Anda di halaman 1dari 134

FARMASI RUMAH SAKIT

THERAPEUTIC DRUG MONITORING


Dosen : SANUBARI RELA TOBAT, M. Farm, Apt

KELOMPOK 1
IZZATIL AULIA 2605002
FITRATUL WAHYUNI 2605006
DEWI WINDURI 2605011
ELA JULISNI MOLITA SARI 2605029
ELSA YULIZA 2605030
SINTA WISTARI 2605034
HESTI NOVELIA LUBIS 2605039
SINTIA PUTRI AYU 2605047
PROGRAM PROFESI APOTEKER
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2018
Pharmaceutical Care
• pertama kali dikenalkan oleh Heppler
dan Strand (1990), merupakan
pelayanan yang bertanggung jawab
terhadap terapi obat untuk tujuan
yang mencapai hasil tertentu dan
dapat meningkatkan kualitas hidup
pasien

Hepler dan Strand (1990) mengemukakan


bahwa tujuan pharmaceutical care adalah:
• Menyembuhkan penyakit
• Mengurangi gejala penyakit
• Memperlambat proses progresivitas penyakit
• Mencegah penyakit atau gejala penyakit
Pengertian

Pengertian Therapeutic Drug Monitoring (TDM) juga dikenal


dengan istilah Drug Therapy Monitor yang artinya adalah
Pengawasan terhadap kadar atau tingkatan obat didalam darah
(absorbs, distribusi, metabolisme) dalam rangka penyesuaian
dosis obat agar penggunaan obat dapat efektif dan aman.

Tujuan dan tugas dari TDM ini sendiri sebenarnya adalah


untuk mengukur kadar atau level obat yang ada di dalam darah,
dengan begitu, maka dosis obat yang efektif dalam darah dapat
ditentukan, sehingga dapat mencegah terjadinya keadaan toksik
atau keracunan obat di dalam tubuh.
Proses TDM

Proses TDM terdiri dari empat komponen utama


yang dimulai dan diakhiri dengan pelayanan pasien
(patient care). Komponen tersebut meliputi
1. pre analisis,
2. analisis,
3. post analisis dan
4. pengaturan lingkungan
B. Fungsi TDM

1. Memilih obat 10. Rancanga 11. Aturan dosis


n aturan dosis secara individual

2. Rancangan 12. Aturan dosis


aturan dosis 9. Rekomend didasarkan atas harga
asi khusus rata-rata populasi

3. Penilaian 8. Pemantauan 18. Pemberian


respon penderita 13. Penentuan
konsentrasi obat dosis pada
dosis penderita obese
dalam serum
4. Pengukuran
konsentrasi obat 14. Penentuan 17. Pemberian dosis
7. Penyesuaian
dalam serum frekuensi obat pada orabg usia
dosis pemberian obat lanjut

5. Penetapan 6. Penilaian 16. Pemberian


15. Penentuan
secara dosis obat pada
kadar obat rute pemberian bayi
farmakokinetik
D. Faktor yang mempengaruhi TDM

• Ada beberapa faktor yang mempengaruhi


dilakukannya TDM, antara lain :
1. Faktor yang berhubungan dengan profil obat
dalam darah
2. Faktor yang berhubungan dengan dasar
farmakokinetik
3. Faktor yang berhubungan dengan data
laboratorium
E. Target TDM
Jika penderita tidak memberikan reaksi terhadap terapi obat seperti yang diharapkan,
maka obat dan aturan dosis hendaknya ditinjau kembali dari segi kecukupan,
ketelitian, dan kepatuhan penderita. Dokter hendaknya menentukan perlu atau tidak
konsentrasi obat dalam serum penderita diukur, karena tidak semua respon penderita
dikaitkan dengan konsentrasi obat dalam serum. Contoh : alergi dan rasa mual ringan.
Bila “therapeutic window” suatu obat sempit, maka individualisasi dosis
menjadi sangat penting, karena perbedaan dosis yang kecil saja sudah dapat
menimbulkan perbedaan nyata dalam respon pasien.
Dalam beberapa kasus, patofisiologi penderita mungkin tidak stabil, apakah
membaik atau memburuk, misalnya klirens ginjal terhadap obat.

Pasien dengan penyakit tertentu yang dapat mempengaruhi


kadar obat di dalam darah.
Jika pasien menggunakan obat tertentu.
Ruang Lingkup Dan Faktor Klinik yang Mempengaruhi
Drugs Therapeutic Monitoring (TDM)

