Anda di halaman 1dari 49

Laporan Jaga

Sarah Itsnina (1610221074)

Pembimbing:
dr. Niken
Identitas Pasien
 Nama : Tn. A
 Usia : 69 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Alamat : Ngentaksari 05/02 Kesongo Tuntang
 Pendidikan : SD
 Pekerjaan : Tidak tahu
 Status : Duda
 Agama : Islam
 Tgl 6 Januari 2018
 KU : Nyeri kepala cekot-cekot sejak 2 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


• Sejak 2 hari SMRS pasien mengeluh nyeri kepala cekot-
cekot yang memberat sejak 6 jam SMRS. Nyeri kepala
tidak membaik pada saat pasien istirahat dan memberat
pada saat aktifitas. Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu
hati sejak 6 jam SMRS, mual-muntah disangkal, demam
disangkal,BAK dan BAB tidak ada keluhan
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit hipertensi tidak Penyakit hipertensi ,DM, asma,
terkontrol sudah 4 tahun. Penyakit penyakit jantung dan paru
DM, jantung, paru disangkal dikeluarga disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien sehari-hari dirumah saja
Status Generalis Vital Sign
 KU : Tampak sakit sedang TD : 250/110 mmHg
Nadi : 102 x/menit
 Kesadaran : Compos Mentis RR : 22x/menit
 Status Gizi : Baik Suhu : 36,5 ºC
SpO2 : 98%
Kepala
 Bentuk : normosefal
 Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikteri (-)
 Telinga : normotia
 Hidung : bentuk normal, tidak ada deviasi septum tidak ada
sekret yg keluar dri hidung
 Tenggorokan: faring tidak hiperemis, tonsil T2-T2
 Mulut: pucat (-), sianosis (-), stomatitis (-)
 Leher: dbn, KGB tidak membesar
Thoraks
 I : bentuk normothoraks, gerak simetris
 P : vocal fremitus sama ka=ki
 P : sonor seluruh lap paru
 A : SN vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-, Stridor -/-
Jantung
 I & P: iktus cordis tidak terlihat dan teraba, thrill (-)
 P : dbn
 A : BJ I/II reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Status Lokalis Abdomen
I: datar, supel X

A: BU (+)
P: defans muscular (-), nyeri tekan
(+) , nyeri lepas (-)
P: timpani, pekak hepar (-)
 GDS : 70
 EKG : NSR
Hipertensi Urgensi

Tatalaksana di IGD
 IVFD RL 16 tpm
 Nifedipin tab 5mg (SL)
 Inj Ranitidin 1 amp/12 jam
 Candesartan tab 1x8mg
 Mecobalamin tab 3x500mg
 Sukralfat syr 4x1 c
KRISIS
HIPERTENSI
 Hipertensi  Masalah kesehatan masyarakat dunia. USA =
mengenai sebanyak 86 juta jiwa pada usia >20 th

Merupakan faktor risiko mayor terjadinya stroke, infark


miokard, penyakit vascular dan CKD

 Beberapa menyatakan 1% dari penderita hipertensi akan


mengalami krisis hipertensi
Klasifikasi TD menurut JNC 7 untuk usia 18 tahun atau lebih tua

Pada JNC 7 tidak menyertakan hipertensi krisis ke dalam tiga stadium


klasifikasi hipertensi, namun hipertensi krisis dikategorikan dalam
pembahasan hipertensi sebagai keadaan khusus yang memerlukan
tatalaksana yang lebih agresif
Peningkatan tekanan darah mendadak (>180/120mmHg);
- T.O.D (Target Organ Damage) +/-
- Keluhan +/-
- Penanggulangan Segera
 Terdapat perbedaan dari beberapa sumber mengenai
definisi peningkatan tekanan darah akut

1. Hipertensi emergensi (darurat)


• Peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg atau diastoik > 120 mmHg secara
mendadak disertai kerusakan organ target
• Hipertensi emergensi harus ditanggulangi sesegera mungkin dalam satu jam dengan
memberikan obat-obatan anti hipertensi intravena

