Anda di halaman 1dari 84

Zamzami Ahmad Baidowi

Ong Reaya Sany


Materi PK DARAH:
Pengambilan Sampel darah

PemeriksaanHb

Pemeriksaan jumah leukosit +


eritrosit + trombosit

PemeriksaanLED

MembuatPreparatDarahHapus

Pemeriksaanhematokrit
Pengambilan Sampel darah
• Bendung di sebelah proximal
• lakukan desinfeksi
• Periksa spuit
• tusuk dengan jarum dengan sudut 45 derajat
• Setelah vena terasa tertusuk, jarum diputar
menghadap ke bawah. Tusukan dilanjutkan
menghadap ke vena
 Lepas torniquet
 Ambil sampel darah
• jarum ditarik, tekan
dengan kapas alkohol

 tuang darah kedalam


botol penampung
Pemeriksaan Hb
• Prinsip pemeriksaan :
Mengukur kadar Hb berdasar warna yang
terjadi akibat perubahan Hb menjadi asam
hematin setelah penambahan HCL 0,1 N (
tidak semua Hb terukur ).
1. Slang penghisap, 2. pipet Hb sahli, 3. pipet tetes, 4. tabung pengencer hb sahli, 5. pengaduk, 6.
serabut pembersih, 7. indikator hb sahli, 8. aquades 9. HCL 0.1%
HB SAHLI :
1. Isi tabung pengencer dengan HCL 0,1 N sampai angka 2
(± 5 tetes) ► masukan tabung pengencer HB
2. hisap darah sampai angka 20 ul dengan pipet HB yang
disambungkan dengan slang penghisap ► Hapus darah
pada ujung pipet ► masukan ke tabung pengencer HB
3. Darah + HCl 0,1 N ► tunggu 1-3 menit
4. Tambah aquadest tetes demi tetes
5. Bandingkan dgn indikator standar HB sahli
6. Baca kadar Hb pada skala pada tabung pengencer
Nilai Normal Hb :
• Dewasa laki – laki : 12,5 – 18,0 gr %
• Dewasa wanita : 11,5 – 16,5 gr %
• Bayi < 3 bulan : 13,5 – 19,5 gr %
• Bayi > 3 bulan : 9,5 – 13,5 gr %
• Umur 1 tahun : 10,5 – 13,5 gr %
• Umur 3 – 6 tahun : 12,0 – 14,0 gr %
• Umur 10 – 12 tahun : 11,5 – 14,5 gr %
KALAU HITUNG JUMLAH
-> DIAFRAGMA DIKECILIN
(PALING KECIL)
-> LAMPU REDUP
Pemeriksaan jumah leukosit
1.Pipet eritrosit
(bintik merah) 1
2.Pipet leukosit 2
(bintik putih)
3
3.Bilik hitung
4.Slang penghisap 4
• Larutan turk

Prinsip pemeriksaan :
Menghitung sel leukosit di dalam suatu larutan yang merusak sel –
sel lain dengan bilik hitung.
• Kotak besar
• Kotak sedang
• Kotak kecil

• Kotak besar • 9 Kotak besar


• Kotak sedang = melihat leukosit • 1 kotak besar = 16 Kotak sedang, yang tengah 25 kotak
• Kotak kecil = melihat eri/trombosit sedang
• 1 kotak sedang =16 kotak kecilt
CARA KERJA :
TAHAP 1 (cari bilik hitung)
 Bilik hitung yang telah ditutup dengan kaca penutup diletakan
dibawah mikroskop.
 Cari kotak sedang di pojok ujung (kotak besar no 1.3.7.9) bilik
hitung
TAHAP 2 (Buat larutan)
 Dengan pipet lekosit, ambil darah sampai angka 1 ( 10 x )
 Bersihkan ujung pipet.
 pertahankan posisi pipet, hisap lar Turk sampai angka 11.
 Bersihkan ujung pipet.
 Kocok dengan arah horizontal.
 Buang 3 tetes yang pertama.
TAHAP 3 (PERSIAPAN PEMBACAAN)
 Teteskan ke bilik hitung lewat sela – sela kaca penutup.
 Hitung dengan perbesaran 10X, 40X
Perhitungan :
Nilai Normal (Dacie) :
• Dewasa pria : 4 – 11 ribu / mm3.
• Dewasa wanita : 4 – 11 ribu / mm3.
• Bayi : 10 – 25 ribu / mm3.
• 1 tahun : 6 – 18 ribu / mm3.
• 12 tahun : 4,5 – 13 ribu / mm3.
Pemeriksaan jumah eritrosit
1.Pipet eritrosit
(bintik merah) 1
2.Pipet leukosit 2
(bintik putih)
3
3.Bilik hitung
4.Slang penghisap 4
• Larutan hayem

