Bahan Kelompok Frs Bu Bolin
Bahan Kelompok Frs Bu Bolin
KELOMPOK 1
IZZATIL AULIA 2605002
FITRATUL WAHYUNI 2605006
DEWI WINDURI 2605011
ELA JULISNI MOLITA SARI 2605029
ELSA YULIZA 2605030
SINTA WISTARI 2605034
HESTI NOVELIA LUBIS 2605039
SINTIA PUTRI AYU 2605047
PROGRAM PROFESI APOTEKER
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2018
Pharmaceutical Care
• pertama kali dikenalkan oleh Heppler
dan Strand (1990), merupakan
pelayanan yang bertanggung jawab
terhadap terapi obat untuk tujuan
yang mencapai hasil tertentu dan
dapat meningkatkan kualitas hidup
pasien
1. Ruang Lingkup
Sebenarnya Drugs Therapeutic Monitoring atau pengawasan
terhadap terapi obat erat kaitannya dengan ilmu
farmakokinetik, dimana farmakokinetika itu sendiri adalah
segala proses yang dilakukan tubuh terhadap obat berupa
absorpsi, distribusi, Metabolisme, (biotransformasi), dan
eksresi. dimana Tubuh kita dapat dianggap sebagai suatu
ruangan besar yang terdiri dari beberapa kompartemen
yang terpisah oleh membran - membran sel. Sedangkan
proses absorpsi distribusi dan eksresi obat dari dalam
tubuh pada hakekatnya berlangsung dengan mekanisme
yang sama, karena proses ini tergantung pada lintasan
obat melalui membran tersebut
• Membran sel terdiri dari suatu lapisan
lipoprotein ( lemak dan protein ) yang
mengandung banyak pori - pori kecil, terisi
dengan air. Membran dapat ditembus dengan
mudah oleh zat - zat tertentu, sukar dilalui zat
- zat lain, maka disebut semi permeabel. Zat -
zat lipofil (suka lemak) yang mudah larut
dalam lemak tanpa muatan listrik umumnya
lebih lancar melintasinya dibandingkan
dengan zat - zat hidrofil dengan muatan (Ion).
Adapun mekanisme pengangkutan obat untuk melintasi membran sel ada
dua cara yaitu :
a. Secara pasif ,
• Secara pasif artinya mekanisme pengangkutantanpa menggunakan energi.
• Filtrasi , melalui pori - pori kecil dari membran misalnya air dan zat - zat
hidrofil
• Difusi, zat melarut dalam lapisan lemak dari membran sel contoh ion
organic
b. Secara aktif,
• Secara aktif artinya mekanisme pengangkutannya menggunakan energi.
• Pengangkutan dilakukan dengan mengikat zat hidrofil (makromolekul atau
ion) pada enzim pengangkut spesifik. Setelah melalui membran, obat
dilepaskan lagi. Cepatnya penerusan tidak tergantung pada konsentrasi
obat.
• Contohnya : Glukosa, asam amino, asam lemak, garam garam, besi,
vitamin b1 , b2 , dan b12
2. Faktor Klinik yang mempengaruhi
Drugs Therapeutic Monitoring
a) Absorbsi
Proses absorpsi sangat penting dalam menentukan efek obat. Pada umumnya
obat yang tidak diabsorpsi maka tidak akan menimbulkan efek, Kecuali antasida
dan obat yang bekerja lokal. Proses absorpsi terjadi di berbagai tempat pemberian
obat, misalnya melalui alat cerna, otot rangka, kulit dan sebagainya.
Absorpsi juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
1. Kelarutan obat.
2. Kemampuan difusi melintasi sel membran.
3. Konsentrasi obat.
4. Sirkulasi pada letak absorpsi.
5. Luas permukaan kontak obat.
6. Bentuk sediaan obat.
7. Cara pemakaian obat.
b) Distribusi
Obat setelah diabsorpsi oleh tubuh maka selanjutnya akan tersebar
melalui sirkulasi darah ke seluruh badan dan harus melalui membran sel
agar tercapai tepat pada efek aksi. Molekul obat yang mudah melintasi
membran sel akan mencapai semua cairan tubuh baik inta maupun ekstra
sel. sedangkan obat yang sulit menembus membran sel maka
penyebarannya umumnya terbatas pada cairan ekstra sel.
Proses metabolisme ini memegang peranan penting dalam mengakhiri efek obat.
Hal - hal yang dapat mempengaruhi metabolisme adalah sebagai berikut :
Fungsi hati, metabolisme dapat berlangsung lebih cepat atau lebih lambat, sehingga
efek obat menjadi lebih lemah atau lebih kuat dari yang kita harapkan
Usia, pada bayi proses metabolisme akan berjalan lebih lambat
Faktor genetik (turunan), ada orang yang memiliki faktor genetik tertentu yang dapat
menimbulkan perbedaan khasiat obat pada pasien.
Adanya pemakaian obat lain secara bersamaan, hal tersebut dapat mempercepat
metabolisme (inhibisi enzim).
d) Ekskresi
Pengeluaran obat maupun metabolitnya dari tubuh terutama
dilakukan oleh ginjal melalui air seni dan dikeluarkan dalam bentuk
metabolit maupun bentuk asalnya. disamping itu ada pula cara lain yaitu :
• Kulit, bersama keringat. Misal : paraldehid
• Paru - paru, dengan pernafasan keluar, terutama berperan pada
anestesi umum, anestesi gas atau anestesi terbang.
• Hati, melalui saluran empedu, terutama obat untuk infeksi saluran
empedu.
• Air susu ibu, Misalnya alkohol, obat tidur, nikotin dari rokok dan
alkaloida lain. Harus dioerhatikan karena dapatmenimbulkan efek
farmakologi atau toksik pada bayi.
• Usus. misalnya sulfa dan preparat besi.
Selain dipengaruhi oleh proses Absorpsi, Distribusi, Metabolisme,
dan Eksresi (ADME) pencapaian efek - efek obat didalam tubuh juga
dipengaruhi oleh Mekanisme Kerja dari obat tersebut, adapun Mekanisme
kerja obat itu sendiri terbagi dalam beberapa golongan sebagai berikut :
1. Secara fisika, Contohnya anestetik terbang, laksansia dan diuretik
osmotis.
2. Secara Kimia, misalnya antasida lambung dan zat - zat khelasi ( zat -
zat yang dapat mengikat logam berat)
3. Proses metabolisme, misalnya antibiotika mengganggu pembentukan
dinding sel kuman, sintesis protein, dan metabolisme asam nucleat.
4. Secara kompetisi atau saingan, dalam hal ini dapat dibedakan
menjadi dua macam kompetisi yaitu untuk reseptor spesifik dan
enzym - enzym.
Faktor faktor lain yang juga harus diperhatikan adalah :
a. Jika pasien tersebut juga mengkonsumsi obat - obat lain
secara bersamaan.
b. Jika ada penyakit lain yang juga diderita oleh pasien.
c. Serta kepatuhan pasien terhadap peraturan dalam
penggunaan obat sesuai dengan ketentuan dokter.
d. Cara - cara yang digunakan oleh laboratorium untuk
melakukan test atau uji coba untuk obat tersebut.
Karena begitu banyak faktor yang berbeda mempengaruhi tingkat
obat dalam darah, hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam TDM :
Usia dan berat badan pasien
Rute pemberian obat
Tingkat penyerapan obat
Laju ekskresi obat
Tingkat pelepasan obat, dan dosis
Obat lain yang pasien miliki atau pengobatan lain yang sedang
dijalani
Penyakit lain yang pasien rasakan
Kepatuhan pasien mengenai regimen pengobatan obat
Metode laboratorium yang digunakan untuk menguji obat.
Tatalaksana pemantauan terapi obat
Seleksi Pasien
Rekomendasi Terapi
Rencana Pemantauan
Tindak Lanjut
Dokumentasi
Macam - Macam Efek Terapi Obat Di
Dalam Tubuh
Terapi kausal
Terapi
simptomatis
Terapi subtitusi
TOTAL PARENTERAL NUTRIEN (TPN)
DAN
IV- ADMIXTURE
2. karbohidrat
dosis aman dari masing-masing
karbohidrat :
Glukosa ( Dektrose ) : 6 gram / KgBB /Hari.