2. Hipertensi urgensi (mendesak)


• Peningkatan tekanan darah seperti pada hipertensi emergensi namun tanpa disertai
kerusakan organ target
• Pada keadaan ini tekanan darah harus segera diturunkan dalam 24 jam dengan
memberikan obat-obatan anti hipertensi oral
1. Hipertensi refrakter
• Respon pengobatan yg tidak memuaskan dan TD>200/110 mmHg, walaupun telah
diberikan pengobatan yg efektif (triple drug) pada penderita dan kepatuhan pasien
2. Hipertensi akselerasi
• Peningkatan TD diastolik >120 mmHg disertai dengan kelainan funduskopi. Bila tidak
diobati dapat berlanjut ke fase maligna
3. Hipertensi maligna
• Penderita hipertensi akselerasi dgn TD diastolik >120-130 mmHg dan kelainan funduskopi
disertai papil edema, peninggian TIK, kerusakan yg cepat dari vaskular, gagal ginjal akut,
ataupun kematian bila penderita tidak mendapatkan pengobatan. Hipertensi maligna
biasanya pd penderita dengan riwayat hipertensi esensial ataupun sekunder dan jarang
pada penderita yg sebelumnya mempunyai tekanan darah normal
4. Hipertensi ensefalopati
• Kenaikan TD dengan tiba2 disertai dengan keluhan sakit kepala yang hebat, penurunan
kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi reversibel bila TD tersebut diturunkan
1. Neurologi
Sakit kepala, penglihatan hilang/kabur, kejang, defisit
neurologis fokal, gangguan kesadaran (somnolen, sopor,
coma)
2. Mata
Funduskopi berupa perdarahan retina, eksudat retina,
edema papil
3. Kardiovaskular
Nyeri dada, edema paru
4. Ginjal
Azotemia, proteinuria, oligouria

5. Obstetri
Preeklampsia dgn gejala berupa gangguan penglihatan,
sakit kepala hebat, kejang, nyeri abdomen kuadran atas,
gagal jantung kongestif dan oliguri, serta gangguan
kesadaran/ gangguan serebrovaskuler
 Penderita hipertensi yg minum obat atau yg tidak minum obat
anti hipertensi
 Kehamilan
 Penggunaan NAPZA
 Penderita dgn rangsangan simpatis yg tinggi; luka bakar
berat, phaechromocytoma, penyakit kolagen, penyakit
vaskuler, trauma kepala
 Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal
Anamnesis
 Riw. hipertensi (awal hipertensi, jenis obat anti hipertensi,
keteraturan konsumsi obat)
 Ganguan organ (kardiovaskuler,serebrovaskular,renovaskular,
dan organ lain)
Pemeriksaan Fisik
 Sesuai dengan organ target yang terkena
 Pengukuran TD di kedua lengan
 Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas
 Auskultasi untuk mendengar ada/ tidak bruit
pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru
 Pemeriksaan neurologis umum
 Pemeriksaan funduskopi
 Pemeriksaan laboratorium awal:
a. Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula darah dan elektrolit
b. Urinalisis
 Pemeriksaan penunjang: ekg, foto toraks
 Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan:
CT scan kepala, ekokardiogram, ultrasonogram

