Anda di halaman 1dari 25

Dosen Pembimbing ; A.M Fahrurrozi, S.Psi, M.

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAKWAH DAN ADAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN
BANTEN
2017
Di Susun Oleh Kelompok 1 :
 Nur Alfin Bintang Perkasa ( 161330046 )
 Aldi Madagi (161330066)
 Sopiatul Khorisoh (161330063)
 Ulfiyah Nuraini (161330051)
 Eneng Yanti Yana (161330058)
Tema Yang Akan Kita Bahas Pada Kesempatan Ini Adalah...
Materi Yang akan kita sampaikan :

Referensi;
 Walgito, B., Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta, Andi, 2004
 Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar Jakarta: Rajawali Pers, 2013
A. PENGANTAR

“ Living is Learning “, merupakan sepenggal kalimat yang


dikemukakan oleh Havighurst (1953). Dengan kalimat tersebut
memberikan suatu gambaran bahwa belajar merupakan hal yang
sangat penting, sehingga tidaklah mengherankan bahwa banyak
orang ataupun ahli yang membicarakan masalah belajar. Hampir
semua pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku manusia
dibentuk, diubah dan berkembang melalui belajar. Kegiatan
belajar dapat berlangsung di mana dan kapan saja, di rumah, di
sekolah, di pasar, di toko, di masyarakat luas, pagi, sore, dan
malam. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa belajar
merupakan masalah bagi setiap manusia .
B. PENGERTIAN BELAJAR
Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan
manusia sehari-hari. Karena telah sangat dikenal mengenai
belajar ini, seakan-akan orang telah mengetahui dengan
sendirinya apakah yang dimaksud dengan belajar itu. Tetapi
kalau ditanyakan kepada diri sendiri, maka akan termenunglah
untuk mencari jawaban apakah sebenernya yang dimaksud
denga belajar itu. Kemungkinan besar jawaban yang
bermacacam-macam, demikian pula kalangan para ahli.
Esensi yang dianggap oleh masing-masing ahli mungkin dapat
sama tetapi dalam memberikan formulasi batasannya sukar
untuk mencapai kesamaan yang mutlak. Cukup banyak definisi
mengenai belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli. Seperti
yang dikemukakan oleh Skinner (1958:199) yang menyatakan
bahwa “Countless definition of learning has been given”.
Untuk memberikan gambaran mengenai hal tersebut dapat
dikemukakan beberapa definisi yang dikemukakan oleh
beberapa orang ahli sebagai berikut.

Skinner (1958:199) memberikan definisi belajar “Learning is a


process progressive behavior adaption”. Dari definisi tersebut
dapat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses
adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa
sebagai akibat dari belajar adanya sifat progresivitas, adanya
tendensi ke arah yang lebih sempurna atau lebih baik dari
keadaan sebelumnya.
Morgan, dkk. (1984:112) memberikan definisi mengenai belajar
“Learning can be defined as any relatively permanent change in
behavior which occurs as a result of practice or experience”. Hal
yang muncul dalam definisi ini ialah bahwa perubahan perilaku
atau performance itu relatif permanen. Di samping itu juga
dikemukakan bahwa perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar
karena latihan (practice) atau karena pengalaman (experience).
Pada pengertian latihan dibutuhkan usaha dari individu yang
bersangkutan, sedangkan pada pengertian pengalaman usaha dari
tersebut tidak tentu diperlukan. Ini mengandung arti bahwa
dengan pengalaman seseorang atau individu dapat berubah
perilakunya, disamping perubahan itu dapat disebabkan oleh
karena latihan.
Bertitik tolak dari hal-hal tersebut dapat dikemukakan beberapa
hal mengenai belajar sebagai berikut:

 Belajar merupakan suatu proses, yang mengakibatkan adanya


perubahan perilaku (change behavior or performance). Ini
berarti sehabis belajar individu mengalami perubahan dalam
perilakunya. Perilaku dalam arti yang luas dapat overt behavior
atau innert behavior. Karena itu perubahan itu dapat dalam
segi kogniftif, efektif, dan dalam segi psikomotor.
 Perubahan perilaku itu dapat aktual, yaitu yang menampak,
tetapi juga dapat bersifat potensial, yang tidak menampak
pada saat itu, tetapi akan nampak di lain kesempatan.
 Perubahan yang disebabkan karena belajar itu bersifat relatif
permanen, yang berarti perubahan itu akan bertahan dalam
waktu yang relatif lama. Tetapi perubahan itu tidak akan
menetap terus menerus, sehingga pada suatu waktu hal tersebut
dapat berubah lagi sebagai akibat belajar.
 Perubahan perilaku baik yang aktual maupun yang potensial
yang merupakan hasil belajar, merupakan perubahan yang
melalui pengalaman atau latihan. Ini berarti bahwa perubahan
itu bukan terjadi karena faktor kematangan yang ada pada diri
individu, bukan karena faktor kelelahan dan juga bukan karena
faktor temporer individu seperti keadaan sakit serta pengaruh
obat-obatan. Sebab faktor kematangan, kelelahan, keadaan sakit
dan obat-obatan dapat menyebabkan perubahan perilaku
individu, tetapi perubahan itu bukan karena faktor belajar.
C. BELAJAR SEBAGAI SUATU PROSES

Dari bermacam-macam definisi yang telah dipaparkan bahwa


pada umumnya para ahli melihat belajar itu sebagai suatu
proses. Prosesnya sendiri tidak menampak, yang tampak adalah
hasil dari proses. Karena belajar merupakan suatu proses, maka
dalam belajar adanya masukan, yaitu yang akan diproses dan
adanya hasil dari proses tersebut. Apabila hal ini digambarkan,
maka akan didapati skema sebagai berikut.
Dari bagian tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar
merupakan sesuatu yang terjadi dalam diri individu yang
disebabkan karena latihan atau pengalaman, dan hal ini
menimbulkan perubahan dalam perilaku, ini berarti bahwa
proses belajar merupakan intervening variable yang merupakan
penghubung atau pengkait antara independent variable dengan
dependent variable, seperti yang digambarkan oleh Hergenhahn
dan olson (1997:3).