Fruktosa / Sarbitol : 3 gram / Kg BB/hari.
Xylitol / maltose : 1,5 gram /KgBB /hari.
Campuran GFX ( Glukosa ,Gfruktosa, Xylitol )
yang ideal secara metabolik adalah dengan
perbandingan GEX = 4:2:1
Lanjutan...
1.Nutrisi
parenteral
parsial
Ketepatan dosis
Penghematan biaya
Kegiatan iv admixture
Petugas yang
Instruksi khusus
bertanggungjawab
Risiko Pemberian iv admixture
Adanya Terlepasnya
partikel obat dari Phlebitis dan iritan
ketidaktercampuran wadah ataukaret vena
obat penutup wadah
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT
(DRUG UTILITY EVALUATION)
Kelompok III:
1. Desrita Hafizah Putri(2605005)
2. Suci Indah Kartika (2605007)
3. Eka Welya Ningsih (2605018)
4. Sukma Yonnita (2605022)
5. Wenno Dwi Putri (2605024)
6. Yolanda Oktaviani (2605038)
7. Tia Mori (2605044)
8. Widya Septiani (2605048)
Evaluasi penggunaan obat
Alat jaminan mutu, yang
memantau dan
mengevaluasi penanganan
obat terhadap criteria/
Jika standar yang disetujui
diperlukan
Menganjurkan sebuah
perubahan dalam praktek untuk
meningkatkan kualitas,
keamanan, dan efektivitas biaya
peresepan
Langkah-langkah melaksanakan siklus DUE
• Pilih suatau obat atau lingkup terapeutik untuk DUE
• Sepakati tujuan, criteria terukur dan standar yang digunakan
untuk area target, jika hal ini belum diatur.
• Buat rancangan contoh lembaran pengumpulan data dan
panduan.
• Kumpulkan data resep untuk mengevaluasi praktek yang
sedang dilakukan terhadap standar
• Analisis data tersebut
• Evaluasi praktek terhadap standar
• Putuskan interfensi apa yang perlu diperkenalkan untuk
meningkatkan kepatuhan penulis resep terhadap criteria yang
disetujui dan rencana kerja
• Berikan edukasi kepada staf dan perkenalkan praktek untuk
membenarkan peresepan yang tidak sesuai
• Evaluasi pengaruh DUE
Program evaluasi penggunaan obat (EPO) di rumah sakit
proses
jaminan
mutu diotoris untuk
memastikan
yang dilaksan asi RS bahwa obat-
terstrukt akan obatan
digunakan
ur terus- dengan
aman, tepat,
menerus dan efektif
Manfaat Drug Utility Evaluation
• Menegaskan kualitas peresepan yang tepat, yang
berkenaan dengan
keamana, kemanjuran, dan biaya kepada
organisasi.
• Keuntungan keuangan dengan penurunan
penggunaan obat yang tidak tepat.
• Kualitas layanan farmasi klinis yang meningkat,
berkenaan dengan menargetkan aktivitas farmasi
klinis dan keuntungan edukasi.
• Komponen esensial dari audit klinis.
• Meningkatkan kredibilitas laporan pengeluaran
obat.
Tahap pelaksanaan evaluasi penggunaan
obat
• Penetapan penanggung jawab umumnya adalah panitia
farmasi dan terapi.
• Menilai pola penggunaan semua obat
• Menentukan obat obat khusus dan golongan obat untuk di
pantau dan dievaluasi.
• Pengembangan kriteria pengembangan obat
• Mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang diperoleh
dari berbagai sumber
• Mengevaluasi penggunaan obat yang dibandingkan dengan
kriteria
• Mengadakan tindakan perbaikan untuk solusi masalah dan
perbaikan penggunaan obat
• Menilai efektivitas tindakan perbaikan dan dokumentasi
perbaikan
• Mengkomunikasikan hasil yang diperoleh kepada organisasi
Tanggung jawab apoteker
• mengadakan koordinasi kegiatan bekerja sama staf medik
• menyiapkan standar penggunaan obat bekerja sama dengan
staf medik dan staf profesional lain
• mengkaji order obat yang dibandingkan standar penggunaan
obat dan berkonsultasi dengan dokter penulis resep jika
diperlukan.
• Mengumpulkan data kuantitatif penggunaan obat mencakup
jumlah obat, biaya pengobatan, pola penulisan resep dan
jenis penderita
• Menginterpretasikan dan melaporkan temuan evaluasi kepada
PFT, staf jaminan mutu dan unsur pimpinan rumah sakit serta
staf profesional lain untuk merekomendasikan perubahan
dalam kebijakan dan prosedur penggunaan obat.
Evaluasi penggunaan obat ditinjau dari
aspek
tepat indikasi
tepat obat
tepat pasien
tepat dosis
Frekuensi pemberian
Komponen aktif dalam melakukan
pemantauan penggunaan obat
Perencana
an
pengumpul
an data
evaluasi
intervensi dan
evaluasi
program.
Cara
Pemantauan langsung
Dan Evaluasi
Penggunaan tidak langsung.
Obat
Pemantauan secara langsung
• Dilakukan dengan mengamati
proses pengobatan mulai dari
anamnesis, pemeriksaan,
peresepan, hingga penyerahan
obat ke pasien.
8. Tepat
2. Tepat
5. Tepat dosis interval waktu
pemilihan obat
pemberian
3. Tepat 4. Tepat
9. Waspada ES
Indikasi pasien
12. Obat yg
digunakan harus
10. Tepat harga 11. Tepat nformasi
efektif & aman dg
mutu terjamin
• Dampak injeksi
5
Upaya untuk mengatasi masalah
penggunaan obat yg tidak rasional:
2. Upaya
1. Upaya 3. Intervensi
peningkatan
pendidikan regulasi
pengelolaan
INDIKATOR OBAT YANG
1. Indikator inti:
RASIONAL
Indikator peresepan
Indikator pelayanan
Indikator fasilitas
2. Indikator tambahan:
• Persentase pasien yang diterapi tanpa obat.
• Rerata biaya obat tiap peresepan.
• Persentase biaya untuk antibiotik.
• Persentase biaya untuk suntikan.
• Peresepan yang sesuai dengan pedoman pengobatan.
• Persentase pasien yang puas dengan pelayanan yang
diberikan.
• Persentase fasilitas kesehatan yang mempunyai akses
kepada informasi yang obyektif.
Pemantauan & Evaluasi Penggunaan
Obat yang Rasional
• Tujuan pemantauan penggunaan obat yang rasioanl
• Hal-hal yang perlu dipantau dalam penggunaan obat
yang rasional
Kecocokan antara gejala (symstoms), diagnosis dan
pengobatan yang diberikan.
Kesesuaian pengobatan yang diberikan dengan
pengoabatan yang ada
Pemakaian obat tanpa indikasi yang jelas
Praktek polifarmasi
Ketepatan indikasi
Ketepatan jenis, jumlah, cara dan lama pemberian
Kesesuain obat dengan kondii pasien
• Monitoring dan evaluasi
Indikator peresepan
Ada 4 parameter utama yang akan dinilai dalam
monitoring dan evaluasi penggunaan obat yang
rasional adalah:
• Penggunaan standar pengobatan
• Proeses pengobatan (penerapan SOP)
• Ketepatan diagnostik
• Ketepatan pemilihan intervensi pengobatan
Pengumpulan data peresepan
Cara pengisian
Pengolahan/penyajian data
Pengiriman laporan
PRODUKSI DAN KONTROL
KUALITAS
Kelompok 5
• Perencanaan produksi
• Usulan pengadaan bahan baku
• Proses produksi
• Distribusi hasil produksi
• Pencatatan dan pelaporan
• Evaluasi
Proses produksi untuk menghasilkan anggaran yang tepat selama
produksi harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut
Produk Obat
Steril
Produk Obat
Nonsteril
Kegiatan produksi steril yang akan dilakukan
sub instalasi produksi farmasi antara lain:
Obat Sitostatika
Bagian Produksi Steril
pembuatan
pengenceran
Pengemasan
kembali
Perusahaan farmasi biasa menjalankan produksi
yang sangat sederhana atau dapat pula membuat
produk yang berbeda tingkat kompleksitasnya, studi
feasibilitas ini harus memperhatikan:
Gedung dan
personil Sumber air
bangunan fisik
peralatan dokumentasi
PENGEMASAN KEMBALI DAN
PEMBERIAN ETIKET
• pengemasan dan atau pengemasan kembali obat
sediaan farmasi dan pengemasan unit tunggal/dosis
yang merupakan salah satu bentuk produksi obat.
Pengemasan obat adalah salah satu metode
ekonomis yang memberikan kenyamanan,
identifikasi, penyajian dan perlindungan terhadap
suatu sediaan obat sampai dikonsumsi.
Macam-macam jenis pengemas
jenis pengemasan yang pertama
jenis pengemasan yang kedua
jenis pengemasan yang ketiga
jenis pengemasan yang keempat
Fungsi utama kemasan adalah seperti tertera di bawah
ini:
Kemasan Kemasan
Dosis Unit Selama
Terpakai
Pengoperasian Pengemasan
Awal
NAMA KELOMPOK VI
ANTON (26
05 001)
DIRA ARIESKA (26 05 004)
FERENZIA OKTARIHARDI (26 05 014)
CHIKA FRICYA RAMADANI (26 05 015)
ELSY CITRA DEVIANA (26 05 017)
M. FADHEL ADZHARI (26 05 020)
HARRINDA MAULANA (26 05 032)
MELONA SISKA (26 05 042)
AULIA HAYATI SYAFNUR (26 05 045)
)
Pengertian Farmakoekonomi
Kekurangan
Manfaat Farmakoekonomi Farmakoekonomi
• Memberikan pelayanan • Untuk mendapat manfaat
farmakoekonomi secara maksimal
maksimal dengan harga diperlukan edukasi yang baik bagi
terjangkau praktisi medik dan masyarakat.
Bagi dokter memperdalam ilmu
• Angka kesembuhan farmakologi dan memberkan obat
meningkat, angka berdasarkan Evidence Base
medicine dari penyakit. Bagi
kesehatan meningkat dan masyarakat dengan meningkatkan
angka kematian menurun pendidikan formal dan informal.
• Diperlukan peran pemerintah
• menghindari tuntutan dari membuat regulasi obat- obat
pasien dan asuransi generik yang bermutu untuk
digunakan dalam pelayanan
terhadap dokter dan kesehatan.
Rumah Sakit karena • Tidak selamanya 4 evaluasi dapat
pengobatan yang mahal. berjalan bersamaan.
Prespektif dalam
Farmakoekonomi
Cost Cost
Minimization Effectiveness
Analysis(CMA) Analysis(CEA)
Cost Minimization
Analysis adalah tipe analisis
yang menentukan biaya
program terendah dengan
asumsi besarnya manfaat yang
diperoleh sama. Analisis ini
digunakan untuk menguji biaya
Conto
h
Kasus
Cost Effectiveness Analysis(CEA)
• Cost effectiveness analysis merupakan
salah satu cara untuk menilai dan memilih
program terbaik bila terdapat beberapa
program berbeda dengan tujuan yang
sama untuk dipilih. Kriteria penilaian
program mana yang akan dipilih adalah
berdasarkan total biaya dari masing-
masing alternatif program sehingga
program yang mempunyai total biaya
terendahlah yang akan dipilih oleh para
Contoh Kasus
Asma merupakan penyakit kronis yang
ditandai oleh bronkokonstriksi [penyempitan
saluran nafas]. Inhalasi kortikosteroid telah menjadi
cara pengobatan rutin. Tetapi, pengobatan inhalasi
kortikosteroid tunggal kadang tidak cukup efektif
untuk mengontrol gejala asma. Dua pengobatan
baru digunakan sebagai terapi penunjang, yaitu
BreatheAgain® dan AsthmaBeGone®.
• Pada kasus ini akan dibandingkan efektivitas-
biaya pengobatan dari:
• Pemberian inhalasi kortikosteroid tunggal
• Pemberian kombinasi inhalasi kortikosteroid +
BreatheAgain®
Cost Benefit Analysis(CBA)