Stress.
Sumber Stress
Cedera mekanik : yaitu cedera oleh suatu kekuatan atau
penekanan yang menyebabkab fraktur,abrasi, kontusio dan
laserasi
· Cedera oleh agen fisik : yaitu cedera oleh suatu lingkungan
abnormal seperti fluktuasi panas-dingin, tekanan yang berlebih,
sengatan listrik dan radiasi.
· Cedera oleh agen kimia : alkohol, obat-obatan dan racun.
· Defisit neurologi : yang ditimbulkan oleh insufisiensi suplai zat
zat esensial seperti oksigen, nutsien.
· Infeksi yaitu invasi mikroorganisme patogen yang kehidupannya
bergantung pada host, berkembang biak didalam host dan
menimbulkan tanda dan gejala.
Respon Sel Terhadap Stress
1. Respon non-adaptive
2. Respon adaptive.
1. Respon Non-Adaptive :
Stress Sel tak mampu mengatasi respon sel
non-fungsional degenerasi.
Pola dan Karakteristik Respon non fungsional
2) Perubahan intisel
b. Analisis kimiawi
Perubahan Struktur Sel
Tergantung Faktor Penyebab
Nekrosis koagulativa
- Arsitektur sel tidak berubah tetapi sel menjadi padat, dan menyerupai
putih telur yang dimasak.
- Terjadi akibat penghambatan kegiatan enzim intra sel yang disebabkan oleh
terhentinya aliran darah sehingga sel mengalami anoksia.
Nekrosis liquefactiva
- Jaringan nekrosis mencair oleh aktivitas enzim intrasel sehingga terbentuk
lubang yang berisi cairan yang biasanya disertai dengan pembentukan pus.
- Nekrosis seperti ini biasanya terjadi pada nekrosis jaringa otak
Nekrosis kaseosa
- Jaringan nekrosis hancur dan pecahan-pecahan sel terbagi halus seperti
keju tetapi tetap tinggal berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun karena tak dapat
dicerna
- Terjadi akibat tuberkulosa.
Perubahan intisel
Pada awal nekrosis intisel menjadi padat dan berkabut.
b. Analisis kimiawi
· Saat nekrosis membran sel dan organel sel menjadi
permiabel enzim intrasel ke ekstrasel enzim intrasel
didalam plasma.
2. Respon Adaptive
c. Respon immun.
a. Perubahan Karakteristik Struktur Sel
1) Atrophy
ukuran sel o.k.kehilangan sebagian substansinya.
· Terjadi karena :
- defisiensi nutrisi
- disuse
- denervasi
- rangsang endokrin
- ischemia
2) Hypertrophy
ukuran sel
· komponen fungsional bertambah . fungsi sel sesuai dengan
kebutuhan.
· Terjadi karena kebutuhan kerja
- latihan berat pada otot rangka pada atlit angkat berat
otot bisep > besar.
- respons terhadap kebutuhan untuk produktivitas pada
organ vital (jantung dan ginjal)
tekanan darah arteri otot ventrikel kiri bekerja lebih keras
untuk memompakan darah melawan tahanan yang tinggi otot
ventrikel hipertrofi mampu mengatasi tahanan tersebut dan
curah jantung tetap normal
JJika hipertrofi >>> kapasitas fungsional organ o.k. kekuatan
dan fleksibilitas
3) Hyperplasia
1. Respon lokal
1) respon vaskular
· area cedera konstriksi sementara
· diikuti dengan vasodilatasi arteriole dan venule pada
pembuluh darah yang memperdarahi area cedera
terjadi kongesti (hiperemi) kemerahan (rubor). dan
panas (calor).
· permiabilitas membran kapiler cairan dan molekul
protein shift ke interstitial
· pembentukan eksudat area cedera edema
(tumor).
Eksudat yang dibentuk :
Eksudat serous
· Eksudat yang terutama terbentuk dari cairan dan protein
plasma, berwarna jernih dan encer, sama dengan cairan yang
keluar dari luka lepuh yang pecah.
· Terjadi pada peningkatan permiabilitas kapiler yang ringan dan
sering terjadi akumulasinya pada rongga pleura atau
peritonealpada saat selular stress
Eksudat fibrinous;
· Komposisi eksudat sama dengan eksudat serous tetapi
mempunyai konsentrasi protein fibrinogen dan fibrin strand yang
tinggi.
· Sering dijumpai pada permukaan organ radang yang lembab
seperti jantung, paru Organ ditutupi oleh struktur yang kental
restriksi.
Eksudat supuratif/purulent
· * berisi neutrofil dengan konsentrasi yang tinggi seringkali
menyertai infeksi
bakteri.
* Saat neutrofil terakumulasi dan mati , akan mengeluarkan
enzim yang
mencerna jaringan yang berdekatan.
