Anda di halaman 1dari 26

KORTIKOSTEROID

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN PENYAKT KULIT


DAN KELAMIN
RSUD CILEGON
UNIVERSITAS YARSI
29 JANUARI – 3 MARET 2018
PENDAHULUAN

 Kortikosteroid merupakan obat yang mempunyai khasiat dan


indikasi klinis yang sangat luas.
 Kortikosteroid sering disebut sebagai life saving drug. Manfaat
dari preparat ini cukup besar karena efek samping yang tidak
diharapkan cukup banyak, maka dalam penggunaannya
dibatasi, termasuk dalam bidang dermatologi koretikosteroid
merupakan pengobatan yang sering diberikan kepada pasien.
PENDAHULUAN
 Kortikosteroid adaah derivate dari hormon kortikosteroid
yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini dapat
mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar gula darah,
oto dan resistensi tubuh.
 Berdasarkan cara pengunaannya kortikosteroid dapat dibagi
dua, yaitu kortikosteroid sistemik dan kortikosteroid topical.
 Sebagian besar efek yang diharapkan dari pemakaian
kortikosteroid adalah sebagai antiinflamasi, antialergi atau
imunosupresif. Terapi dalam obat ini bukan merupakan terapi
kausal melainkan terapi pengendalian atau paliatif saja,
kecuali pada insufisiensi korteks adrenal.
KORTIKOSTEROID SISTEMIK
Definisi
 Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang
dihasilkan di bagian korteks kelenjar adrenal sebagai
tanggapan atas hormone adrenokortikotropik (ACTH) yang
dilepaskan oleh kelenjar hipofisis.
 Golongan glukokortikoid (penyimpanan glikogen hepar dan
anti-inflamasi).
 Golongan mineralokortikoid (menimbulkan efek retensi Na dan
deplesi K.
Mekanisme Kerja

 Mempengaruhi kecepatan sistesis protein

 Molekul hormom >> sel jaringan (melalui membran


plasma secara difusi pasif) >> bereaksi dengan reseptor
protein sitoplasma sel jaringan >> membentuk komplek
reseptor-steroid.

 Kompleks reseptor-steroid menuju nukleus>> berikatan


dengan kromatin >> menstimulasi transkripsi RNA dan
sintesis protein spesifik.
Efek
 Glukokortikosteroid
 Menimbulkan metabolisme perantara normal
 Meningkatkan retensi terhadap stress
 Merubah kadar sel darah dalam plasma
 Efek anti-inflamasi

 Mineralokortikoid
 Membantu mengontrol volume cairan tubuh dan
konsentrasi elektrolit (terutama Na dan K)
Sediaan Kortikosteroid
Equivalent Mineralocortic Plasma Half- Duration of
Glucocortico oid Potency Life (menit) Action (jam)
id Potency
(MG)
Short-acting
Hidrocortisone (Cortisol) 20 0,8 90 8-12
Cortisone 25 1 30 8-12
Intermediate-acting
Prednisone 5 0,25 60 24-36
Prednisolone 5 0,25 200 24-36
Methylprednisolone 4 0 180 24-36
Triamcinolone 4 0 300 24-36
Long-acting
Dexamethasone 0,75 0 200 36-54
 Kortikosteroid alami yang paling banyak dihasilkan oleh
tubuh >> kortisol
 Kortisol disintesis dari kolesterol oleh korteks adrenal
 Sekresi kortisol >> 10-20 mg/hari (dengan puncak diurnal
pukul 8 pagi)
Pemilihan Glukokortikoid Sistemik
 Pilih preparat glukokortikoid dengan efek mineralokortikoid
yang minimal (untuk mencegah retensi natrium)
 Pemberian pengobatan jangka panjang dengan prednison atau
obat sejenisnya dengan half life intermediet dan afinitas
reseptor steroid yang relatif lemah, dapat menurunkan
kemungkinan timbulnya efek samping. Sebaliknya pemakaian
jangka panjang preparat glukokortikoid dengan half life yang
lebih lama dan afinitas glokokortikoid yang tinggi, seperti
deksametason dapat meningkatka risiko timbulnya efek
samping tanpa disertai efek terapeutik yanglebih baik.
Pemilihan Glukokortikoid Sistemik
 Bila pasien tidak merespon terhadap kortison atau prednison,
perlu dipertimbangkan memberikan substitusi bentuk aktif
kortison atau prednison
 Metilprednisolon yang berpotensi tinggi dengan kemampuan
retensi natrium yang rendah dapat digunakan untuk pulse-
therapy
Indikasi
 Enam prinsip terapi yang perlu diperhtikan sebelum
menggunakan obat kortikosteroid, yaitu :
 untuk tiap penyakit pada tiap pasien, dosis efektif harus
ditetapkan dengan trial and error, serta harus di re-evaluasi dari
waktu ke waktu sesuai dengan perubahan penyakit,
 suatu dosis tunggal besar kortikosteroid umumnya tidak
berbahaya,
 penggunaan kortikosteroid untuk beberapa hari tanpa adanya
kontraindikasi spesifik, tidak membahayakan kecuali dengan dosis
yang sangat besar,