Dengan demikian akan jelas bahwa proses belajar itu sendiri


terdapat dalam diri individu yang belajar, yang kemudian
menghasilkan perubahan dalam perilakunya.
D. BELAJAR SEBAGAI SUATU SISTEM
Banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar. Masukan
apabila dianalisis lebih lanjut, akan didapati beberapa jenis
masukan, yaitu masukan mentah (raw input), masukan
instrumen (instrumental input) dan masukan lingkungan
(environmental input). Semua ini berinteraksi dalam proses
belajar, yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar.
Apabila salah satu faktor terganggu, maka proses akan terganggu
dan hasil belajar juga akan terganggu. Masing-masing faktor
tersebut saling kait-mengkait satu dengan yang lain, karenanya
belajar itu merupakan suatu sistem. Apabila masukan
instrumental terganggu, maka proses akan terganggu, dan hasil
akan terganggu.
Apabila hal tersebut digambarkan, maka akan terdapat gambar
atau skema sebagai berikut:
Masukan
instrumental

Masukan Proses Hasil


mentah

Masukan
Lingkungan

Dalam masalah belajar pada umumnya yang menjadi persoalan ialah bertitik
dari hasil belajar. Apabila hasil belajar baik, maka pada umumnya tidak akan
menimbulkan masalah. Tetapi sebaliknya apabila hasil belajar tidak
memuaskan, persoalan akan segera timbul. Karena itu dalam belajar, pada
umumnya orang akan melihat terlebih dahulu atau sebagai titik tolaknya
adalah hasil belajar. Setelah hasil belajar, orang akan melihat bagaimana
prosesnya dan kemudian bagaimana masukannya.
E.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa


dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:
1. faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni
keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
2. faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi
lingkungan di sekitar siswa.
3. faktor pendekatan belajar (approachto learning), yakni jenis
upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran
materi-materi pelajaran.
1. Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua
aspek, yakni:
1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
2) aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).

 Aspek Fisiologis, kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan


otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang
lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat
menurunkan kualitas tanah cipta (kognitif) sehingga materi
yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.
 Aspek Psikologis, banyak faktor yang termasuk aspek psikologis
yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan
pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah
siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah
sebagai berikut:
1. Tingkat kecerdasan / intelegnsi siswa
2. Sikap siswa
3. Bakat siswa
4. Minat siswa
5. Motivasi siswa
F. Ragam-ragam Belajar
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan
yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan lainnya,
baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek
tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan.
Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia
pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang
juga bermacam-macam.
 Ragam Abstrak, ialah belajar yang menggunakan cara-cara
berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh
pemahaman dan pemecehan masalah-masalah yang tidak
nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan
peranan akal yang kuat disamping penguasaan atas prinsip,
konsep, dan generalisasi.
 Ragam Keterampilan, adalah belajar dengan menggunakan
gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan
urat-urat syaraf dan otot-otot. Tujuannya memperoleh dan
menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar
jenis ini latihan-latihan intensif dan teratur amat diperlukan.
 Ragam Sosial, belajar sosial pada dasarnya adalah belajar
memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk
memecahkan masalah tersebut.
 Ragam Pemecahan Masalah, belajar pemecahan masalah pada
dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah
atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti.
 Ragam Rasional, belajar rasional ialah belajar dengan
menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan sistematis
(sesuai dengan akal sehat).
 Ragam Kebiasaan,adalah proses pembentukan kebiasaan-
kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang
telah ada.
 Ragam Apresiasi, adalah belajar mempertimbangkan arti
penting atau nilai suatu objek.
 Ragam Pengetahuan, belajar pengetahuan ialah belajar
dengan cara melakukan penyelidikan mendalam tehadap
objek pengetahuan tertentu.
G. Arti Penting Belajar

Belajar adalah key term, ‘istilah kunci’ yang paling vital dalam
setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya
tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir
selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu
yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi
pendidikan dan psikologi belajar. Karena demikian pentingnya
arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen
psikologi belajar pun diarahkan pada tercapainya pemahaman
yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan
manusia itu.
1. Arti Penting Belajar Bagi Perkembangan Manusia

Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan


dan makna yang terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh
kemampuan berubah karena belajarlah, maka manusia dapat
berkembang lebih jauh dari pada makhluk- makhluk lainnya,
sehingga ia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah
Tuhan di muka bumi. Boleh jadi, karena kemampuan
berkembang melalui belajar itu pula manusia secara bebas dapat
mengeksplorasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan
penting untuk kehidupannya.
2. Arti Penting Belajar Bagi Kehidupan Manusia

Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan


kehidupan sekelompk umat manusia (bangsa) di tengah-tengah
persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya
yang lebih maju karena belajar. Akibat persaingan tersebut,
kenyataan tragis bisa pula terjadi karena belajar.
Contohnya, tidak sedikit orang pintar yang menggunakan
kepintarannya untuk membuat orang lain terpuruk atau bahkan
menghancurkan kehidupan orang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai