung dalam sektor industri.
Mereka ditampung dalam apa yang disebut “secondary labour market”
(pasar tenaga kerja yang sekunder) yaitu pasar tenaga kerja dengan upah yang
rendah, keterampilan yang rendah dan prospek karier yang tidak menentu. Ini
sejajar dengan salah satu motif bagi masuknya model asing untuk tujuan
investasi di sektor industri yaitu untuk memperoleh buruh murah.
PERUBAHAN STRUKTURAL MEMPUNYAI
TIGA WAJAH

1. SUMBANGAN SEKTOR PERTANIAN SECARA RELATIF

AKAN MEROSOT, SEDANGKAN SEKTOR LAIN SEMAKIN
BESAR PERANANNYA.

2. MEREKA YANG BEKERJA DI SEKTOR PERTANIAN,

SECARA ABSOLUT JUMLAHNYA BISA SAJA MENINGKAT,
NAMUN PROSENTASENYA DALAM JUMLAH LAPANGAN
KERJA SECARA UMUM AKAN MAKIN KECIL.

3. SIFAT PRODUKSI MENJADI LEBIH BERSIFAT

INDUSTRIAL.
 PENURUNAN PERANAN PERTANIAN DALAM
STRUKTUR PRODUKSI
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENIONGKATAN PENDAPATAN PER
KAPITA DISERTAI EMPAT PROSES YANG SIFATNYA UNIVERSAL :

1. PERGESARAN DALAM PERMINTAAN TERHADAP BARANG DAN

JASA

2. PENINGKATAN SPESIALISASI DALAM PELAKSANAAN TUGAS BAIK

ANTAR SEKTOR, ANTAR UNIT USAHA, MAUPUN ANTAR TIAP UNIT
USAHA PRODUKSI

3. PERUBAHAN DALAM KEUNTUNGAN KOMPERATIF UNTUK

MEMPRODUKSI BARANG DAN JASA

4. FAKTOR-FAKTOR YANG SIFATNYA KHUSUS : KEADAAN DAN

PEMANFAATAN KEKAYAAN ALAM, JUMLAH PENDUDUK, SERTA
KEBIJAKAN EKONOMI NEGARA YANG BERSANGKUTAN.
 TRANSFORMASI EKONOMI DAN PENYERAPAN
KESEMPATAN KERJA

* PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM MENYERAP TENAGA KERJA

> STRUKTUR PRODUKSI
*SEKTOR INDUSTRI KURANG BANYAK BERPERAN DALAM PENYERAPAN
TENAGA KERJA :
1. MOBILITAS TENAGA KERJA RELATIF LAMBAN KARENA MASALAH
KUALITAS YANG BELUM MEMADAI.
2. KANDANUNGAN TENAGA KERJA DALAM INDUSTRI MANUFAKTUR
DIDUGA MAKIN MENURUN, SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN
TEKNOLOGI ---- ELASTISITAS PENYERAPAN TENAGA KERJA
MENURUN.
THN. 1980 – 1985  0,69
1985 – 1989  0,59
 DAMPAK PROSES ALOKASI TERHADAP
PRODUKSI

DI SISI PRODUKSI, PROSES ALOKASI AKAN MENGHASILKAN

PERUBHAN DALAM STRUKTUR PROSDUKSI, DIMANA PERNANA
SEKTOR PERTANIAN CENDERUNG AKAN MENGALAMI
PENURUNAN, SEMENTARA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR
DAN JASA MAKIN BERPERAN (KEY SECTOR) DALAM
AKSELARASI PERTUMBUHAN EKONOMI. PERUBAHAN INI
DISEBABKAN HASILINTERAKSI PERMINTAAN, PERUBAHAN
DALAM PENAWARAN FAKTOR PRODUKSI DAN PERGESERAN
KEGIATAN PRODUKSI YANG KETIGANYA CENDERUNG
MENGUNTUNGKAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DAN
SEKTOR JASA
 DAMPAK TRANSFORMASI STRUKTURAL
PEREKONOMIAN TERHADAP PROSES
DEMOGRAFI DAN DISTRIBUSI
1. TERJADINYA PERUBAHAN DALAM STRUKTUR PENYERAPAN
TENAGA KERJA SECARA SEKTORAL.
2. TERJADINYA MIGRASI DESA – KOTA.
3. PENYERAPAN TENAGA KERJA .
4. SEKTROR PERTANIAN LEBIH BERPERAN DALAM
PENYERAPAN TENAGA KERJA DIBANDING SEKTOR
INDUSTRI MANUFAKTUR.
5. STRUKTUR PERDAGANGAN DAN INDUSTRIALISASI
BERPENGARUH DALAM POLA STRUKTUR ALOKASI TENAG
KERJA STRATEGI PROMOSI EKSPOR  PENYERAPAN
TENAGA KERJA > STRATEGI SUBSTITUSI IMPOR.
 DAMPAK TRANSFORMASI STRUKTUR
TRANSFORMASI STRUKTUR TERHADAP
DISTRIBUSI PENDAPATAN
DALAM PROSES DISTRIBUSI PENDAPATAN, SEPERTI YANG
DIHOPETESISIKAN OLEH SIMON KUZNET, DISTRIBUSI
PENDAPATAN CENDERUNG AKAN MEMBURUK HINGGA TINGKAT
PENDAPATAN TERTENTU DAN KEMUDIAN AKAN MEMBAIK
KEMBALI. HASIL PENELITIAN EMPIRIS MENUNJUKKAN
HIPOTESIS YANG DIKEMUKAKAN OLEH KUZNETS TIDAK
TERBUKTI DI BEBERAPA NEGARA SEPERTI KOREA, TAIWAN.
HAL INI SANGAT TERGANTUNG PADA KEBIJAKSANAAN AWAL
YANG DIANUT OLEH NEGARA TERSEBUT. KEBERHASILAN LAND
REFORM AKAN BERPERAN DALAM MEMPERBAIKI DISTRIBUSI
PENDAPATAN SEJALAN DENGAN PENINGKATAN PENDAPATAN
PER KAPITA.
 DAMPAK PROSES ALOKASI TERHADAP
PRODUKSI

PENIGKATAN PENDAPATAN PER KAPITA JUGA MENGUBAH

STRUKTUR PERDAGANGAN INTERNASIONAL. PADA AWAL
PEMBANGUNAN, EKSPOR BARANG PRIMER CENDERUNG AKAN
MENONJOL, SEMENTARA EMPOR BARANG MODAL DAN BAHAN
BAKU PENOLONG LEBIH MENONJOL DALAM STRUKTUR IMPOR.
PROSES INDUSTRIALISASI SECARA BERTAHAP AKAN
MENGUBAH STRUKTUR PERDAGANGAN INTERNASIONAL
DIMANA EKSPOR DAN IMPOR HASIL MENUFAKTUR AKAN
CENDERUNG MENINGKAT DALAM STRUKTUR PERDAGANGAN
INTERNASIONAL SEJALAN DENGAN KENAIKAN PENDAPATAN
PER KAPITA.
 TRANSFORMASI STRUKTUR PRODUKSI
MANUFAKTUR

1. PEMBAHASAN TEORI TRANSFORMASI INDUSTRI

MANUFAKTUR.
2. PEMBAHASAN TRANSFORMASI STRUKTUR MANUFAKTUR
INDONESIA.
3. TANTANGAN DAN PELUANG YANG AKAN DIHADAPI
INDONESIA DI MASA YANG AKAN DATANG.
4. PEMIKIRAN TENTANG AKAN TRANSFORMASI PRODUKSI
INDUSTRI MANUFAKTUR INDONESIA DI MASA DEPAN.
5. KESIMPULAN.
 FAKTOR UNIVERSAL TERJADINYA
TRANSFORMASI STRUKTUR INDUSTRI
MANUFAKTUR

1. BERUBAHNYA PERMINTAAN.
2. BERUBAHNYA KEUNGGULAN KOMPARATIF
 FAKTOR UNIVERSAL TERJADINYA
TRANSFORMASI STRUKTUR INDUSTRI
MANUFAKTUR
1. FAKTOR PERMINTAAN.
2. BERUBAHNYA KEUNGGULAN KOMPARATIF SEBAGAI AKIBAT
DARI BERLANGSUNGNYA PROSES INDUSTRI.
3. BERGESERNYA KEGIATAN YANG TADINYA MASUK DALAM
SEKTOR PERTANIAN DAN KEGIATAN RUMAH TANGGA
MENJADI MASUK DALAM SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR
DAN JASA.
 TRANSFORMASI STRUKTUR EKONOMI
TANPA KENAIKAN PRODUKTIVITAS
DISEKTOR PERTANIAN
Porsi nilai tambah sektor pertanian dalam Produk Domestik Bruto
atau Produk Nasional Bruto yang kemudian menurun tidaklah dapat
dikatakan sebagai pertanda "transformasi" dalam struktur ekonomi
seperti yang dimaksudkan dalam literatur ekonomi pernbangunan oleh
karena situasi ini tidak diikuti oleh menaiknya produktivitas per pekerja
di sektor pertanian dan jugs tidak diikuti dengan adanya suatu
mobilitas sosial yang dialami oleh para pekerja yang sempat
tertampung dalam sektor industri.
Mereka ditampung dalam apa yang disebut "secondary labuor market"
(pasar tenaga kerja yang sekunder) yaitu pasar tenaga kerja dengan
upah yang rendah, keterampilan yang rendah dan prospek karier yang
tidak menentu. Ini séjajar dengan salah saw motif Magi rnasuknya
modal asing untuk tujuan investasi di sektor industri yaitu untuk
memperoleh buruh murah.
TRANSFORMING ECONOMY THROUGH RAPID
AND EQUITABLE INDUSTRIALIZATION