22/02/2018
Indikasi
 bila pengobatan diperpanjang sampai beberapa minggu atau bulan
hingg dosis melebihi dosis substitusi, insiden efek samping dan
efek letal potensial akan bertambah,
 penggunaan kortikosteroid bukan merupakan terapi kausal atau
kuratif tetapi hanya bersifat paliatif karena efek anti-inflamasinya,
kecuali untuk insufisiensi adrenal,
 penghentiaan pengobatan tiba-tiba pada terapi jangka panjang
dengan dosis besar mempunyai resiko insufisiensi adrenal hebat
dan dapat mengancam jiwa.

22/02/2018
Efek Samping
 Tergantung pada dosis, lama pengobatan, dan macam
kortikosterioid.
 Pengobatan jangka pendek (beberapa hari/minggu) umum nya
tidak terjadi efek samping yang gawat.
 Pengobatan jangka panjang (beberapa bulan/tahun), dapat timbul
karena penghentian obat tiba-tiba atau pemberian obar terus-
menerus (terutama dosis besar)
 Osteroporosis
 Avascular necrosis
 Aterosklerosis
 Suppresi aksis Hipotalamus-Pitiuitari-Adrenal
 Efek samping imunilogis
 Berkaitan dengan kehamilan dan laktasi (melintasi plasenta namun
tidak teratogenik)
Strategi Untuk Mengurangi Efek Samping
Glukokortikoid
 Evaluasi Sebelum Pengobatan
 Dilakukan penilaian sebelum diberikan pengobatan,
riwayat penyakit pasien dan keluarganya (faktor
prediposisi >> DM, HT, hiperlipidemia, glaukoma dan
penyakit lain yang dapat dipicu akibat pengobatan
steroid
 Evaluasi selama pengobatan
 pada pengobatan jangka panjang
 Anamnesis : poliuri, polidipsia, nyeri abdominal, demam,
gangguan tidur, dan efek psikologi
 PF : TD dan BB
 Lab : elektrolit serum, GDP, kadar kolesterol, trigliserida, feses
untuk mencari adanya perdarahan tersamar

22/02/2018
Strategi Untuk Mengurangi Efek Samping
Glukokortikoid
 Tindakan Preventif
 Diet >> rendah kalori, emak dan natrium ; tinggi protein,
kalium dan kalsium. Konsumsi alkohol, kopi, dan nikotin
dikurangi dan melakukan olahraga.
 Infeksi >> pada tes mantoux (+) harus diberikan
pengonbatan profilaksis degan isoniazid
 Komplikasi gastrointestinal >> Profilaksis dapat berupa
antasid, H2 receptor blocker, atau proton pump inhibitor

22/02/2018
Strategi Untuk Mengurangi Efek Samping
Glukokortikoid
 Tindakan Preventif
 Supresi adrenal >> Tapering paling baik dilakukan dengan
mengganti dari dosis harian ke dosis selang hari, diikuti
pengurangan dosis bertahap
 Osteoporosis >> suplemen kalsium dan vitamin D
 Aterosklerosis >> TD, lipid serum dan kadar glukosa
diperikas secara serial
 Avascular necroasis >> tanyakan ke pasien apakah ada
keluhan nyeri dan keterbatasan gerak sendi >> periksa
bone scan dan MRI

