M A S T O I D E K T O M I PA D A O T I T I S M E D I A S U P U R AT I F
KRONIKDENGAN TEKNIK
GENERAL ANESTESI ENDO TRACHEAL TUBE (GA-
ETT)
DEPARTEMEN ANESTESI
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
MEDAN TAHUN 2016
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut “congek”
adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada
gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari
telinga (otore) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul.
Prevalensi OMSK di dunia adalah 65.000.000-330.000.000 jiwa, 94%
diantaranya terdapat di negara berkembang.
Untuk mencegah terjadi kekambuhan dan komplikasi lebih lanjut dapat di
lakukan pembedahan yang disebut dengan Mastoidektomi. Pada pembedahan
mastoidektomi teknik anestesi yang di pakai adalah GA-ETT
ANATOMI
DEFINISI OMSK
Radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang
(perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan riwayat
keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otore) lebih dari 2 bulan,
baik terus menerus atau hilang timbul.
KLASIFIKASI OMSK
Tubotimpani Atikoantral
(Tipe Jinak) (Ganas)
Peradangan berbatas
mukosa, Kolesteatom,
Perforasi = Sentral Perforasi = Marginal
JENIS-JENIS KOLESTEATOM
Kongenital didapat
GEJALA KLINIS OMSK
Telinga berair
(otore) Otalgia (nyeri
telinga)
Gangguan Vertigo
pendengaran
PENATALAKSANAAN OMSK
1. Otitis media supuratif kronik benigna tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan
mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang
dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas
memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti,
timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.
Prinsip :
a. Membersihkan liang telinga dan cavum timpani
b. Pemberian antibiotik
2. Pada kasus otitis media supuratif kronik maligna pengobatan yang tepat untuk
OMSK Maligna adalah Operasi (mastoidektomi)
KOMPLIKASI OMSK
Komplikasi Telinga 1. Paresis Nervus Fasialis
Tengah 2. Tuli Konduktif
1. Fistula Labirin
Komplikasi Telinga
2. Labirintis
Dalam
3. Tuli Sensorineural
Pemeriksaan fisik
Yakni memeriksa status pasien saat ini yang meliputi kesadaran,
frekuensi nafas, tekanan darah, nadi, suhu tubuh, berat dan tinggi
badan untuk menilai status gizi/BMI.
ASA 2 pasien penyakit bedah dengan disertai dengan penyakit sistemikringan sampai
sedang
ASA 3 pasien penyakit bedah dengan disertai dengan penyakit sistemik berat yang
ASA 4 pasien penyakit bedah dengan disertai dengan penyakit sistemik berat yang secara
ASA 5 pasien penyakit bedah dengan disertai dengan penyakit sistemik berat yang sudah
tidak mungkin ditolong lagi, dioperasi ataupun tidak dalam24 jam pasien meninggal.
ASA 6 pasien mati batang otak yang akan menjalani transplantasi organ untuk donor.
E Jika prosedur merupakan prosedur emergensi, maka status pemeriksaan diikuti “E”
(Misal, “2E”)
PERSIAPAN PREOPERATIF
Puasakan Pasien
Terapi Cairan
Premedikasi
Meredakan kecemasan dan ketakutan
Memperlancar induksi anestesi
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
Meminimalkan jumlah obat anestetik
Mengurangi mual muntah pasca bedah
Menciptakan amnesia
Mengurangi isi cairan lambung
Mengurangi reflek yang membahayakan
Contoh: Metoclopramide. Ranitidine, diazepam, petidine
DURANTE OPERASI
A. Persiapan Pasien
B. Pemakaian Obat Anestesi
C. Terapi Cairan
D. Monitor
POST-OPERATIF
A. Pemindahan Pasien dari Kamar Operasi ke Recovery Room
B. Perawatan Post Anestesi di Recovery Room
Observasi klinis harus dilakukan dengan pemantauan seperangkat alat berikut :
Pulse oximeter
Non-invasive blood pressure monitor
Elektokardiograf
Nerve stimulator
Pengukur suhu
POST ANESTHETIC ALDRETE RECOVERY SCORE
COLOR Oxygenation
RESPIRATION
CAN BREATHE DEEPLY AND COUGH Breathes deeply and coughs freely 2
CIRCULATION
BLOOD PRESSURE DEVIATING >50% FROM NORMAL Blood pressure more than ± 50 mmHg of normal 0
CONSCIOUSNESS
ACTIVITY
Keluhan Utama :
Telinga sebelah kiri tidak bisa mendengar sejak 5 bulan yang lalu.
Telaah :
Pasien datang ke RSHM dengan keluhan telinga sebelah kiri tidak dapat mendengar
sejak 5 bulan yang lalu. Pasien mengatakan terdapat keluar cairan sebelumnya
disertai nyeri yang hilang timbul. Pasien dikonsulkan ke dr. Amran Sp. THT KL.
Kemudian pasien disarankan untuk operasi.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
TB Paru (+)
Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah berobat sebelumnya
Riwayat Psikososial
Merokok (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Thorax
Paru
Inspeksi : Pergerakan nafas simetris, tipe pernafasan abdominotorakal, retraksi
costae -/-
Palpasi : Suara fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler seluruh lapang paru
Abdomen
Inspeksi : Datar, Simetris
Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak teraba
Perkusi : Nyeri Ketok (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
Ekstremitas : edema -/-
Tindakan : Mastoidectomy
Anesthesi : GA-ETT
PS-ASA : II
Posisi : Supinasi
Pernapasan : Mecanical ventilator
POST OPERASI
Operasi berakhir pukul : 10.35 WIB
Setelah operasi selesai pasien di observasi di Recovery Room. Tekanan darah, nadi dan pernapasan
dipantau hingga kembali normal.
Pasien boleh pindah ke ruangan bila Alderette score > 9
Pergerakan :2
Pernapasan :2
Warna kulit :2
Tekanan darah :2
Kesadaran :2
PERAWATAN POST OPERASI
Setelah operasi selesai, pasien dibawa ke ruang pemulihan setelah dipastikan pasien pulih dari
anestesi dan keadaan umum, kesadaran serta vital sign stabil, pasien dipindahkan ke bangsal
dengan anjuran untuk bedrest 24 jam, karena obat anestesi masih ada.