1. Ruang Lingkup
Sebenarnya Drugs Therapeutic Monitoring atau pengawasan
terhadap terapi obat erat kaitannya dengan ilmu
farmakokinetik, dimana farmakokinetika itu sendiri adalah
segala proses yang dilakukan tubuh terhadap obat berupa
absorpsi, distribusi, Metabolisme, (biotransformasi), dan
eksresi. dimana Tubuh kita dapat dianggap sebagai suatu
ruangan besar yang terdiri dari beberapa kompartemen
yang terpisah oleh membran - membran sel. Sedangkan
proses absorpsi distribusi dan eksresi obat dari dalam
tubuh pada hakekatnya berlangsung dengan mekanisme
yang sama, karena proses ini tergantung pada lintasan
obat melalui membran tersebut
• Membran sel terdiri dari suatu lapisan
lipoprotein ( lemak dan protein ) yang
mengandung banyak pori - pori kecil, terisi
dengan air. Membran dapat ditembus dengan
mudah oleh zat - zat tertentu, sukar dilalui zat
- zat lain, maka disebut semi permeabel. Zat -
zat lipofil (suka lemak) yang mudah larut
dalam lemak tanpa muatan listrik umumnya
lebih lancar melintasinya dibandingkan
dengan zat - zat hidrofil dengan muatan (Ion).
Adapun mekanisme pengangkutan obat untuk melintasi membran sel ada
dua cara yaitu :
a. Secara pasif ,
• Secara pasif artinya mekanisme pengangkutantanpa menggunakan energi.
• Filtrasi , melalui pori - pori kecil dari membran misalnya air dan zat - zat
hidrofil
• Difusi, zat melarut dalam lapisan lemak dari membran sel contoh ion
organic
b. Secara aktif,
• Secara aktif artinya mekanisme pengangkutannya menggunakan energi.
• Pengangkutan dilakukan dengan mengikat zat hidrofil (makromolekul atau
ion) pada enzim pengangkut spesifik. Setelah melalui membran, obat
dilepaskan lagi. Cepatnya penerusan tidak tergantung pada konsentrasi
obat.
• Contohnya : Glukosa, asam amino, asam lemak, garam garam, besi,
vitamin b1 , b2 , dan b12
2. Faktor Klinik yang mempengaruhi
Drugs Therapeutic Monitoring
a) Absorbsi
Proses absorpsi sangat penting dalam menentukan efek obat. Pada umumnya
obat yang tidak diabsorpsi maka tidak akan menimbulkan efek, Kecuali antasida
dan obat yang bekerja lokal. Proses absorpsi terjadi di berbagai tempat pemberian
obat, misalnya melalui alat cerna, otot rangka, kulit dan sebagainya.
Absorpsi juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :

1. Kelarutan obat.
2. Kemampuan difusi melintasi sel membran.
3. Konsentrasi obat.
4. Sirkulasi pada letak absorpsi.
5. Luas permukaan kontak obat.
6. Bentuk sediaan obat.
7. Cara pemakaian obat.
b) Distribusi
Obat setelah diabsorpsi oleh tubuh maka selanjutnya akan tersebar
melalui sirkulasi darah ke seluruh badan dan harus melalui membran sel
agar tercapai tepat pada efek aksi. Molekul obat yang mudah melintasi
membran sel akan mencapai semua cairan tubuh baik inta maupun ekstra
sel. sedangkan obat yang sulit menembus membran sel maka
penyebarannya umumnya terbatas pada cairan ekstra sel.

kadang - kadang beberapa obat mengalami kumulatif selektif pada


beberapa jaringan tertentu, karena adanya proses transpor aktif, pengikatan
dengan zat tertentu atau daya larut yang lebih besar dalam lemak. Kumulasi
ini digunakan sebagai gudang obat (yaitu protein plasma, umumnya
albumin, jaringan ikat dan jaringan lemak). selain itu ada beberapa tempat
lain misalnya tulang, organ tertentu, dan cairan transel yang dapat berfungsi
sebagai gudang untuk beberapa obat tertentu. Distribusi obat kesusunan
saraf pusat dan janin harus menembus sawar khusus yaitu sawar darah otak
dan sawar uri. Obat yang mudah larut dalam lemak pada umumnya mudah
menembusnya.
c) Metabolisme (biotransformasi)
Tujuan biotransformasi obat adalah mengubahnya dengan cara sedemikian rupa
sehingga menjadi bentuk yang mudah dieksresi oleh ginjal, dalam hal ini
menjadikannya lebih hidrofil. Pada umumnya obat dimetabolisme oleh enzim
mikrosom dan retikulum endoplasma sel hati. Pada proses metabiolisme molekul
obat dapat berubah sifat antara lain menjadi lebih polar, Metabolit yang lebih polar
ini menjadi mudah dieksresi melalui ginjal. Metabolit obat dapat lebih aktif dari obat
asal (bioaktivasi), tidak atau berkurang aktif (detoksifikasi atau bioinaktivasi) atau
sama aktifitasnya.