Prinsip pemeriksaan :
Menghitung sel eritrosit di dalam suatu larutan yang merusak sel –
sel lain dengan bilik hitung.
CARA KERJA :
TAHAP 1 (cari bilik hitung)
 Bilik hitung yang telah ditutup dengan kaca penutup diletakan
dibawah mikroskop.
 Cari kotak kecil di tengah (kotak besar no. 5) bilik hitung
TAHAP 2 (Buat larutan)
 Dengan pipet eritrosit, ambil darah sampai angka 0.5 ( 200 x )
 Bersihkan ujung pipet.
 pertahankan posisi pipet, hisap lar hayem sampai angka 101.
 Bersihkan ujung pipet.
 Kocok dengan arah horizontal.
 Buang 3 tetes yang pertama.
TAHAP 3 (PERSIAPAN PEMBACAAN)
 Teteskan ke bilik hitung lewat sela – sela kaca penutup.
 Hitung dengan perbesaran 10X, 40X,100x
Perhitungan :
Nilai Normal :
• Pria dewasa : 4,5 – 6,5 juta / mm3
• Wanita dewasa : 3,9 – 5,6 juta / mm3
• < 3 bulan : 4,0 – 5,6 juta / mm3
• 3 bulan : 3,2 – 4,5 juta / mm3
• 1 tahun : 3,6 – 5,0 juta / mm3
• 12 tahun : 4,2 – 5,2 juta / mm3
Pemeriksaan jumah trombosit
1.Pipet eritrosit
(bintik merah) 1
2.Pipet leukosit 2
(bintik putih)
3
3.Bilik hitung
4.Slang penghisap 4
• Larutan rees
ecker
Prinsip pemeriksaan :
Menghitung sel trombosit di dalam suatu larutan yang merusak sel –
sel lain dengan bilik hitung.
CARA KERJA :
TAHAP 1 (cari bilik hitung)
 Bilik hitung yang telah ditutup dengan kaca penutup diletakan dibawah
mikroskop.
 Cari kotak kecil di tengah (kotak besar no. 5) bilik hitung
TAHAP 2 (Buat larutan)
 Dengan pipet eritrosit, ambil darah sampai angka 0.5 ( 20 x )
 Bersihkan ujung pipet.
 pertahankan posisi pipet, hisap lar rees ecker sampai angka 101.
 Bersihkan ujung pipet.
 Kocok dengan arah horizontal.
 Buang 3 tetes yang pertama.
TAHAP 3 (PERSIAPAN PEMBACAAN)
 Teteskan ke bilik hitung lewat sela – sela kaca penutup
 Diamkan di atas cawan petri yang berisi kapas basah selama 10 menit
 simpan kembali di atas mikroskop
 Hitung dengan perbesaran 10X, 40X,100x
Perhitungan :