Walau biasanya pd krisis hipertensi ditemukan TD


≥180/120 mmHg perlu diperhatikan kecepatan
kenaikan TD tersebut dan derajat gangguan organ
target yang terjadi
 Harus dilakukan di RS dg fasilitas pemantauan yg memadai
 Pengobatan parenteral diberikan secara bolus atau infus
sesegera mungkin
 TD harus diturunkan dalam hitungan menit sampai jam
dengan langkah sbb:
a. 5 menit s/d 120 menit pertama TD rata-rata (mean arterial
blood pressure) diturunkan 20-25%
b. 2 s/d 6 jam kemudian TD diturunkan sampai 160/100
mmHg
c. 6-24 jam berikutnya diturunkan sampai <140/90 mmHg
bila tidak ada gejala iskemia organ
 Clonidin (catapres) iv (150 mcg/ampul)
a. Clonidin 900 mcg dimasukkan dalam cairan infus glucosa 5%
500cc dan diberikan dengan mikrodrip 12 tetes/ menit, setiap 15
menit dapat dinaikkan 4 tetes sampai TD yg diharapkan tercapai
b. Bila TD target tercapai, pasien diobservasi selama 4 jam kemudian
diganti dgn tablet clonidin oral sesuai kebutuhan
c. Clonidin tidak boleh dihentikan mendadak, tetapi diturunkan
perlahan-lahan oleh karena bahaya rebound phenomen, dimana
TD naik secara cepat bila obat dihentikan
 Diltiazem (Herbesser) iv (10 mg dan 50 mg/ampul)
a. Diltiazem 10 mg iv diberikan dalam 1-3 menit
kemudian diteruskan dgn infus 50 mg/jam
selama 20 menit
b. Bila TD telah turun >20% dari awal, dosis
diberikan 30 mg/jam sampai target TD
tercapai
c. Diteruskan dgn dosis maintenance 5-10
mg/jam dgn observasi 4 jam kemudian
diganti dgn tablet oral
 Nicardipin (Perdipin) iv (12 mg dan 10 mg/ampul)
a. Nicardipin diberikan 10-30 mcg/kgBB bolus
b. Bila TD tetap stabil diteruskan dengan 0,5-6
mcg/kgBB/menit sampai target TD tercapai
 Labetalol (Normodyne) iv
Diberikan 20-80 mg iv bolus setiap 10 menit atau
dapat diberikan dalam cairan infus dgn dosis 2 mg
menit
 Nitroprusside (Nitropress, Nipride) iv
Diberikan dlm cairan infus dgn dosis 0,25-10
mcg/kg/menit
A. KRISIS HIPERTENSI PADA GANGGUAN OTAK
1. Stroke
a. Infark: aterotrombotik, kardioembolik, lakunar.
 TD sistolik >220 mmHg dan diastolik >120 mmHg.
Pengukuran dilakukan dua kali dalam jangka waktu 30 menit
 Tidak ada tanda-tanda yg meningkatkan TD seperti nyeri
kepala/artikular, kandung kemih penuh
 Obat anti hipertensi parenteral diberikan sesuai prosedur
dengan batas penurunan maksimal TD 20-25% dari MAP
 Jika TD sistolik 180-220 mmHg dan TD diastolik 105-120
mmHg, dilakukan penatalaksanaan seperti terapi pd
hipertensi urgensi
b.Perdarahan: perdarahan intraserebral, perdarahan
subarachnoid, pecahnya Arteriovenous Malformation (AVM)
 TD sistolik >220 mmHg dan diastolik >120 mmHg.
Pengukuran dilakukan dua kali dalam jangka waktu 30
menit.
 Tidak ada tanda-tanda lain yg meningkatkan TD seperti
nyeri kepala/ artikular, kandung kemih penuh
 Obat anti hipertensi parenteral diberikan sesuai prosedur
tatalaksana krisis hipertensi dg batas penurunan TD 20-25%
dari MAP
 Target TD adalah sistolik 160 mmHg dan diastolik 90 mmHg
Tabel 1. Obat-obat Parenteral untuk Terapi Emergensi Hipertensi pada
Stroke Akut
Obat Dosis Mulai kerja Lama Efek samping Keterangan
kerja
Labetolol 20-80 mg iv 5-10 menit 3-6 jam Nausea, vomtus Terutama
bolus setiap ,hipotensi, blok untuk
10 menit at 2 atau gagal kegawatdarura
mg/menit, jantung,kerusakan tan hipertensi,
infus kontinyu hati, kecuali pd
bronkospasme gagal jantung