Proses metabolisme ini memegang peranan penting dalam mengakhiri efek obat.
Hal - hal yang dapat mempengaruhi metabolisme adalah sebagai berikut :
 Fungsi hati, metabolisme dapat berlangsung lebih cepat atau lebih lambat, sehingga
efek obat menjadi lebih lemah atau lebih kuat dari yang kita harapkan
 Usia, pada bayi proses metabolisme akan berjalan lebih lambat
 Faktor genetik (turunan), ada orang yang memiliki faktor genetik tertentu yang dapat
menimbulkan perbedaan khasiat obat pada pasien.
 Adanya pemakaian obat lain secara bersamaan, hal tersebut dapat mempercepat
metabolisme (inhibisi enzim).
d) Ekskresi
Pengeluaran obat maupun metabolitnya dari tubuh terutama
dilakukan oleh ginjal melalui air seni dan dikeluarkan dalam bentuk
metabolit maupun bentuk asalnya. disamping itu ada pula cara lain yaitu :
• Kulit, bersama keringat. Misal : paraldehid
• Paru - paru, dengan pernafasan keluar, terutama berperan pada
anestesi umum, anestesi gas atau anestesi terbang.
• Hati, melalui saluran empedu, terutama obat untuk infeksi saluran
empedu.
• Air susu ibu, Misalnya alkohol, obat tidur, nikotin dari rokok dan
alkaloida lain. Harus dioerhatikan karena dapatmenimbulkan efek
farmakologi atau toksik pada bayi.
• Usus. misalnya sulfa dan preparat besi.
Selain dipengaruhi oleh proses Absorpsi, Distribusi, Metabolisme,
dan Eksresi (ADME) pencapaian efek - efek obat didalam tubuh juga
dipengaruhi oleh Mekanisme Kerja dari obat tersebut, adapun Mekanisme
kerja obat itu sendiri terbagi dalam beberapa golongan sebagai berikut :
1. Secara fisika, Contohnya anestetik terbang, laksansia dan diuretik
osmotis.
2. Secara Kimia, misalnya antasida lambung dan zat - zat khelasi ( zat -
zat yang dapat mengikat logam berat)
3. Proses metabolisme, misalnya antibiotika mengganggu pembentukan
dinding sel kuman, sintesis protein, dan metabolisme asam nucleat.
4. Secara kompetisi atau saingan, dalam hal ini dapat dibedakan
menjadi dua macam kompetisi yaitu untuk reseptor spesifik dan
enzym - enzym.
Faktor faktor lain yang juga harus diperhatikan adalah :
a. Jika pasien tersebut juga mengkonsumsi obat - obat lain
secara bersamaan.
b. Jika ada penyakit lain yang juga diderita oleh pasien.
c. Serta kepatuhan pasien terhadap peraturan dalam
penggunaan obat sesuai dengan ketentuan dokter.
d. Cara - cara yang digunakan oleh laboratorium untuk
melakukan test atau uji coba untuk obat tersebut.
Karena begitu banyak faktor yang berbeda mempengaruhi tingkat
obat dalam darah, hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam TDM :
 Usia dan berat badan pasien
 Rute pemberian obat
 Tingkat penyerapan obat
 Laju ekskresi obat
 Tingkat pelepasan obat, dan dosis
 Obat lain yang pasien miliki atau pengobatan lain yang sedang
dijalani
 Penyakit lain yang pasien rasakan
 Kepatuhan pasien mengenai regimen pengobatan obat
 Metode laboratorium yang digunakan untuk menguji obat.
Tatalaksana pemantauan terapi obat

Seleksi Pasien

Pengumpulan Data Pasien

Identifikasi Masalah Terkait Obat

Rekomendasi Terapi

Rencana Pemantauan

Tindak Lanjut

Dokumentasi
Macam - Macam Efek Terapi Obat Di
Dalam Tubuh
Terapi kausal

Terapi
simptomatis

Terapi subtitusi
TOTAL PARENTERAL NUTRIEN (TPN)
DAN
IV- ADMIXTURE

MELFI INDRIANI (2605008)


RINA AFDIKA (2605012)
ANDI INDAHANA (2605016)
TARI ELVITA (2605021)
SUCI MARDIYAH (2605031)
DESI ANGGRAINI (2605035)
DINA MUNARTI (2605041)
SUCIA RAHMA PARAJA (2605046)
Total ParENtERal Nutrien (TPN)

Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk


pemberian nutrisi yang diberikan langsung
melalui pembuluh darah tanpa melalui
saluran pencernaan.
Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan
pada penderita dengan gangguan proses
menelan, gangguan pencernaan dan
absorbsi (Bozzetti, 1989; Baron, 2005; Shike
1996;Mahon, 2004; Trujillo, 2005).
Berdasarkan cara pemberian Nutrisi Parenteral
dibagi atas (ASPEN, 1995):

Nutrisi Parenteral Sentral.

Nutrisi Parenteral Perifer


Nutrisi Parenteral Sentral

Diberikan melalui central venous,bila


konsentrasi > 10% glukosa.
Subclavian atau internal vena
jugularis digunakan dalam waktu
singkat sampai < 4 minggu.
jika > 4 minggu,diperlukan
permanent cateter seperti implanted
vascular access device.
Nutrisi Parenteral Perifer

PPN diberikan melalui peripheral vena.


PPN digunakan untuk jangka waktu
singkat 5 -7 hari dan ketika pasien perlu
konsentrasi kecil dari karbohidrat dan
protein.
PPN digunakan untuk mengalirkan
isotonic atau mild hypertonic
solution.High hypertonic solution dapat
menyebabkan sclerosis,phlebitis dan
bengkak.
tujuan pemberian nutrisi parenteral

Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui intravena,


karena idak memungkinkannya saluran cerna untuk
melakukan proses pencernaan makanan

TPN digunakan pada pasien dengan luka bakar yang berat,


pancreatitis, inflammatory bowel syndrome, inflammatory
bowel disease, ulcerative colitis, acute renal failure,
hepatic failure, cardiac disease, pembedahan dan cancer

Mencegah lemak subcutan dan otot


digunakan oleh tubuh untuk melakukan
katabolisme energy

Mempertahankan kebutuhan nutrisi


Pemberian nutrisi parenteral secara rutin tidak direkomendasikan
pada kondisi-kondisi klinis sebagai berikut

Pasien-pasien kanker yang Penyakit-penyakit berat


sedang menjalankan terapi stadium akhir (end-stage
radiasi dan kemoterapi illness).

Pasien-pasien preoperatif yang Penyakit paru yang mengalami


bukan malnutrisi berat eksaserbasi

Pankreatitis akut ringan Luka bakar

Kolitis akut AIDS


1. Lemak
Preparat emulsi lemak yang beredar ada
dua jenis, konsetrasi 10% ( 1 k cal /mlk )
dan 20 % ( 2 k cal / ml ) dengan
osmolalityas 270 -340 m Osmol /L
sehingga dapat diberikan melalui perifer

Jenis Nutrisi Parenteral


Lanjutan...