Cara kerja trombosit hampir sama


dengan eritrosit
Nilai normal:
• Dewasa : 150.000 – 400.000 / mm3
• Anak : 150.000 – 450.000 / mm3
Pemeriksaan LED
• Alat : 2
1. Tabung Westergreen. 1
2. Rak Westergreen.
• Reagensia :
Larutan Natrium Sitrat 3,8 %.
• Bahan :
Darah EDTA.
CARA KERJA :
• Isap 0,5 ml (sampe angka 150) lar natrium sitrat 3,8 %,
masukan dalam tabung ► masukan ke wadah
pencampur
• Hisaplah 2,0 ml darah (sampe angka 0), masukan tabung
► masukan ke wadah pencapur
• Na sitrat + darah ► aduk hingga rata
• Isaplah darah itu ke dalam pipet Westergreen sampai
garis bertanda 0 mm, kemudian biarkan pipet itu dalam
keadaan tegak lurus dalam rak Westergreen selama 60
menit.
• Bacalah tingginya lapisan plasma dg milimeter dan
laporkanlah angka itu sebagai laju endap darah.
PERHATIKAN :
• Catatan : kesalahan karena :
• Sampel harus fresh kurang dari 2 jam, darah tidak beku
diberi antikoagulan.
• Alat kotor akan menyebabkan hemolisa.
• Kolom tidak sesuai, misalnya sempit maka akan lebih
lama.
• Analisis :
• Terhisap gelembung udara.
• Posisi tabung dalam rak miring.
• Diletakan ditempat yang panas dan sebagainya.
• Adanya vibrasi ( getaran )
Nilai Normal (Westergreen) :
• Pria dewasa : 0 – 15 mm / jam
• Wanita dewasa : 0 – 20 mm / jam
• Neonatus : 0 – 2 mm / jam
• Anak : 3 – 13 mm / jam

TIAP JAM BAKAL NAIK TERUS LED NYA


JADI BILANG KLO LED DIBACA SETELAH 1 JAM
Membuat Preparat Darah Hapus
• Ambil obyek glass yang
bersih, letakan 1 tetes
darah

• Sentuh tetesan darah dengan spreader,


darah akan melebar sepanjang spreader.
• Dorong spreader ke arah kiri dengan sudut 450
keringkan, beri label
• Amati preparat baik bila :
– Tipis.
– Rata.
– Tidak terputus – putus.
– Ekor tidak robek.
• Bentuk seperti peluru
CARA KERJA :
 setelah di buat apusan darah ► biarkan hingga
kering
 apusan darah di tetesi metanol hingga merata
► biarkan hingga kering
Selanjutnya, apusan darah di tetes dengan
gimsa hingga merata ► diamkan 20 menit
 lalu cuci kering anginkan
 amati di bawah mikroskop pada zona baca 5
• JIKA BACA APUSAN DARAH TEPI ->
DIAFRAGMA DIBUKA LEBAR
• LAMPU TERANG
Morfologi Preparat Darah Apus

• 3 Bagian  kepala, badan dan ekor


• 6 zona berdasar populasi SDM
I : Irregular, padat, bergerombol, tidak teratur (3%)
II : Tipis, tidak teratur, tidak rata, overlapping, berdesakan
(14%)
III : Tebal, bergerombol, rapat / padat, bertumpuk,
berdesakan, gamb. Rouleaux (45%)
IV : Tipis (mirip zona II), teratur rata, agak berdesakan
(18%)
V : Even, zona baca, regular, tersebar rata, tidak
berdesakan, bentuk asli / utuh (11%)
VI : Sangat tipis diujung preparat sebelum ekor, tidak
padat, lebih longgar dibanding zona II & IV, berderet-
deret (9%)

2/19/2018 WS_HemaDasar_HI12 36
PENTING!!
Dr Q sering
nanya
Kalo nunjukin,
sebisa
mungkin
harus di zona
baca

2/19/2018 WS_HemaDasar_HI12 37
Gerakan mikroskop saat melakukan pemeriksaan hitung jenis

• Hitung jenis dipakai pembesaran objektif 40x, (pemula 


pembesaran objektif 100x)
• Pembacaan dimulai dari zona ekor s/d zona IV (perbatasan z III)
Bila belum mencapai daerah tsb (zona ekor – z IV) telah
didapati 100 leukosit, tetap teruskan penghitungan sampai
zona ini, kemudian sesuaikan dalam %.
• Contoh bila penghitungan di zona VI saja dan hasil telah
mencapai 100 sel  maka akan didapatkan PMN >, Monosit,
Limfosit <

2/19/2018 WS_HemaDasar_HI12 38
Segmen eosinofil
• Ukuran sel: 14 - 20 m
• Bentuk sel: oval atau bulat
• Warna sitoplasma: merah
• Granula: eosinofilik (granula
kasar, besar sama, warna
merah, tidak menutupi inti)
• Bentuk inti: berlobus 2,
seperti kacamata
• Tipe kromatin: padat
• Ratio inti/sitoplasma: rendah
• Nukleolus: (-)

2/19/2018 WS_HemaDasar_HI12 39
Basofil

• Ukuran sel: 14 - 20 m
• Bentuk sel: oval atau bulat
• Warna sitoplasma: biru
• Granula: basofilik (granula
kasar, besar tidak sama, warna
biru kehitaman, menutupi inti)
• Bentuk inti: berlobus, seperti
daun semanggi
• Tipe kromatin: padat
• Ratio inti/sitoplasma: rendah
• Nukleolus: (-)

2/19/2018 WS_HemaDasar_HI12 40
Segmen neutrofil

• Ukuran sel: 14 - 20 m
• Bentuk sel: oval atau bulat
• Warna sitoplasma: pink
• Granula: neutrofilik
(granula halus, warna jingga,
tidak menutupi inti)
• Bentuk inti: berlobus (3- 5
lobus)
• Tipe kromatin: padat
• Ratio inti/sitoplasma:
rendah
• Nukleolus: (-)

2/19/2018 WS_HemaDasar_HI12 41
SEL-SEL LEUKOSIT NORMAL YANG TERDAPAT DI
DARAH TEPI

Batang neutrofil
• Ukuran sel: 14 - 20 m
• Bentuk sel: oval atau bulat
• Warna sitoplasma: pink
• Granula: neutrofilik (halus,
warna jingga, tidak
menutupi inti)
• Bentuk inti: lonjong,
semicircular (seperti pisang)
• Tipe kromatin: padat
• Ratio inti/sitoplasma:
rendah
• Nukleolus: (-)

2/19/2018 WS_HemaDasar_HI12 42
Limfosit
Ukuran: 10 - 15 m
Bentuk: bulat, kadang-kadang
oval
Warna sitoplasma: biru
Granula: tidak ada
Bentuk inti: bulat atau agak oval
Tipe kromatin: homogen, padat
Rasio inti/sitoplasma: tinggi
Nukleolus: (-)

2/19/2018 WS_HemaDasar_HI12 43
Monosit

• Ukuran sel: 20-25 m


• Bentuk sel: tidak beraturan
• Warna sitoplasma: biru,
bervakuola
• Granula: tidak ada
• Bentuk inti: seperti ginjal,
tidak beraturan
• Tipe kromatin: padat
• Ratio inti/sitoplasma: rendah
• Nukleolus: (-)

2/19/2018 WS_HemaDasar_HI12 44
Nilai Normal :
• Eosinofil : 1 – 4 %.
• Basofil : 0 – 1 %.
• Stab : 2 – 5 %.
• Segmen : 50 – 70 %.
• Limfosit : 20 – 40 %.
• Monosit : 1 – 6 %.
Pemeriksaan
hematokrit
2
1
1. vaselin
2. Pipet hematokrit.
3. Skala pembaca
hematokrit 3
CARA KERJA :

lakukan pengambilan darah kapiler :


