Anda di halaman 1dari 17

Farmasi Forensik

PEMALSUAN RESEP &


PENYALAHGUNAAN OBAT
Defenisi
 Penyalahgunaan obat secara sekilas bukan merupakan penyakit tetapi
merupakan penyakit yang berkaitan dengan psikis dan fisik.
 Definisi penyalahgunaan substansi dalam arti luas meliputi
penyalahgunaan obat obatan seperti alkohol, kokain, heroin, nikotin yang
terdapat dalam tembakau, kafein yang terkandung dalam kopi,
minumanringan.
 Franklin dan Frances (1999) mendefinisikan ketergantungan substansi
bila seseorang tergantung secara psikologis pada substansi,
membutuhkan lebih banyak lagi substansi untuk mendapatkan efek yang
sama (toleransi) dan fisiknya akan merespons secara negatif
ketikasubstansi tsb. tidak lagi digunakan (withdrawal).
 Adiksi ( Ketergantungan ) adalah suatu kondisi patologis yang disebabkan
karenapenggunaan berulang suatu obat yang jika dihentikan akan
menyebabkan gejala-gejalatertentu.
 Gangguan kekambuhan yang bersifat kronis, yang disebabkan
oleh karena:
1. Dorongan untuk mencari dan menggunakan obat
2. Kehilangan control terhadap pembatasan pengunaaan obat
3. Munculnya emosi negative (dysphoria, anxiety, irritability)
jika tidak mendapatkan obat, walaupun mengetahui efek
buruk obat tersebut
 Penyalahgunaan obat (drug abuse) : pengunaan obat yang
berlebihan tanpa tujuan medis
Tiga jenis obat yang sering
disalahgunakan
 Opioid—diresepkan sebagai obat penghilang rasa
nyeri
 Depresan CNS (sistem saraf pusat)—barbiturat dan
benzodiazepin yang diresepkan untuk
mengatasi kecemasan atau susah tidur (sering disebut sedatif
atau obat penenang)
 Stimulans—diresepkan untuk mengatasi kelainan
tidak dapat memusatkan perhatian karena
hiperaktif (ADHD), gangguan tidur narkolepsi, atau
obesitas*
Contoh
 Akhir ini marak diberitakan penyalahgunaan obat, terutama
obat bebas (bisa dibeli tanpa resep dokter) yang secara kimia
dikenal dengan nama Dextromethorpan
Hidrobromidaatau DMP dan digunakan untuk
menyembuhkan batuk.
 Obat ini tersedia dalam bentuk tablet atau syrup, bisa
dengan komposisi sediaan tunggal (dengan kandungan zat
aktif 15 mg) atau kombinasi zat aktif (kadar 5 mg) dengan
antialergi (CTM) dan pengurang dahak (misal GG). Obat ini
diindikasikan sebagai obat batuk non narkotik yang dijual
bebas di toko obat atau bahkan warung kelontong biasa (misal
Konidin tablet, Vicks Formula 44).
 Secara kimia, obat ini sangat mirip Codein (obat batuk golongan
narkotika), namun tidak menimbulkan ketagihan
 Meminumnya dalam jumlah besar sekaligus secara overdosis,
antara 150 mg hingga 2500 mg (kalau per tabletnya 15 mg, antara
10 sampai 150 tablet), akan menimbulkan eforia, gangguan
memori, berkurangnya penglihatan, dan akhirnya kehilangan
kontrol dan kesadaran. Bagi pemakai, keadaan ini dianggap dapat
melupakan segala kesulitan beban kehidupan di dunia.
 Dosis besar dengan meminumnya puluhan tablet sekaligus apalagi
jika dilakukan secara rutin akan sangat berbahaya dan
memperberat kerja hati dan ginjal pengguna. Lebih berbahaya lagi
jika diminum dengan minuman suplemen yang mengandung
caffein atau soda, Akan terjadi interaksi obat yang akan membuat ,
jantung pengguna berdebar-debar, sesak nafas, nyeri perut, mual
dan muntah. Jika berlebihan, pasien bisa tidak sadar, kejangkejang,
mengalami koma dan mati.
Drug Miss Use
 Drug mis use : salah pengunaan obat-obat dengan tujuan
medis (misal: cara minum,cara memakai)
 Ada tiga golongan obat yang paling sering disalahgunakan,
yaitu :
1. Golongan Analgesik Opiat / Narkotika. Menurut UU RI No
22 tahun 1997 Narkotika adalah zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi
sintesis yang dapaqt menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
 Contohnya adalah codein, oxycodon, morfin.
 Golongan depressan sistem saraf pusat untuk mengatasi
kecemasan dan gangguan tidur. Menurut UU RI No 5 tahun
1997 Psikotropika adalah suatu zat atau obat baik alamiah
atau sintesis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada SSP yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Contohnya barbiturat (luminal) dan golongan benzodiazepin
(diazepam/valium, klordiazepoksid, klonazepam, alprazolam,
dll)
 Golongan stimulan sistem saraf pusat.
Obat-obat ini bekerja pada sistem saraf, dan umumnya
menyebabkan ketergantungan atau kecanduan
 golongan obat lain yang digunakan dengan memanfaatkan
efek sampingnya, bukan berdasarkan indikasi yang resmi
dituliskan. Contohnya dekstroamfetamin, amfetamin.
Beberapa contoh diantaranya adalah :
Penggunaan misoprostol, suatu analog prostaglandin
untuk mencegah tukak peptik/gangguan lambung,
sering dipakai untuk menggugurkan kandungan karena
bersifat memicu kontraksi rahim.
Penggunaan Profilas (ketotifen), suatu anti histamin yang
diindikasikan untuk profilaksisasma, sering diresepkan
untuk meningkatkan nafsu makan anak-anak
Penggunaan Dexametason untuk meningkatkan nafsu makan
Nama Dosis sedatif Dosis ketergantungan dan
(mg) waktu
untuk menimbulkan
ketergantungan

