Menurut Potter & Perry (2005) hospitalisasi adalah
pengalaman yang penuh tekanan, utamanya
karena perpisahan dengan lingkungan normal dimana orang lain berarti, seleksi perilaku koping terbatas, dan perubahan status kesehatan. Hospitalisasi merupakan proses karena suatu alasan yang terencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi & perawatan sampai dipulangkan kembali ke rumah. Perasaan yang sering muncul pada anak : cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah. Bila anak stress maka orang tua juga menjadi stress danakan membuat stress anak semakin meningkat (Supartini, 2000). 1. Cemas karena Perpisahan (separation anxiety) 2. Kehilangan kendali (loss of control) 3. Injury dan nyeri pada tubuh 4. Isolasi 5. Perubahan gambaran diri 6. Privasi yang terhambat 7. Rasa takut ANAK 1. Masa bayi (0-1 tahun) - Dampak perpisahan, usia anak >6 bulan terjadi stanger anxiety (cemas) - Menangis keras - Pergerakan tubuh yang banyak - Ekspresi wajah yang tidak menyenangkan
2. Masa todler (2-3 tahun)
- Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon perilaku anak dengan tahapnya. - Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain - Putus asa menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat bermain, sedih, apatis. - Pengingkaran / denial - Mulai menerima perpisahan 3. Masa prasekolah (3-6 tahun) - Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman, sehingga menimbulkan reaksi agresif. - Menolak makan - Sering bertanya - Menangis perlahan - Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan 4. Masa sekolah (6-12 tahun) - Perawatan di rumah sakit memaksakan ; - Meninggalkan lingkungan yang dicintai - Meninggalkan keluarga - Kehilangan kelompok sosial, sehingga menimbulkan kecemasan 5. Masa remaja (12-18 tahun) - Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Reaksi yang muncul ; - Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan - Tidak kooperatif dengan petugas - Bertanya-tanya - Menarik diri KELUARGA Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi dan perasaan yang muncul dalam hospitalisasi: 1. Berbagai macam perasaan muncul pada orang tua yaitu : takut, rasa bersalah, stress dan cemas (Halsom and Elander, 1997) 2. Rasa takut pada orang tua selama anak di RS terutama pd kondisi sakit anak yang terminal, karena takut kehilangan anak yang dicintainya dan adanya perasaan berduka (Brewis, 1995). 3. Perasaan orang tua tidak boleh diabaikan karena apabila orang tua merasa stress, hal ini akan membuat ia tidak dapat merawat anaknya dengan baik dan akan menyebabkan anak menjadi semakin stress (Supartini, 2000). Dampak Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyaknya faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru, maupun lingkungan keluarga yang mendampingi selama perawatan. Keluarga sering merasa cemas dengan perkembangan keadaan anaknya, pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak bersifat langsung terhadap anak, secara fisiklogis anak akan merasakan perubahan perilaku dari orang tua yang mendampingi selama perawatan (Marks, 1998). Anak menjadi semakin stres dan hal ini berpengaruh pada proses penyembuhan, yaitu menurunnya respon imun. Hal ini telah dibuktikan oleh Robert Ader (1885) bahwa pasien yang mengalami kegoncangan jiwa akanmudah terserang penyakit, karena pada kondisi stress akan terjadi penekanan sistem imun (Subowo, 1992). Menurut Asmadi (2008, hal : 36) secara umum hospitalisasi menimbulkan dampak pada lima aspek yaitu 1. Privasi 2. gaya hidup 3. otonomi diri 4. peran 5. dan ekonomi. Menejemen asuhan keperawatan untuk balita 1. Berikan asuhan keperawatan yang konsisten 2. Menyayi dan berbicara dengan bayi 3. Sentuh, pegang, gendong bayi dan terus berinteraksi selama prosedur 4. Anjurkan interaksi dengan orang tua : rooming in, orang tua bicara dengan anak dan ijin apabila mau pergi 5. Biarkan mainan yang membuat rasa nyaman dan aman Manajemen asuhan keperawatan untuk anak sekolah 1. Batasi aturan dan dorongan pada perilaku 2. Anjurkan orang tua merencanakan kunjungan dengan anak 3. Ijinkan anak memilih dalam batasan yang yang dapat diterima 4. Berikan cara-cara anak dapat membantu pengobatan dan ouji atas kerjasama anak Menejemen pada anak usia sekolah 1. Monitor perilaku untuk menentukan kebutuhan emosi terutama pada anak yang menarik diri dan tidak berespon 2. Jelaskan prosedur rinci (jika anak meminta) 3. Anjurkan kunjungan teman sebaya 4. Diskusikan respon thd pertanyaan ttg penyakit dan perubahan tubuh 5. Berikan waktu diskusi Manajemen pada anak usia remaja 1. Fasilitasi perencanaan aktifasi (peer) 2. Menjelaskan kepada orang tua tentang kebutuhan mandiri 3. Monitor perilaku anak apabila ingin bicara 4. Berikan permainan dan aktifitas lain yang membantu untuk dapat diskusi 5. Berikanpenyuluhan rinci tentang prosedur pengobatan, terapi yang menyangkut area genital. Menurut Supartini (2004, hal :189) manfaat hospitalisasi adalah sebagai berikut : 1. Membantu perkembangan keluarga dan pasien dengan cara meberi kesempatan keluarga mempelajari reaksi pasien terhadap stressor yang dihadapi selama perawatan di rumah sakit. 2. Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar. Perawatan dapat memberikan kesempatan kepada keluarga untuk belajar tentang penyakit, prosedur, penyembuhan, terapi, dan perawatan pasien. 3. Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan , sehingga tiidak terlalu bergantung pada orang lain dan menjadi percaya diri. 4. Fasilitasi klien untuk tetap menjaga sosialisasinya dengan sesama klien yang ada, teman sebaya atau teman sekolah. Berikan kesempatan padanya untuk saling kenal dan berbagi pengalaman.