* Kombinasi dari cairan, neutrofil hidup dan yang sudah mati,
jaringan yang
sudah mencair, dan juga sering ditambah dengan bakteri
pus.
Eksudat hemorrhagic
· * Mengandung banyak sel darah merah, biasanya menyertai
kerusakan vaskuler
yang hebat dan menggambarkan kebocoran pembuluh
darah.
Respon Seluler (cellular respons)
Granular
- Neutrofil (PMN) 60% (60 – 90 menit setelah cedera,
dan mempunyai umur hidup 10 jam .Eosinofil 1 – 3%
terutama sebagai reaksi terhadap allergi atau infeksi parasit.
Basofil, 0.3 – 0.5% terutama berespon terhadap allergi dan
stress. berisi heparin dan histamin.
Agranular
- Monosit ; 3 – 8% (setelah 5 jam / > ) Limfosit ;
merupakan 20% terbagi menjadi limfosit B (pembentukan
antibody), dan limfosit T yang berperan dalam cell mediated
immunity.
Mediator kimia
· Histamine
- terdapat pada neutrofil, basofil, mastsel, dan trombosit dalam bentuk
tidak aktif
- Efek dari histamine adalah dilatasi arteriole, serta meningkatkan
permia- bilitas kapiler dan venule.
· Plasma protease
- kinin : bradikinin , komplemen ,faktor pembekuan.
- Efek bradikinin : permiabilitas kapiler, dan menimbulkan nyeri (dolor)
· Prostaglandin
- protein yang dibentuk oleh asam yang larut dalam lemak (asam
arachidonat yang disimpam dalam pospolipid membran sel.)
- Efek vasodilatasi, perubahan permiabilitas kapiler, serta nyeri dan
demam yang menyertai inflamasi.
· Leukotrien
- terdapat pada leukosit
- Efek permiabilitas kapiler dan venule, adhesi sel endotel,
ekstravasasi leukosit, chemotaxis PMN, eosinofil, dan monosit.
· Produk neutrofil dan limfosit
- Efek peningkatan permiabilitas kapiler
Berperan sebagai faktor chemotaxic bagi monosit kerusakan jaringan
Respon sistemik
1 Leukositosis
jaringan yang radang akan mengeluarkan zat Leucocytosis Promoting
Factor sumsum tulang untuk melepaskan leukosit kedalam sirkulasi
dalam jumlah banyak, dan dapat mencapai 30 – 40 kali leukosit normal.
2Demam
Jjaringan yang radang mengeluarkan protein bermolekul kecil (pyrogen)
ke dalam pembuluh darah difagositosis oleh makrofag
mengeluarkan endogenous pyrogen (interleukin-1) merangsang
hypothalamus set point temperatur melalui :
- peningkatan metabolisme,
- menurunkan produksi keringat
- vasokontriksi pembuluh darah pada permukaan tubuh
suhu tubuh diikuti oleh perasaan tak nyaman pada seluruh tubuh,
malaise, dan anoreksia.
Inflamasi Kronis
· Inflamasi yang terus menerus dan berakhir dalam beberapa
minggu/bulan/tahun
· Berkembang dari inflamasi akut yang progresif atau recurrent,
atau oleh karena respon yang terus menerus tetapi gagal untuk
menimbulkan respon akut
· Karakteristik : infiltrasi sel mononuclear (limfosit, makrofag, sel
plasma), dan proliferasi fibroblast resiko pembentukan
jaringan parut dan deformitas.
· agent yang tidak mampu menembus jaringan atau menyebar
secara cepat. ( talk, silica, asbes, dan beberapa material jahitan
pembedahan, beberapa virus, bakteri, jamur, dan sebagian
besar parasit yang mempunyai tingkat virulensi rendah - sedang,
misalnya basil tuberkulosa, treponema syphillis, dan
actinomyces)
Pola inflamasi kronis
1. Inflamasi kronis non-spesifik terjadi akumulasi makrofag
dan limfosit yang difus pada area cedera..
- Makrofag ini berasal dari recruitment monosit yang
berlanjut sebagai respon terhadap chemotaxis
- proliferasi makrofag lokal setelah keluar dari sirkulasi ,
immobilisasi dan hidup lebih panjang proliferasi fibroblast
pembentukan jaringan parut
Supresi Alami :
fungsi fisiologis yang akan menghambat beberapa aspek dari reaksi
inflamasi.
T terjadi akibat :
· suplai darah (arterioskerosis, obstruksi pembuluh darah oleh
emboli atau thrombus.)
· Migrasi sel fagosit yang tidak adekuat : (diabetes mellitus,
malnutrisi, dan alkoholism akut.)
· jumlah sel fagosit
· kemampuan sel fagosit (hipersekresi hormon steroid yang akan
menghambat pengeluaran enzim dari lisosom)