2. karbohidrat
dosis aman dari masing-masing
karbohidrat :
Glukosa ( Dektrose ) : 6 gram / KgBB /Hari.
Fruktosa / Sarbitol : 3 gram / Kg BB/hari.
Xylitol / maltose : 1,5 gram /KgBB /hari.
Campuran GFX ( Glukosa ,Gfruktosa, Xylitol )
yang ideal secara metabolik adalah dengan
perbandingan GEX = 4:2:1
Lanjutan...

3. Protein/ Asam Amino

Pemberian protein / asam amino tidak


untuk menjadi sumber energi Karena itu
pemberian protein / asam amino harus
dilindungi kalori yang cukup, agar asam amino
yang diberikan ini tidak dibakar menjadi energi
(glukoneogenesis). Jangan memberikan asam
amino jika kebutuhan kalori belum dipenuhi
Lanjutan...

4. Mikronutrien dan Immunonutrien

Pemberian calsium, magnesium & fosfat didasarkan


kebutuhan setiap hari, masing-masing:
Calcium : 0,2 – 0,3 meq/ kg BB/ hari
Magnesium : 0,35 – 0,45 meq/ kg BB/ hari
Fosfat : 30 – 40 mmol/ hari
Zink : 3 – 10 mg/ hari
Tiga grup nutrient utama yang termasuk dalam
immunonutrient adalah:
Amino acids (arginine, glutamin, glycin )
Fatty acid.
Nucleotide.
IV- Admixture

Iv admixture adalah proses pencampuran


obat steril ke dalam larutan intravena
steril, menghasilkan suatu sediaan steril
yang bertujuan untuk pemberian secara
intravena. iv admixture dilakukan dengan
teknik aseptic
Metode pemberian Pemberian Nutrisi ParenteraL

1.Nutrisi
parenteral
parsial

pemberian sebagian kebutuhan nutrisi


melalui intravena. Sebagian kebutuhan
nutrisi harian pasien masih dapat di
penuhi melalui enteral. Cairan yang
biasanya digunakan dalam bentuk
dekstrosa atau cairan asam amino
2.Nutrisi
parenteral
total

pemberian nutrisi melalui jalur intravena


ketika kebutuhan nutrisi sepenuhnya harus
dipenuhi melalui cairan infus. Cairan yang
dapat digunakan adalah cairan yang
mengandung karbohidrat seperti Triofusin
E1000, cairan yang mengandung asam amino
seperti PanAmin G, dan cairan yang
mengandung lemak seperti Intralipid
3. Lokasi pemberian nutrisi secara
parenteral melalui vena sentral dapat melalui
vena antikubital pada vena basilika sefalika,
vena subklavia, vena jugularis interna dan
eksterna, dan vena femoralis. Nutrisi parenteral
melalui perifer dapat dilakukan pada sebagian
vena di daerah tangan dan kaki.
Tujuan pelayanan iv admixture

Menjamin muntu dan sterilitas


sediaan obat

Menghemat waktu perawat

Menurunkan angka kejadian


infeksi nosokomial

Ketepatan dosis

Penghematan biaya
Kegiatan iv admixture

Melarutkan obat-obat serbuk kering steril

Menyiapkan suntikan iv dalam 1 vial atau 1 ampul


ke dalam syringe ataupun kantong infuse

Menyiapkan suntikan iv dalam beberapa vial


ataupun beberapa ampul yang sama ke dalam
kantong infuse
Metode pemberian iv admixture

• diberikan dalam waktu lama,


Infuse kecepatan pemberial sangat
lambat, menghindari efek toksik,
berkelanjutan volumenya besar, efek terapinya
lama, obatnya stabil

• Untuk menggantikan obat dengan volume


besar dengan volume kecil yang sudah
Infuse mengandung obat, kira-kira 30 menit.
Penambahan via tube drip (obat dalam
intermitten syringe dimasukan dalam infuse set, lama
pemberian lebih singkat dibandingkan
injeksi bolus ke dalam vena)
Label iv admixture

Nama obat dan


Nama pasien, no Volume sediaan
jumlah larutan
MR, no ruangan akhir larutan
obat

Tanggal dan waktu Kecepatan infuse


Tanggal kadaluarsa
pemberian rata-rata

Petugas yang
Instruksi khusus
bertanggungjawab
Risiko Pemberian iv admixture

Infeksi akibat Adanya Adanya emboli


pendarahan akibat udara yang sampai
kontaminasi pencabutan kateter ke jantung

Adanya reaksi alergi


Pecahnya
karena efek obat Pyrogen
pembuluh darah
yang cepat

Adanya Terlepasnya
partikel obat dari Phlebitis dan iritan
ketidaktercampuran wadah ataukaret vena
obat penutup wadah
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT
(DRUG UTILITY EVALUATION)
Kelompok III:
1. Desrita Hafizah Putri(2605005)
2. Suci Indah Kartika (2605007)
3. Eka Welya Ningsih (2605018)
4. Sukma Yonnita (2605022)
5. Wenno Dwi Putri (2605024)
6. Yolanda Oktaviani (2605038)
7. Tia Mori (2605044)
8. Widya Septiani (2605048)
Evaluasi penggunaan obat
Alat jaminan mutu, yang
memantau dan
mengevaluasi penanganan
obat terhadap criteria/
Jika standar yang disetujui
diperlukan
Menganjurkan sebuah
perubahan dalam praktek untuk
meningkatkan kualitas,
keamanan, dan efektivitas biaya
peresepan
Langkah-langkah melaksanakan siklus DUE
• Pilih suatau obat atau lingkup terapeutik untuk DUE
• Sepakati tujuan, criteria terukur dan standar yang digunakan
untuk area target, jika hal ini belum diatur.
• Buat rancangan contoh lembaran pengumpulan data dan
panduan.
• Kumpulkan data resep untuk mengevaluasi praktek yang
sedang dilakukan terhadap standar
• Analisis data tersebut
• Evaluasi praktek terhadap standar
• Putuskan interfensi apa yang perlu diperkenalkan untuk
meningkatkan kepatuhan penulis resep terhadap criteria yang
disetujui dan rencana kerja
• Berikan edukasi kepada staf dan perkenalkan praktek untuk
membenarkan peresepan yang tidak sesuai
• Evaluasi pengaruh DUE
Program evaluasi penggunaan obat (EPO) di rumah sakit