Nikardipin 5-15 mg/jam 5-15 menit Sepanjang Takikardi Larut dalam


Infus kontinyu infus air, tidak
berjalan sensitif
terhadap
cahaya
Diltiazem 5-40 5-10 menit 4 jam Blok nodus A-V, Krisis
µg/kg/menit denyut prematur hipertensi
infus kontinyu atrium, terutama
usia lanjut
2. Ensefalopati Hipertensi
 TD sistolik >220 mmHg dan diastolik >120 mmHg. Pengukuran
dua kali dalam jangka waktu 30 menit.
 Terdapat gangguan kesadaran, retinopati dgn papiledema,
peningkatan tekanan intrakranial sampai kejang.
 Tidak ada tanda-tanda lain yg meningkatkan TD
 Obat antihipertensi parenteral diberikan sesuai prosedur
tatalaksana hipertensi krisis dgn batas penurunan TD 20-25%
dari MAP.
3. Cedera Kepala dan Tumor Intrakranial
 Terdapat gejala tekanan intrakranial yg meningkat seperti: sakit
kepala hebat, muntah proyektil/ tanpa penyebab gastrointestinal,
papiledema (sembab papil), kesadaran menurun
 TD sistolik >220 mmHg dan diastolik >120 mmHg. Pengukuran 2x
dlm jangka waktu 30 menit
 Tidak ada tanda-tanda lain yg meningkatkan TD
 Obat anti hipertensi parenteral diberikan sesuai prosedur
tatalaksana hipertensi krisis dg batas penurunan TD 20-25% dari
MAP
 Khusus untuk tumor intrakranial hipofisis perlu dilakukan
pemeriksaan hormonal dan penatalaksanaan sesuai dg hipertensi
krisis dengan gangguan endokrin
1. Krisis Hipertensi dan Diseksi aorta
Adalah suatu kondisi akibat robekan pada dinding aorta sehingga
lapisan dinding aorta terpisah dan darah dapat masuk ke sela-sela
lapisan dinding pembuluh darah aorta.
1. Nyeri khas aorta: onset mendadak, nyeri teriris sudah maksimal
dirasakan saat awal, lokasi nyeri sesuai lokasi dimana robekan
aorta
2. Rasa nyeri dada seperti nyeri dada khas infark miokard, bila proses
diseksi menjalar ke ostium arteri koronaria
3. Rasa nyeri leher disertai pandangan kabur, bila proses diseksi
ekstensi ke arteri karotis
4. Sinkope merupakan petanda komplikasi yg fatal, spt tamponade
jantung, hipoperfusi serebri
 Kecurigaan diagnosa Diseksi Aorta berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik cukup untuk menatalaksana sebagai diseksi aorta

 Diagnosa pasti dengan pencitraan:


1. Ekokardiografi transesofageal (TEE)
2. CT scan dengan kontras
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
 Atasi rasa nyeri dg morfin iv. Menurunkan TD segera (dalam 10-
20 menit) dg target TD sistolik 110-120 mmHg dan frekuensi
nadi 60 x/mnt.
 β-blocker merupakan obat pilihan utama untuk mengurangi
shear stress dan mengontrol TD
 Terapi medikamentosa dapat dilakukan pd diseksi aorta
desenden tanpa komplikasi ke organ lain (hipoperfusi ginjal,
ekstremitas dan mesenterika)
 Setelah pasien stabil, idealnya 24-48 jam, obat iv diganti
dengan oral.
OBAT DOSIS BOLUS DOSIS PEMELIHARAAN

Penyekat Beta
Propanolol 1 mg IV setiap 3-5 2-6 mg IV
menit Setiap 4-6 jam
(max 6.15 mg/kgBB)

Kalsium Antagonis 0,25 mg/kg IV dalam 5 mg/jam dapat


Diltiazem 2 menit setelah 15 dititrasi 2,5-5
menit 0,35 mg/kg IV mg/jam, max 15
mg/jam
Verapamil 0,075-0,1 s/d 2,5-5
mg/kg
Selama 2 menit 5-15 mg/jam IV drip
Adalah suatu keadaan timbulnya tanda dan gejala gagal
jantung yang disertai dengan peningkatan tekanan darah dan
gambaran rontgen toraks sesuai dengan edema paru.
Keluhan/ gejala:
1. Sesak Nafas
2. Orthopnea
3. Dyspnea d’effort
1. TD sesuai definisi krisis hipertensi
2. Frekuensi pernafasan meningkat
3. Pada pemeriksaan jantung ditemukan S3 dan/atau S4 gallop
4. Pada pemeriksaan paru suara nafas ekspirasi memanjang
disertai ronchi basah halus seluruh lapangan paru
5. Peningkatan tekanan vena jugularis
1. Peningkatan tekanan darah sesuai krisis hipertensi
2. Gejala dan tanda gagal jantung
3. Edema paru pada foto thorax
1. O2 dengan target saturasi O2 perifer > 95%, bila perlu dapat
digunakan CPAP atau ventilasi mekanik non-invasif bahkan
ventilasi mekanik invasif
2. Pemberian Nitroglycerin sublingual, bila perlu dilanjutkan dgn
pemberian drip
3. Pemberian diuretik loop iv (Furosemid)
4. Pemberian obat anti hipertensi iv atau sublingual
5. Bila tidak ada kontraindikasi morfin iv dapat dipertimbangkan
 Target penurunan TD sistolik atau diastolik sebesar 30 mmHg
dalam beberapa menit
 Sasaran akhir TD sistolik <130 mmHg dan diastolik <80 mmHg
 Sebaiknya dicapai dalam 3 jam
Obat Golongan Dosis Onset Masa Efek samping
kerja kerja