22/02/2018
KORTIKOSTEROID TOPIKAL
Mekanisme Kerja
 Glukokortikoid topikal telah digunkan untuk mengobati kelainan
kulit secara luas dan bermanfaat.
 glukokortikoid adalah sebagai anti radang setempat, anti-
proliferatif, dan imunosupresif.
 Melalui proses penetrasi, glukokortikoid masuk ke dalam inti sel-
sel lesi, berikatan dengan kromatin gen tertentu, sehingga aktivitas
sel-sel tersebut mengalami perubahan.
 Sel-sel ini dapat menghasilkan protein baru yang dapatmembentuk
atau menggantikan sel-sel yang tidak berfungsi, menghambat
mitosis (anti- proliferatif), bergantung pada jenis dan stadium
proses radang.
 Glukokotikoid juga dapat mengadakan stabilisasi membran
lisosom, sehingga enzim-enzim yang dapat merusak jaringan tidak
dikeluarkan.
Fungsi Glukokortikoid Topikal
 Efektivitas kortikosteroid terkait pada 4 fungsi yang
dimilikinya, yaitu:
 Vasokonstriksi : menyebabkan konstriksi pada pembuluh kapiler
di lapisan dermis, sehingga mengurangi eritem.
 Antiproliferasi : menghambat sintesa DNA dan mitosis
 Imunosupresi : mensupresi sitokin, .jumlah sel mast, imunitas
humoral menghambat kemotaksis neutrofil.dan menyebabkan
ekspansi jumlah sel B berkurang
 Anti-inflamasi : menghambat pembentukan prostaglandin dan
fosfolipase A2 sehingga asam arakidonat tidak terbentuk, juga
menghambat proses fagositosis dan stabilisasi membran lisosom
pada sel fagosit.
Cara Pemakaian Kortikosteroid Topikal
 Pemakaian kortikosteroid topikal poten tidak dibenarkan pada bayi
dan anak.
 Pemakaian kortikosteroid poten orang dewasa hanya 40 gram per
minggu,sebaiknya jangan lebih lama dari 2 minggu. Bila lesi sudah
membaik, pilihlah salah satu dari golongan sedang dan bila perlu
diteruskan dengan hidrokortison asetat 1%.
 Jangan menyangka bahwa kortikosteroid topikal adalah obat
mujarab untuk semua dermatosis. Apabila diagnosis suatu
dermatosis tidak jelas, jangan pakai kortikosteroid poten karena
hal ini dapat mengaburkan ruam khas suatu dermatosis. Tinea dan
scabies incognito adalah tinea danscabies dengan gambaran klinik
tidak khas disebabkan pemakaian kortikosteroid.
Dosis dan Formulasi
 Penggunaan kortikosteroid 2 kali sehari
 Untuk mengurangi resiko dan efek takifilaksis>> disarankan
pemakaian waktu jeda yang panjang.
 Kortikosteroid topikal potensi lemah 4-6 minggu
 Kortikosteroid topikal kuat 2 minggu
 Dapat diberikan dalam segala bentuk (salep, krim, lotion,
foam)
Efek Samping
 Striae dan atrofi kulit : biasanya terjadi karena penggunaan yang
lama (3-4 minggu). Terjadi pada daerah aksila atau inguinal dan
bersifat reversibel.
 Steroid akne
 Dermatitis perioral dan periocular : biasanya akan membaik
dengan menghentikan pemakaian
 Retardasi pertumbuhan dan Iatrogenic Cushing’s syndrome: terjadi
akibat supresi aksis pituitari - adrenal
 Dermatitis kontak alergi atau iritan
 Hiperpigmentasi atau hipopigmentasi
 Teleangiektasia
 Hipertrikosis
Daftar Pustaka
 AbidinTaufik. Oral Corticosteroid. 2009. Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/13461798/Oral-Kortikosteroid
 Freeberg. M. Irwin, Eisen. Z. Atrhur, Wolff. Klaus, dkk. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Volume II B. Sixth
Edition. Newyork; Mc Graw-Hill Medical Publishing Division. 2003; 2381-2387, 2322-2327
 Maftuhah. Husni, Abidin. Taufik, Oral Kortikosteroid. 2009. Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/13461799/kortikosteroid-topikal
 Sutarman Putu Ngakan, Roma Julius. Pengaruh Kortikosteroid Terhadap Sistem Imun. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedoteran Universitas Hasanuddin Rumah Sakit Ujumg Pandang. Cermin Dunia Kedokteran No.85;1993. Diunduh dari
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13PengaruhKortikosteroid085.pdf/13PengaruhKortikosteroid085.html
 Sularsito Adi Sri Dr, dkk. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Erupsi Obat Alergik. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
1995; 23-26
 Djuanda. A, Hamzah. M, Aisah. S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007; 337-347
 Agusni Indropo. Mekanisme Kerja Kortikosteroid Topikal. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga/RSUD Soetomo. Surabaya; 2001. Diunduh dari
http://ojs.lib.unair.ac.id/index.php/bipkk/article/viewFile/191/191
 Ganiswarna G Sulistia. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Balai penerbit FKUI, 1995 ; 484-500
 Polito Andrea; Aboab Jérôme; Annane Djillali, PhD. Adrenal insufficiency in
sepsis. 2009.Diunduhdari http://infoomega3.wordpress.com/2008/05/17/omega-3-3/
 Ashari Irwan. Kortikosteroid Topikal. 2009. Diunduh dari http://irwanashari.blogspot.com/2009/02/kortikosteroid-
topikal.html
 E health links. Synthetic Glucocoticoids. 2009. Diunduh dari http://www.endotext.org/adrenal/adrenal14/ch01s02.html
 Corticosteroid. 2009. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1063590-treatment

Anda mungkin juga menyukai