proses
jaminan
mutu diotoris untuk
memastikan
yang dilaksan asi RS bahwa obat-
terstrukt akan obatan
digunakan
ur terus- dengan
aman, tepat,
menerus dan efektif
Manfaat Drug Utility Evaluation
• Menegaskan kualitas peresepan yang tepat, yang
berkenaan dengan
keamana, kemanjuran, dan biaya kepada
organisasi.
• Keuntungan keuangan dengan penurunan
penggunaan obat yang tidak tepat.
• Kualitas layanan farmasi klinis yang meningkat,
berkenaan dengan menargetkan aktivitas farmasi
klinis dan keuntungan edukasi.
• Komponen esensial dari audit klinis.
• Meningkatkan kredibilitas laporan pengeluaran
obat.
Tahap pelaksanaan evaluasi penggunaan
obat
• Penetapan penanggung jawab umumnya adalah panitia
farmasi dan terapi.
• Menilai pola penggunaan semua obat
• Menentukan obat obat khusus dan golongan obat untuk di
pantau dan dievaluasi.
• Pengembangan kriteria pengembangan obat
• Mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang diperoleh
dari berbagai sumber
• Mengevaluasi penggunaan obat yang dibandingkan dengan
kriteria
• Mengadakan tindakan perbaikan untuk solusi masalah dan
perbaikan penggunaan obat
• Menilai efektivitas tindakan perbaikan dan dokumentasi
perbaikan
• Mengkomunikasikan hasil yang diperoleh kepada organisasi
Tanggung jawab apoteker
• mengadakan koordinasi kegiatan bekerja sama staf medik
• menyiapkan standar penggunaan obat bekerja sama dengan
staf medik dan staf profesional lain
• mengkaji order obat yang dibandingkan standar penggunaan
obat dan berkonsultasi dengan dokter penulis resep jika
diperlukan.
• Mengumpulkan data kuantitatif penggunaan obat mencakup
jumlah obat, biaya pengobatan, pola penulisan resep dan
jenis penderita
• Menginterpretasikan dan melaporkan temuan evaluasi kepada
PFT, staf jaminan mutu dan unsur pimpinan rumah sakit serta
staf profesional lain untuk merekomendasikan perubahan
dalam kebijakan dan prosedur penggunaan obat.
Evaluasi penggunaan obat ditinjau dari
aspek

tepat indikasi

tepat obat

tepat pasien

tepat dosis

Frekuensi pemberian
Komponen aktif dalam melakukan
pemantauan penggunaan obat

Pengawasan dan pengendalian


terhadap mutu penggunaan obat,
pencatatan, serta pelaporannya
Membina dan membimbing pelaksanan
pengobatan agar senantiasa meningkatkan
kemampuan dan keterampilan mereka
dalam rangka pemakaian obat yang
rasional, serta membantu memecahkan
permasalahan yang dihadapi di lapangan
Program evaluasi obat dibagi menjadi 4 fase

Perencana
an
pengumpul
an data

evaluasi
intervensi dan
evaluasi
program.
Cara
Pemantauan langsung
Dan Evaluasi
Penggunaan tidak langsung.
Obat
Pemantauan secara langsung
• Dilakukan dengan mengamati
proses pengobatan mulai dari
anamnesis, pemeriksaan,
peresepan, hingga penyerahan
obat ke pasien.

• Pemantauan dengan cara ini


dapat dilakukan secara berkala
pada waktu waktu yang tidak
diberitahukan sebelumnya,
sehingga diperoleh gambaran
nyata mengenai praktik
Komponen Pemantauan Penggunaan Obat

• Kecocokan antara gejala, diagnosis dan jenis pengobatan


yang diberikan.
• Kesesuaian antara pengobatan yang diberikan dengan
pedoman pengobatan yang ada.
• Pemakaian obat tanpa indikasi yang jelas
• Praktek polifarmasi untuk keadaan yang sebenarnya
cukup hanya diberikan satu atau 2 jenis obat.
• Ketepatan indikasi.
• Ketepatan jenis, jumlah, cara dan lama pemberian
(didasarkan pada pedoman pengobatan yang ada).
• Kesesuaian obat dengan kondisi pasien
Pemantauan secara tidak langsung
Pemantauan secara tidak langsung dapat dilakukan melalui :
a. Dari kartu status
pasien
Kecocokan dan ketepatan antara :
- Gejala dan tanda yang ditemukan selama anamnesis dan
pemeriksaan, dengan
- Diagnosis yang dibuat dalam kartu status penderita, serta
- Pengobatan (terapi) yang diberikan (termasuk jenis,
jumlah, dan cara pemberian obat).
b. Dari buku register
pasien
1. jumlah kasus yang pengobatannya tidak sesuai dengan
standar
2. Over prescribing dari antibiotik dan pemakaian suntikan.
Kegiatan Pemantauan Dan Evaluasi