Diazepam 5 – 10 40 – 100 mg x 42 – 120 hari


Klordiazepoksid 10 – 25 75 – 600 mg x 42 – 120 hari
Alprazolam 0,25 – 8 8 – 16 mg x 42 hari
Flunitrazepam 1–2 8 – 10 mg x 42 hari
Pentobarbital– 100 - 800 2200 mg x 35 – 37 hari
Amobarbital 65 – 100 800 – 2200 mg x 35 – 37 hari
Meprobamat– 400 - 1,6 3,2 g x 270 hari
Mekanisme Terjadinya Adiksi :

Untuk menjelaskan tentang adiksi, perlu dipahami dulu


istilah systemreward pada manusia. Manusia, umumnya akan
suka mengulangi perilaku yang menghasilkan sesuatu yang
menyenangkan. Sesuatu yang menyebabkan rasa
menyenangkan tadi dikatakan memiliki efek reinforcement
positif. Reward bisa berasal secara alami, seperti makanan, air, kasih
sayang, yang membuat orang merasakan senang ketika makan,
minum, disayang, dll. Bisa juga berasal dari obat-obatan.
Pengaturan perasaan dan perilaku ini ada pada jalur tertentu
di otak, yang disebut reward pathway. Perilaku-perilaku yang
didorong oleh reward alami ini dibutuhkan oleh mahluk hidup
untuk survived(mempertahankan kehidupan).
Bagian penting dari reward pathway adalah bagian otak yang disebut
:ventral tegmental area (VTA), nucleus accumbens, dan prefrontal cortex.
VTA terhubung dengan nucleus accumbens dan prefrontal cortex
melalui jalur reward ini yang akan mengirim informasi melalui
saraf. Saraf di VTA mengandung neurotransmitter dopamin,
yang akan dilepaskan menuju nucleus accumbens dan
prefrontal cortex. Jalur reward ini akan teraktivasi jika ada
stimulus yang memicu pelepasan dopamin, yang kemudian akan
bekerja pada system reward.
 kokain, bekerja menghambat re-uptake dopamin
 Amfetamin,bekerja meningkatkan pelepasan dopamin dari saraf
dan menghambat re-uptake-nya, sehingga menyebabkan kadar dopamin
meningkat.
 Pada obat golongan opiat, reseptor opiat terdapat sekitar reward
pathway (VTA, nucleus accumbens dan cortex), dan juga pada pain
pathway (jalur nyeri) yang meliputi thalamus, brainstem, dan spinal cord.
Ketika seseorang menggunakan obat-obat golongan opiat seperti morfin,
heroin, kodein, dll, maka obat akan mengikat reseptornya di jalur
reward, dan juga jalur nyeri. Pada jalur nyeri, obat-obat opiat akan
memberikan efek analgesia, sedangkan pada jalurreward akan memberikan
reinforcement positif (rasa senang, euphoria), yang menyebabkan orang ingin
menggunakan lagi. Hal ini karena ikatan obat opiat dengan reseptornya di
nucleus accumbens akan menyebabkan pelepasan dopamin yang terlibat
dalam system reward.
Alasan penyalahgunaan obat
 Yang pertama, seseorang awalnya memang sakit, misalnya nyeri
kronis, kecemasan,insomnia, dll, yang memang membutuhkan
obat, dan mereka mendapatkan obat secara legal dengan resep
dokter. Namun selanjutnya, obat-obat tersebut menyebabkan
toleransi, di mana pasien memerlukan dosis yang semakin
meningkat untuk mendapatkan efek yang sama. Merekapun
kemudian akan meningkatkan penggunaannya, mungkin tanpa
berkonsultasi dengan dokter. Selanjutnya, mereka akan mengalami
gejala putus obat jika pengobatan dihentikan, mereka akan
menjadi kecanduan atau ketergantungan terhadap obat tersebut,
sehingga mereka berusaha untuk memperoleh obat-obat tersebut
dengan segala cara.
 kedua, seseorang memulai penyalahgunaan obat memang untuk
tujuan rekreasional. Artinya, sejak awal penggunaan obat memang
tanpa tujuan medis yang jelas, hanya untuk memperoleh efek-efek
menyenangkan yang mungkin dapat diperoleh dari obat
tersebut.
 ketiga, seseorang menyalahgunakan obat dengan memanfaatkan
efek samping
Peran Farmasis Dalam Mencegah
Penyalahgunaan Obat:
 Aktif memberikan edukasi kepada masyarakat tentang
bahayanya penyalahgunaan obat, lebih baik dengan cara yang
sistematik dan terstruktur.
 Mewaspadai adanya kemungkinan resep-resep yang palsu dan
ganjil, terutama resep – resep yang mengandung obat
psikotropika/narkotika
 Mengedepankan etika profesi dan mengutamakan
keselamatan pasien dengan tidak memberikan kemudahan
akses terhadap obat-obat yang mudah disalah gunakan.
Kondisi yang perlu diatasi secara
farmakoterapi
 Kondisi intoksikasi dan kejadian munculnyagejala
putus obat (“sakaw”).
Dengan demikian, sasaran terapinya bervariasi tergantung
tujuannya:
1. Terapi pada intoksikasi/over dosis, tujuannya untuk
mengeliminasi obat dari tubuh, menjaga fungsi vital tubuh
2. Terapi pada gejala putus obat, tujuannya untuk mencegah
perkembangan gejala supaya tidak semakin parah, sehingga
pasien tetap nyaman dalam menjalani program penghentian
obat

Anda mungkin juga menyukai