Isi tabung kapiler (ht) dengan darah sampai 3/4
tabung.
Bakar ujung tabung yang kosong dengan lampu
spiritus atau disumbat dengan vasellin, hingga benar
– benar tertutup.
Sentrifuge dengan kecepatan 16.000 rpm selama 3 –
5 menit.
Baca dengan skala hematokrit panjang kolom merah.
Nilai Normal:
• Pria : 47 +/- 7 %.
• Wanita : 42 +/- 5 %.
• Bayi baru lahir : 54 +/- 10 %.
• 3 Bulan : 38 +/- 6 %.
• 3 – 6 bulan : 40 +/- 45 %.
• 10 – 12 tahun : 41 +/- 4 %.
INDEKS ERITROSIT :
• MCV ( Mean Corpusculer Volume )
• MCH ( Mean Corpusculer Hemoglobin)
• MCHC ( Mean Corpusculer Hemoglobin
Concentration )
MCV :
• Volume eritrosit rata2
(mikrositik/normositik/makrostitik)
• Rumus -> (hematokrit x 10) : hitung eritrosit (dalam
juta)
• Satuan femtoliter (fL)
• Nilai normal :
– Dewasa : 80 - 100 fL (baca femtoliter)
– Bayi baru lahir : 98 - 122 fL
– Anak usia 1-3 tahun : 73 - 101 fL
– Anak usia 4-5 tahun : 72 - 88 fL
– Anak usia 6-10 tahun : 69 - 93 fL
MCH :
• Rata-rata jumlah hemoglobin dalam eritrosit
(hipokromik, monokromik, hiperkromik)
• Rumus -> (hemoglobin x 10) : hitung eritrosit (dalam
juta)
• Satuan pikogram (pg)
• Nilai normal :
– Dewasa : 26 - 34 pg (baca pikogram)
– Bayi baru lahir : 33 - 41 pg
– Anak usia 1-5 tahun : 23 - 31 pg
– Anak usia 6-10 tahun : 22 - 34 pg
MCHC :
• Konsentrasi hemoglobin per unit volume eritrosit
(hipokromik, monokromik, hiperkromik)
• MCHC ( Mean Corpusculer Hemoglobin
Concentration ) -> MCH/MCV x 100%
• Nilai normal :
– Dewasa : 32 - 36 %
– Bayi baru lahir : 31 - 35 %
– Anak usia 1.5 - 3 tahun : 26 - 34 %
– Anak usia 5 - 10 tahun : 32 - 36 %
Materi PK FESES:

MAKROS

MIKROS
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
1. Makroskopis
Warna, darah, lendir, konsistensi, bau, pH, sisa makanan
2. Mikroskopis
Epitel, eritrosit, lekosit, kristal, lemak, makrofag, sisa makanan
3. Kimiawi
Karbohidrat, Protein, Lemak, Darah samar benzidin test,
Urobilinogen
4. Bakteriologi
mikrobiologi

2/19/2018 WS_GE_2013 54
MAKROSKOPIS

1. Warna
• Normal  kuning muda
• Abnormal  keadaan patologis:
- Kuning hijau  diare berat.
- Hitam  perdarahan TGI atas.
- Dempul  penurunan pigmen empedu
& obstruksi saluran empedu.
- Merah  perdarahan traktus GI
bagian bawah

2/19/2018 WS_GE_2013 55
2. Darah

a. Darah segar
• Darah segar  kelainan di sebelah distal
lambung
• Dijumpai pada:
- Hemoroid
 menetes, terdapat dipermukaan, rasa
tidak enak pada anus
- Ca colon
 lokasi di proksimal  darah bercampur
feses
 lokasi di distal  darah tidak
tercampur feses
- Disentri amoeba
 volume feses sedikit, frekuensi
defekasi sering, darah dan lendir, rasa
mules yang hebat

2/19/2018 WS_GE_2013 56
b. Darah tidak segar

• Darah tidak segar  kelainan di


sebelah proksimal lambung
• Dijumpai pada:
- Varises oesopaghus, ulcus peptikum,
karsinoma TGI, radang.

2/19/2018 WS_GE_2013 57
3. Lendir
Lendir pada feses dikeluarkan oleh kolon karena
rangsangan saraf parasimpatis

a. Lendir kental pada permukaan feses


• Dijumpai pada :
- Konstipasi spastik, kolitis, emosi
b. Lendir dan darah pada permukaan feses
• Dijumpai pada:
- Neoplasma.
- Iritasi pada rektum.
c. Lendir disertai dengan nanah dan darah
• Dijumpai pada:
- kolitis ulseratif, disentri basiler, ca kolon dgn ulserasi
- divertikulitis akut, TBC usus  sangat jarang.

2/19/2018 WS_GE_2013 58
4. Konsistensi

• Keadaan normal  ukuran &


konsistensi feses  menggambarkan
keadaan lumen & motilitas kolon 
berbeda pd masing-2 orang 
dipengaruhi oleh kebiasaan
• Keadaan yang menyebabkan
perubahan konsistensi
- Diare dengan lendir dan darah  Amobiasis,
thyphoid, thypus abdominalis, kolera
- Diare dengan lendir dan nanah  Kolitis ulseratif,
enteritis, salmonellosis, shigellosis
- Seperti adonan tepung  lemak yang berlebihan
- Keras absorbsi cairan yang berlebihan, intake
cairan yang tidak adekuat, atau karena defekasi ditahan

2/19/2018 WS_GE_2013 59
5. Bau, pH, sisa makanan

• Bau khas  dipengaruhi oleh pH feses  pH normal


feses adalah netral ~ sedikit basa.
• pH  dipengaruhi oleh fermentasi bakteri usus dan
proses pembusukan  dihasilkan indol, skatol 
sebabkan bau pada feses.
• Makanan mgd karbohidrat  pH menjadi asam 
feses berbau asam
• Makanan mgd protein  pH menjadi basa  bau yang
lebih tajam
• Makanan mgd lemak  bau tengik
• Sisa makanan  makroskopis : sisa serat atau sayur
yang tidak tercerna

2/19/2018 WS_GE_2013 60
MIKROSKOPIS
1. Ambil sedikit feses dengan tusuk gigi dan oleskan
secara merata dan setipis mungkin di atas objek glas
(olesan dengan bentuk sentrifugasi/obat nyamuk)
2. Teteskan eosin di atas preparat feses tersemut
3. Tutup dengan cover glas
4. Amati di bawah mikroskop

2/19/2018 WS_GE_2013 61
MIKROSKOPIS
1. Epitel
• Normal Epitel dari dinding usus sebelah
distal
•   perangsangan dan peradangan
dinding usus
2. Eritrosit
• Normal  eritrosit (-) dalam feses
• Abnormal/(+)  ada lesi pada kolon,
rektum atau anus
3.Makrofag
• Normal  makrofag (-)
• Ciri: sel besar, dalam sitoplasmanya sering
dijumpai sel lain seperti lekosit.
2/19/2018 WS_GE_2013 62
4. Lekosit

• Normal  beberapa sel lekosit.


• Jumlah lekosit sangat meningkat pada:
- Kolitis ulseratif kronik
- Disentri basiler kronik
- Abses yang terlokalisir
- Fistula pada sigmoid, rectum /anus
• Jumlah lekosit meningkat dan
berbentuk polinuklear:
- Shigellosis
- Salmonellosis
- Diare oleh karena E coli infasif
- Kolitis ulseratif
2/19/2018 WS_GE_2013 63
• Jumlah lekosit meningkat dan
berbentuk mononuklear:
- Tiphoid

• Diare tanpa kenaikan lekosit:


- Cholera, non spesifik, virus, E coli
yang tidak invasif
- Parasit: Giardia lamdia, toksigenik:
clostridium, stafillococcus

2/19/2018 WS_GE_2013 64
5. Kristal

•  tidak mempunyai arti penting,


kecuali charcot leyden dan
hematoidin
• Macam :
- Triple fosfat, Kalsium oksalat , asam
lemak
- Hematoidin  pada perdarahan
- charcot-leyden  pada penderita
eosinofilia

2/19/2018 WS_GE_2013 65
6. Sel ragi

7. Sisa makanan:
• hampir selalu ditemukan  dari daun
(sayur) dan dari hewan seperti serat
otot

2/19/2018 WS_GE_2013 66
2/19/2018 WS_GE_2013 67
Bakteri Batang (paling sering)
Bakteri bisa bentuk coccus (bola) atau spiral atau cocobasil
(ingat kalau ditanya dr S, tambahin bakteri itu yg bisa gerak-gerak)
Materi PK URIN:

MAKROS

MIKROS
MAKROS
WARNA.
Normal : kuning muda sampai tua tergantung besarnya
diuresis dan beberapa zat pelarut dalam urin terutama
urobilin dan urochrom
Kelainan warna :
Tak patologis : berasal dari makanan atau obat ( pewarna )
Patologis : Seperti teh : bilirubin.
Hijau : biliverdin, Ps. aeruginosa.
Merah : darah, B. prodigiosus.
Putih keruh : pus.
Putih susu : chylus.
Coklat : hematin, billirubin.
B. KEKERUHAN.
Kekeruhan urin dinyatakan dengan : jernih, agak
keruh, keruh atau sangat keruh
Kekeruhan dapat timbul:
1. Sejak dikemihkan
2. Kekeruhan yang timbul sesudah dibiarkan
C. BAU.
Bau perlu diperhatikan kemungkinan bau abnormal.
Bau urin normal oleh asam – asam organik yang mudah menguap.
Bau abnormal :
1. Oleh makanan yang mengandung zat – zat atsiri, seperti jengkol, petai,
durian, asperse. Mudah dapat dikenal dan bau itu ada dari semula.
2. Oleh obat – obatan seperti terpentin, menthol, dsb. Telah ada dalam urin
segar.
3. Bau Amoniak oleh perombakan bakteri dari ureum. Biasanya terjadi pada
urin yang dibiarkan tanpa bahan pengawet.
4. Bau Ketonuria menyerupai bau buah – buahan atau bunga setengah layu.
5. Bau busuk bila sejak dikemihkan mungkin berasal dari perombakan zat –
zat protein misal pada keganasan saluran kemih, bisa juga terjadi akibat
pembusukan urin yang mengandung banyak protein diluar tubuh.
D. BUIH.
Pemeriksaan buih dapat membantu kecurigaan adanya abnormalitas urin.
Cara kerja :
Masukan 5 cc urin dalam tabung reaksi kemudian kocok beberapa saat
sampai ke-
luar buih.
Amati warna dan waktu hilangnya buih tersebut.
Penilaian :
Normal : putih jernih dan cepat hilang.
Abnormal : putih, jernih lama baru hilang/tak mau hilang kemungkin-
an urin mengandung protein. Dibuktikan dengan pemerik-
saan protein urin.
Warna kekuningan kemungkinan urin mengandung bilirubin
Pembuatan (MIKROS)
• Teteskan urin 1 tetes di atas objek glass
• Teteskan eosin 1 tetes di atas objek glas
• Tutup dengan cover glass
• Amati di bawah mikroskop
Kristal triple fosfat
- pH alkali
- Normal
- dilaporkan
1. Kristal ca oksalat
• pH asam/basa
• Normal
1
2. Silinder granula
kasar
- Dilaporkan jk
didapatkan (/Lpf
- Glomerulonefritis,
pyelonefritis, stress,
exercise 2
Yeast
Silinder hialin
- Dr tamm-Horsfall protein
- N 0-2/lpf
- N: exercise, dehidrasi, stress, kepanasan
- abN: CRF, glomerulonefritis, pielonefritis, CHF
Epitel transisional
• Asal: pelvix renal,
kaliks, ureter, VU,
uretra bagian atas
pria
• Normal  jumlah
sedikit
• Bentuk bulat, inti
(ganda), granula di
sitoplasma
Lekosit
• Bentuk bulat, inti
berlobus, granula
di sitoplasma
• Glitter cell 
leoksit yg
membesar, krn
urin hipotonik
• N: ~ 10/hpf
yeast
Epitel transisional
• Asal: pelvix renal,
kaliks, ureter, VU,
uretra bagian atas
pria
• Normal  jumlah
sedikit
• Bentuk bulat, inti
(ganda), granula di
sitoplasma
Epitel skuamus
• Bentuk ireguler, tipis,
inti kecil
• Asal: uretra, vagina
• Wanita  jml > pria
Silinder granula kasar
- Dilaporkan jk
didapatkan (/Lpf
- Glomerulonefritis,
pyelonefritis, stress,
exercise
Silinder granula kasar
- Dilaporkan jk
didapatkan (/Lpf
- Glomerulonefritis,
pyelonefritis, stress,
exercise

Anda mungkin juga menyukai