1. Pencatatan dan Pelaporan


2. Monitoring dan Evaluasi Indikator
Peresepan
3. Pengumpulan Data Peresepan
4. Pemantauan Obat Generik (OG)
RATIONAL DRUG USE
Kelompok IV
Yulia Saputri (2605003)
Elhas Adelse Nameza (2605010)
Siska Jumiati (2605019)
Rezania Rizal (2605025)
Nur’aini Rahmi (2605033)
Yuni Afio Sensia (2605036)
Yana Irpiani (2605040)
Siska Fitria (2605044)
LATAR BELAKANG
• Peresepan obat yang rasional sangat didambakan berbagai
pihak, baik oleh dokter, apoteker, maupun pasien, sehingga
diperoleh peresepan obat yang efektif dan efisien.

• Pemberian obat yang aman, bermutu dan bermanfaat adalah


tujuan utama dalam pengobatan pasien. Untuk menjamin
obat yang aman, bermutu dan bermanfaat maka penggunaan
obat yang rasional merupakan bagian yang terpenting yang
perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan terutama oleh
tenaga farmasis.

• Penggunaan obat yang tidak rasional dapat menimbulkan


dampak morbiditas dan mortalitas yang serius, terutama
pada pasien anak dengan infeksi dan pasien dengan
penyakit kronis.
PENGGUNAAN OBAT YANG
RASIONAL
Definisi:
Menurut WHO 1985, Penggunaan obat yang
rasional adalah apabila pasien menerima obat
yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk
periode waktu yang adekuat dan dengan harga
yang paling murah untuk pasien dan
masyarakat
TUJUAN
Untuk menjamin pasien mendapatkan
pengobatan yang sesuai dengan
kebutuhannya, untuk periode waktu
yang adekuat dengan harga yang
terjangkau.
KRITERIA
1. Tepat 6. Tepat cara 7. Tepat lama
diagnosis pemberian pemberian

8. Tepat
2. Tepat
5. Tepat dosis interval waktu
pemilihan obat
pemberian

3. Tepat 4. Tepat
9. Waspada ES
Indikasi pasien
12. Obat yg
digunakan harus
10. Tepat harga 11. Tepat nformasi
efektif & aman dg
mutu terjamin

15. Pasien patuh


13. Tepat tindak 14. Tepat
terhadap perintah
lanjut (follow-up) penyerahan obat
pengobatan
Penggunaan Obat yang Tidak Rasional
• Ciri-ciri penggunaan obat yang tidak rasional :

1. Peresepan berlebih (overprescibing)

2. Peresepan kurang (underprescribing)

3. Peresepan majemuk (multiple prescribing)

4. Peresepan salah (Incorrect prescribing)


Dampak penggunaan obat yang tidak rasional :
• Dampak pada mutu pengobatan & pelayanan
1

• Dampak terhadap biaya pengobatan


2

• Dampak terhadap kemungkinan efek samping dan efek lain yg


3 tidak diharapkan

• Dampak terhadap mutu ketersediaan obat


4

• Dampak injeksi
5
Upaya untuk mengatasi masalah
penggunaan obat yg tidak rasional:

2. Upaya
1. Upaya 3. Intervensi
peningkatan
pendidikan regulasi
pengelolaan
INDIKATOR OBAT YANG
1. Indikator inti:
RASIONAL
 Indikator peresepan
 Indikator pelayanan
 Indikator fasilitas
2. Indikator tambahan:
• Persentase pasien yang diterapi tanpa obat.
• Rerata biaya obat tiap peresepan.
• Persentase biaya untuk antibiotik.
• Persentase biaya untuk suntikan.
• Peresepan yang sesuai dengan pedoman pengobatan.
• Persentase pasien yang puas dengan pelayanan yang
diberikan.
• Persentase fasilitas kesehatan yang mempunyai akses
kepada informasi yang obyektif.
Pemantauan & Evaluasi Penggunaan
Obat yang Rasional
• Tujuan pemantauan penggunaan obat yang rasioanl
• Hal-hal yang perlu dipantau dalam penggunaan obat
yang rasional
Kecocokan antara gejala (symstoms), diagnosis dan
pengobatan yang diberikan.
Kesesuaian pengobatan yang diberikan dengan
pengoabatan yang ada
Pemakaian obat tanpa indikasi yang jelas
Praktek polifarmasi
Ketepatan indikasi
Ketepatan jenis, jumlah, cara dan lama pemberian
Kesesuain obat dengan kondii pasien
• Monitoring dan evaluasi
Indikator peresepan
Ada 4 parameter utama yang akan dinilai dalam
monitoring dan evaluasi penggunaan obat yang
rasional adalah:
• Penggunaan standar pengobatan
• Proeses pengobatan (penerapan SOP)
• Ketepatan diagnostik
• Ketepatan pemilihan intervensi pengobatan
Pengumpulan data peresepan
Cara pengisian
Pengolahan/penyajian data
Pengiriman laporan
PRODUKSI DAN KONTROL
KUALITAS
Kelompok 5

Lativa Susanti 2605009


Helen Sonita 2605013
Musdalifah 2605023
Rella Silvia 2605026
Sisca Pebriyanti 2605027
Rozi Efendi 2605028
Rahmadani Putri 2605037
Meindika Dwi Haryanti 2605049
Pendahuluan
• Standar pelayanan farmasi rumah sakit
(KEPMENKES RI NO.
1197/MENKES/SK/X/2004) produksi
merupakan kegiatan membuat,
merubah bentuk, dan pengemasan
kembali sediaan farmasi steril atau
nonsteril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Cont…
• Seksi produksi adalah seluruh
rangkaian kegiatan dalam
menghasilkan suatu obat yang
meliputi pembuatan obat mulai dari
pengadaan bahan awal, proses
pengolahan, pengemasan sampai
obat jadi siap didistribusikan
Dalam proses produksi dilakukan berbagai
tahap mencakup antara lain:

• Desain dan pengembangan produk


• Pengadaan
• Perencanan
• pengembangan proses
• Produksi
• pengujian akhir
• Pengemasan
• Penyimpanan
• sampai dengan penghantaran produk tersebut pada
penderita/profesional kesehatan
Tujuan perencanan
produksi obat adalah
merencanakan produksi
obat yang sesuai dan
kebutuhan rumah sakit
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam
memutuskan tepat tidaknya produksi lokal di rumah
sakit antara lain:

rancangan sumber seleksi


kapasitas produksi produksi

harga pengontrol persediaan


produk an kualitas produksi
Kriteria obat yang
diproduksi:
1. Sediaan farmasi dengan formula khusus
2. Sediaan farmasi dengan harga murah
3. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil
4. Sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran
5. Sediaan farmasi untuk penelitian
6. Sediaan nutrisi parenteral
7. Rekonstruksi sediaan obat kanker
Tugas Pokok Produksi Farmasi Rumah Sakit

• Perencanaan produksi
• Usulan pengadaan bahan baku
• Proses produksi
• Distribusi hasil produksi
• Pencatatan dan pelaporan
• Evaluasi
Proses produksi untuk menghasilkan anggaran yang tepat selama
produksi harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut

Persediaan dan tingkat pemakaian produk


jadi
Persyaratan bahan
Kepastian produksi
Peralatan produksi dan sumber-sumbernya
Tenaga produksi
Biaya operasi
• Kegiatan produksi dilakukan oleh sub
instalasi produksi farmasi
Persyaratan sub instalasi produksi

o Ruang cuci alat/botol


o Ruang non steril
o Ruang penyimpanan/produk aquadest
o Ruang smi-steril
o Ruang autoclave (berdekatan dengan filtrasi)
o Ruan administrasi kepala
o Ruang locker
o Ruang laboratorium internal
o Ruang toilet
Kegiatan produksi yang dilakukan oleh
sub instalasi produksi farmasi

Produk Obat
Steril

Produk Obat
Nonsteril
Kegiatan produksi steril yang akan dilakukan
sub instalasi produksi farmasi antara lain:

Total Parenteral Nutrition (TPN)

IV admixture atau pencampuran obat-obat suntik.

Obat Sitostatika
Bagian Produksi Steril

Produksi Aqua Destilata Steril


Produksi Infus/Obat Suntik Steril
Penyiapan Nutrisi Parenteral
Pencampuran Obat Steril
Penyiapan obat-obat
kanker/sitostatika/obat anti
neoplastik
Kegiatan yang dilakukan dalam
produksi non steril yaitu

pembuatan

pengenceran
Pengemasan
kembali
Perusahaan farmasi biasa menjalankan produksi
yang sangat sederhana atau dapat pula membuat
produk yang berbeda tingkat kompleksitasnya, studi
feasibilitas ini harus memperhatikan:

Gedung dan
personil Sumber air
bangunan fisik

peralatan dokumentasi
PENGEMASAN KEMBALI DAN
PEMBERIAN ETIKET
• pengemasan dan atau pengemasan kembali obat
sediaan farmasi dan pengemasan unit tunggal/dosis
yang merupakan salah satu bentuk produksi obat.
Pengemasan obat adalah salah satu metode
ekonomis yang memberikan kenyamanan,
identifikasi, penyajian dan perlindungan terhadap
suatu sediaan obat sampai dikonsumsi.
Macam-macam jenis pengemas
jenis pengemasan yang pertama
jenis pengemasan yang kedua
jenis pengemasan yang ketiga
jenis pengemasan yang keempat
Fungsi utama kemasan adalah seperti tertera di bawah
ini:

• 1. Fungsi pokok dari suatu kemasan obat


• 2. Perlindungan
• 3. Memberi identitas terhadap isinya secara lengkap
dan tepat.
• 4. Membolehkan isinya dapat digunakan dengan
cepat, mudah, dan aman
Jenis Pengemasan Kembali Berdasarkan
Jangka Waktu Penggunaan antara lain:
 Pengemasan Kembali Ekstemporer
 Pengemasan Kembali Bets
Pengemasan Kembali Berdasarkan Jumlah Dosis
Per Kemasan antara lain:

Kemasan Kemasan
Dosis Unit Selama
Terpakai
Pengoperasian Pengemasan
Awal

• Pengemasan dalam jumlah kecil


tidak memerlukan pegawai, area,
dan peralatan khusus.
Pengemasan dapat dilakukan
oleh staf apoteker dengan
pembantu paruh waktu.
Peralatan Pengemasan Kembali
• Peralatan yang dipergunakan dalam proses
pengemasan kembali harus dirancang dengan
tepat, ukurannya cukup, lokasinya
memudahkan jalannya proses pengemasan,
dan mempermudah proses pembersihan dan
perawatannya
Pengemasan Obat Sediaan
Tunggal

• Kemasan tunggal adalah salah satu


kemasan dalam sediaan farmasi
seperti tablet, kapsul, atau kemasan
2 ml volume cairan.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
FARMAKOEKO
NOMI