Sodium Vasodilator 0,25-10 Segera 1-2 Mual, hipotensi,keracunan


nitroprusid arteri & vena Mg/kg/mnt stlh distop mnt tiosianat,
methemoglobinemia dan
sianida.
Nitrogliserin Vasodilator: 5-300 1-5 mnt 3-5 Sakit kepala, mual,
arteri & vena mcg/mnt mnt takikardia, muntah
toleransi
Isosorbid Vasodilator: 1- 10 1-5 mnt 3-5 Sakit kepala,mual,
dinitrat arteri & vena mg/jam mnt takikardia, muntah,
toleransi
Nikardipin Kalsium 5-15 5-15 30-40 Hipotensi,takikardi,mual
antagonis mg/jam menit menit muntah, muka merah
Furosemide Diuretik loop 20-40 mg 10-20 4-6 Hipokalemi
mnt jam Hipovolemia
Definisi
Krisis hipertensi yang terjadi pada pasien dengan sindroma
koroner akut.
Sindroma koroner akut tdd :
1. Angina pektoris tidak stabil (UAP)
2. Infark miokard non ST elevasi (NSTEMI)
3. Infark miokard dengan ST elevasi (STEMI)
Keluhan
Nyeri dada dgn penjalaran ke leher atau lengan kiri dengan durasi
lebih dari 20 menit dan dapat disertai dg gejala sistemik berupa
keringat dingin, mual dan muntah
Temuan Klinis
Pemeriksaan fisik dapat normal atau tanda-tanda gagal jantung
Diagnosis
1. Anamnesis
2. EKG
3. Enzim petanda kerusakan otot jantung
(CKmb, Troponin T)
1. Penyekat Beta dan nitrogliserin merupakan anjuran utama
2. Bila tidak terkontrol dapat diberikan gol kalsium antagonis parenteral;
nicardipin dan diltiazem bila tidak ada kontraindikasi
3. Sasaran TD sistolik adalah <130 mmHg dan TD diastolik < 80 mmHg
4. Penurunan TD harus dilakukan secara bertahap
5. Penurunan TD perlu pemantauan ketat agar TD diastolik tidak lebih
rendah dari 60 mmHg, karena dapat mengakibatkan iskemia miokard
bertambah berat.
Stenosis arteri renalis dicurigai bila ditemukan:
1. Hipertensi sebelum usia 30 th khususnya jika tidak ada riwayat
hipertensi di keluarga
2. Hipertensi berat (hipertensi stadium II dengan TD > 160/100 mmHg)
setelah usia > 50
3. Hipertensi yg refrakter dan sulit dikendalikan dengan obat
kombinasi lebih dari 3 macam ( termasuk diuretik)
4. Terjadinya peningkatan TD tiba-tiba pd keadaan pasien hipertensi
yg terkontrol baik sebelumnya
5. Hipertensi maligna ( hipertensi dg keterlibatan gangguan organ lain
seperti gagal ginjal akut, perdarahan retina, gagal jantung, dan
kelainan neorologis
6. Peningkatan plasma kreatinin dalam waktu singkat setelah
pemberian golongan obat ACEI/ARB
1. Arteriografi ginjal (pemeriksaan baku emas)
2. Magnetic resonance angiography
3. Computed tomography angiography
4. Duplex doppler ultrasonography
Krisis Feokromositoma
 Keganasan pd kelenjar adreno-medulari menyebabkan terjadi
krisis hipertensi, karena kelebihan produksi epinefrin dan non
epinefrin dilepaskan ke dalam peredaran darah. Juga karena
stimulasi beta reseptor ginjal oleh kadar katekolamin yg tinggi
menyebabkan dilepaskannya renin yg pd akhirnya meningkatkan
tekanan arteri
 Diagnosis feokromositoma ditegakkan dengan pemeriksaan
katekolamin plasma, katekolamin urine dan atau metabolitnya
dalam urine 24 jam (seperti metanefrin dan VMA= Vanil mandelic
acid).
 Feokromositoma jarang ditemukan, tetapi merupakan penyebab
yang penting pada krisis hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai