Anda di halaman 1dari 18

Prosthodontic Rehabilitation

Alternative of Patient with


Cleft Lip and Palate (CLP):
case report
BY GROUP : FOUR (4)
Literature Review
CLP merupakan suatau kelainan yang bisa
terjadi pada siapa saja akbiat faktor
kongenital. CLP sendiri merupakan suatu
kelainan pada daerah Maxillofacial.
Perawatan Prostodontik pada pasien
dengan kelainan Maxillofacial biasanya
memilik desain yang dimodifikasi pada gigi
tiruanya agar dapat mencapai fungsi –
fungsi yang optimal.
The Type of Maxillofacial Disorder
Kelainan Konginental :
 Cleft Lip.
 Cleft Palate.

Kelainan Akibat yang diperoleh :


 Total Maxillectomy.
 Partial Maxillectomy.

 Kelainan Velo – Pharyngeal


Pada dasarnya kelainan ini mengenai bagian palatal, hanya
saja kelainan ini mempengaruhi penutupan dari naso – pharyngeal
dan oro – pharyngeal isthmus. Kelainan ini akan mempengaruhi
kemampuan berbicara dari seseorang.

 Kelainan Ekstraoral

 Kelainan Akibat trauma.


CLP
Pasien dengan kasus CLP memang memerlukan
suatu treatment yang khusus. Pertama-tama kita
harus mengetahui tipe cleft yang dialami pasien
apakah hanya mengenai bibirnya atau sudah
sampai pada palatal. Berdasarkan hal itu maka
kasus CLP atau juga dikenal dengan istilah Labio/
Palato Skisis di bagi menjadi beberapa tipe, yakni :

Labioskisis (cleft lip)


Palatoskisis (cleft palate)
Labio Palato skisis
Beberapa Tipe Cleft Lip

1. Unilateral Incomplete: apabila celah sumbing terjadi


hanya di salah satu sisi bibir dan tidak memanjang
hingga ke hidung.

2. Unilateral complete: apabila celah sumbing terjadi


hanya di salah satu bibir dan memanjang hingga ke
hidung.

3. Bilateral complete: apabila celah sumbing terjadi di


kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
Complication of Cleft
 Gangguan bicara.
 Terjadinya atitis media.
 Aspirasi.
 Distress pernafasan.
 Resiko infeksi saluran nafas.
 Pertumbuhan dan perkembangan terhambat.
 Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh atitis
media rekureris sekunder akibat disfungsi tuba
eustachius.
 Masalah gigi geligi.
 Perubahan harga diri dan citra tubuh yang
dipengaruhi derajat kecacatan dan jaringan paruh.
Type of Prosthetic in use Of
Maxillofacial Disorder

Gigi Tiruan Lepasan untuk Protesis Maxillofacial


Gigi Tiruan Penuh untuk Protesis Maxillofacial
Gigi Tiruan Lepasan Untuk Kelainan Mandibula
Case Review
Meski pasien dengan kasus CLP jarang
terlihat di tempat praktek GP, namun
kita perlu mewaspadai kasus yang
jarang terlihat seperti ini. Berikut ini
akan di sajikan 2 contoh kasus
perawatan Prostodontik pada pasien
penderita CLP.
Case 1 : Clinical Procedures Involved in
the RPD with Extracoronal
Attachment. Woman 21 years old)
Pemeriksaan radiografi dan analisa klinis menunjukan
tidak adanya kehilangan tulang di sekitar gigi peyangga
(gambar A). Gigi insisivus sentralis kanan dan kaninus
kanan dipersiapkan untuk menerima unit crown (gambar
B). Sesudah melalui pencetakan yang rutin dan melewati
tahap prosedur laboratorium, crown metal – keramik
dengan perlekatan ekstrakoronal di lekatkan dengan
semen polikarboksilat (gambar C). Kemudian, cetakan
dibuat untuk gigi tiruan sebagian lepasan. Restorasi akhir
mengahsilkan nilai estetik dan fungsi penguyahan kembali
(gambar D).
A B

C D
Cases 2 : Clinical Procedures Involved
in the RBFPD. (Woman 19 years old)
 Pertama, kavitas proksimal dipreparasi untuk inlay yang
akan membantu meluruskan jalannya insersi (gambar 2a
dan gambar 2b). Semua sudut-sudut dalam dibulatkan
untuk mempermudah penyesuaian dan mengurangi stres
pada gigi. Pada bagian oklusal kavitas yang dipreparasi
harus menyediakan ruangan yang cukup untuk peletakan
serat polietilen dan komposit untuk menghasilkan estetik
yang baik dan ketahanan intrakoronal yang adekuat.
Sesudah preparasi kavitas, bagian dari reinforced fiber,
yang di mana dilumuri dengan agen bonding kemudian
dimasukan kedalam kavitas inlay pada satu gigi penyangga
dan pada free ends dari fiber tersebut yang dihubungkan
ke kavitas inlay gigi penyangga yang lainnya (gambar 2c).
Continued…..

Bagian terbesar mahkota pada pontik dan


restorasi kavitas inlay pada gigi penyangga
dibentuk menggunakan selapis resin hibrid
yang kuat. Restorasi resin tersebut di cured
selama 2 menit menggunakan resin
composite-curing unit (gambar 2d dan 2e)
Disccusion and Conclusion
Pada kasus wanita yang berusia 21 tahun perawatan
prostodontik dilakukan dengan menggabungkan gigi
tiruan lepasan sebagian dengan perlekatan
ekstrakoronal (Metal – Ceramic Crown). Hal ini
dilakukan agar mencapai hasil yang maksimal seperti
memperoleh fungsi pengunyahan yang optimal serta
hasil estetik yang memuaskan.

Kemudian pada kasus wanita berusia 19 tahun


perawatan dilakukan dengan mengkombinasikan fiber
reinforced komposit dengan gigi tiruan sebagian
lepasan.
Kalau dilihat pada kasus wanita berusia 21 tahun
indikasi untuk digunakan perlekatan
ekstrakoronal menggunakan metal keramik
crown ini diperoleh karena jaringan di sekitar gigi
pendukung masih baik. Sedangkan pada kasus
wanita yang berusia 19 tahun yang dirawat
menggunakan menggunakan fiber resin komposit
untuk meminimalisir kerusakan dari jaringan
periodontal dan gigi yang tersisa.
 Pada kesimpulannya perawatan prostetik untuk kasus-
kasus maksilofasial, memerlukan suatu kombinasi berupa
kombinasi yang fix, juga ada dukungan implan dan
protesa lepasan yang dikaitkan dengan perawatan gigi
dan medis lainnya sehingga kita bisa memperoleh hasil
yang optimal untuk kepuasan pasien.
 Selain itu, penggunaan fiber resin komposit pada protesa
diindikasikan pada pasien yang tidak perlu dilakukan
preparasi jaringan gigi yang banyak juga pasien dengan
kehilangan gigi dalam jumlah kecil.
 Sebagai tambahan, RPD harus bisa mendukung
kesehatan jaringan pada daerah gigi geligi yang tersisa.
Dengan rencana perawatan prostodontik yang baik dan
adekuat dapat menjaga kesehatan jaringan sekitar
dengan baik dan meminimalisir kerusakan – kerusakan
jaringan yang mungkin saja terjadi pada jaringan gigi
geligi dan jaringan periodontal.
Kemudian untuk menunjang perawatan
agar dapat mencapai hasil yang maksimal,
perlu dilakukan kontrol serta perwatan yang
rutin. Dengan mempertahankan kedalaman
probing pada kisaran 1 – 1,5 mm dan tidak
ada resesi gingiva ataupun inflmasi pada
daerah protesa, maka dapat dipastikan
tidak ada masalah pada pasien dan pasien
sendiri pun akan merasa puas dan
kepercayaan dirinya meningkat.
Thank’s all for U’r attention……

Anda mungkin juga menyukai