NAMA KELOMPOK VI
ANTON (26
05 001)
DIRA ARIESKA (26 05 004)
FERENZIA OKTARIHARDI (26 05 014)
CHIKA FRICYA RAMADANI (26 05 015)
ELSY CITRA DEVIANA (26 05 017)
M. FADHEL ADZHARI (26 05 020)
HARRINDA MAULANA (26 05 032)
MELONA SISKA (26 05 042)
AULIA HAYATI SYAFNUR (26 05 045)

)
Pengertian Farmakoekonomi

• Farmakoekonomik merupakan salah satu cabang dalam


bidang farmakologi yang mempelajari mengenai
pembiayaan pelayanan kesehatan, dimana pembiayaan
dalam hal ini mencakup bagaimana mendapatkan terapi
yang efektif, bagaimana dapat menghemat pembiayaan,
dan bagaimana dapat meningkatkan kualitas hidup.
• Farmakoekonomik (pharmacoeconomics) adalah suatu
metoda baru untuk mendapatkan pengobatan dengan
biaya yang lebih efisien dan serendah mungkin tetapi
efektif dalam merawat penderita untuk mendapatkan hasil
klinik yang baik (cost effective with best clinical outcome).
Manfaat dan Kekurangan

Kekurangan
Manfaat Farmakoekonomi Farmakoekonomi
• Memberikan pelayanan • Untuk mendapat manfaat
farmakoekonomi secara maksimal
maksimal dengan harga diperlukan edukasi yang baik bagi
terjangkau praktisi medik dan masyarakat.
Bagi dokter memperdalam ilmu
• Angka kesembuhan farmakologi dan memberkan obat
meningkat, angka berdasarkan Evidence Base
medicine dari penyakit. Bagi
kesehatan meningkat dan masyarakat dengan meningkatkan
angka kematian menurun pendidikan formal dan informal.
• Diperlukan peran pemerintah
• menghindari tuntutan dari membuat regulasi obat- obat
pasien dan asuransi generik yang bermutu untuk
digunakan dalam pelayanan
terhadap dokter dan kesehatan.
Rumah Sakit karena • Tidak selamanya 4 evaluasi dapat
pengobatan yang mahal. berjalan bersamaan.
Prespektif dalam
Farmakoekonomi

Masyarakat Kelembagaan Individu


(societal) (instutional) (individual)
Metode Analisis
Farmakoekonomi Full Economic

Cost Cost
Minimization Effectiveness
Analysis(CMA) Analysis(CEA)

Cost Benefit Cost Utility


Analysis(CBA) Analysis(CUA)
Cost Minimization Analysis(CMA)

Cost Minimization
Analysis adalah tipe analisis
yang menentukan biaya
program terendah dengan
asumsi besarnya manfaat yang
diperoleh sama. Analisis ini
digunakan untuk menguji biaya
Conto
h
Kasus
Cost Effectiveness Analysis(CEA)
• Cost effectiveness analysis merupakan
salah satu cara untuk menilai dan memilih
program terbaik bila terdapat beberapa
program berbeda dengan tujuan yang
sama untuk dipilih. Kriteria penilaian
program mana yang akan dipilih adalah
berdasarkan total biaya dari masing-
masing alternatif program sehingga
program yang mempunyai total biaya
terendahlah yang akan dipilih oleh para
Contoh Kasus
Asma merupakan penyakit kronis yang
ditandai oleh bronkokonstriksi [penyempitan
saluran nafas]. Inhalasi kortikosteroid telah menjadi
cara pengobatan rutin. Tetapi, pengobatan inhalasi
kortikosteroid tunggal kadang tidak cukup efektif
untuk mengontrol gejala asma. Dua pengobatan
baru digunakan sebagai terapi penunjang, yaitu
BreatheAgain® dan AsthmaBeGone®.
• Pada kasus ini akan dibandingkan efektivitas-
biaya pengobatan dari:
• Pemberian inhalasi kortikosteroid tunggal
• Pemberian kombinasi inhalasi kortikosteroid +
BreatheAgain®
Cost Benefit Analysis(CBA)

Cost benefit analisis merupakan tipe


analisis yang mengukur biaya dan manfaat
suatu intervensi dengan ukuran moneter dan
pengaruhnya terhadap hasil perawatan
kesehatan. Dapat digunakan untuk
membandingkan perlakuan yang berbeda
untuk kondisi yang berbeda.
Kekurangan dari analisis ini adalah
Contoh Kasus

Contoh dari cost benefit analisis


adalah membandingkan program
penggunaan vaksin dengan program
perawatan suatu penyakit. Pengukuran
dapat dilakukan dengan menghitung
jumlah episode penyakit yang dapat
dicegah, kemudian dibandingkan dengan
Cost Utility Analysis(CUA)

• Cost utility analysis merupakan tipe


analisis yang membandingkan biaya
terhadap program kesehatan yang
diterima dihubungkan dengan peningkatan
kesehatan yang diakibatkan perawatan
kesehatan.
• Dalam cost utility analysis, peningkatan
kesehatan diukur dalam bentuk
penyesuaian kualitas hidup (quality
adjusted life years, QALYs) dan hasilnya
Cost utility ini diperkirakan antara rasio
dari harga yang menyangkut intervensi
kesehatan dan keuntungan yang dihasilkan
dalam bagian itu yang dihitung dari jumlah
orang yang hidup dengan kesehatan penuh
sebagai hasil dari penyembuhannya. Hal ini
menyebabkan cost utility dan cost effectiveness
saling berhubungan dan timbal balik
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai