Mineralokortikoid
Membantu mengontrol volume cairan tubuh dan
konsentrasi elektrolit (terutama Na dan K)
Sediaan Kortikosteroid
Equivalent Mineralocortic Plasma Half- Duration of
Glucocortico oid Potency Life (menit) Action (jam)
id Potency
(MG)
Short-acting
Hidrocortisone (Cortisol) 20 0,8 90 8-12
Cortisone 25 1 30 8-12
Intermediate-acting
Prednisone 5 0,25 60 24-36
Prednisolone 5 0,25 200 24-36
Methylprednisolone 4 0 180 24-36
Triamcinolone 4 0 300 24-36
Long-acting
Dexamethasone 0,75 0 200 36-54
Kortikosteroid alami yang paling banyak dihasilkan oleh
tubuh >> kortisol
Kortisol disintesis dari kolesterol oleh korteks adrenal
Sekresi kortisol >> 10-20 mg/hari (dengan puncak diurnal
pukul 8 pagi)
Pemilihan Glukokortikoid Sistemik
Pilih preparat glukokortikoid dengan efek mineralokortikoid
yang minimal (untuk mencegah retensi natrium)
Pemberian pengobatan jangka panjang dengan prednison atau
obat sejenisnya dengan half life intermediet dan afinitas
reseptor steroid yang relatif lemah, dapat menurunkan
kemungkinan timbulnya efek samping. Sebaliknya pemakaian
jangka panjang preparat glukokortikoid dengan half life yang
lebih lama dan afinitas glokokortikoid yang tinggi, seperti
deksametason dapat meningkatka risiko timbulnya efek
samping tanpa disertai efek terapeutik yanglebih baik.
Pemilihan Glukokortikoid Sistemik
Bila pasien tidak merespon terhadap kortison atau prednison,
perlu dipertimbangkan memberikan substitusi bentuk aktif
kortison atau prednison
Metilprednisolon yang berpotensi tinggi dengan kemampuan
retensi natrium yang rendah dapat digunakan untuk pulse-
therapy
Indikasi
Enam prinsip terapi yang perlu diperhtikan sebelum
menggunakan obat kortikosteroid, yaitu :
untuk tiap penyakit pada tiap pasien, dosis efektif harus
ditetapkan dengan trial and error, serta harus di re-evaluasi dari
waktu ke waktu sesuai dengan perubahan penyakit,
suatu dosis tunggal besar kortikosteroid umumnya tidak
berbahaya,
penggunaan kortikosteroid untuk beberapa hari tanpa adanya
kontraindikasi spesifik, tidak membahayakan kecuali dengan dosis
yang sangat besar,
22/02/2018
Indikasi
bila pengobatan diperpanjang sampai beberapa minggu atau bulan
hingg dosis melebihi dosis substitusi, insiden efek samping dan
efek letal potensial akan bertambah,
penggunaan kortikosteroid bukan merupakan terapi kausal atau
kuratif tetapi hanya bersifat paliatif karena efek anti-inflamasinya,
kecuali untuk insufisiensi adrenal,
penghentiaan pengobatan tiba-tiba pada terapi jangka panjang
dengan dosis besar mempunyai resiko insufisiensi adrenal hebat
dan dapat mengancam jiwa.
22/02/2018
Efek Samping
Tergantung pada dosis, lama pengobatan, dan macam
kortikosterioid.
Pengobatan jangka pendek (beberapa hari/minggu) umum nya
tidak terjadi efek samping yang gawat.
Pengobatan jangka panjang (beberapa bulan/tahun), dapat timbul
karena penghentian obat tiba-tiba atau pemberian obar terus-
menerus (terutama dosis besar)
Osteroporosis
Avascular necrosis
Aterosklerosis
Suppresi aksis Hipotalamus-Pitiuitari-Adrenal
Efek samping imunilogis
Berkaitan dengan kehamilan dan laktasi (melintasi plasenta namun
tidak teratogenik)
Strategi Untuk Mengurangi Efek Samping
Glukokortikoid
Evaluasi Sebelum Pengobatan
Dilakukan penilaian sebelum diberikan pengobatan,
riwayat penyakit pasien dan keluarganya (faktor
prediposisi >> DM, HT, hiperlipidemia, glaukoma dan
penyakit lain yang dapat dipicu akibat pengobatan
steroid
Evaluasi selama pengobatan
pada pengobatan jangka panjang
Anamnesis : poliuri, polidipsia, nyeri abdominal, demam,
gangguan tidur, dan efek psikologi
PF : TD dan BB
Lab : elektrolit serum, GDP, kadar kolesterol, trigliserida, feses
untuk mencari adanya perdarahan tersamar
22/02/2018
Strategi Untuk Mengurangi Efek Samping
Glukokortikoid
Tindakan Preventif
Diet >> rendah kalori, emak dan natrium ; tinggi protein,
kalium dan kalsium. Konsumsi alkohol, kopi, dan nikotin
dikurangi dan melakukan olahraga.
Infeksi >> pada tes mantoux (+) harus diberikan
pengonbatan profilaksis degan isoniazid
Komplikasi gastrointestinal >> Profilaksis dapat berupa
antasid, H2 receptor blocker, atau proton pump inhibitor
22/02/2018
Strategi Untuk Mengurangi Efek Samping
Glukokortikoid
Tindakan Preventif
Supresi adrenal >> Tapering paling baik dilakukan dengan
mengganti dari dosis harian ke dosis selang hari, diikuti
pengurangan dosis bertahap
Osteoporosis >> suplemen kalsium dan vitamin D
Aterosklerosis >> TD, lipid serum dan kadar glukosa
diperikas secara serial
Avascular necroasis >> tanyakan ke pasien apakah ada
keluhan nyeri dan keterbatasan gerak sendi >> periksa
bone scan dan MRI
22/02/2018
KORTIKOSTEROID TOPIKAL
Mekanisme Kerja
Glukokortikoid topikal telah digunkan untuk mengobati kelainan
kulit secara luas dan bermanfaat.
glukokortikoid adalah sebagai anti radang setempat, anti-
proliferatif, dan imunosupresif.
Melalui proses penetrasi, glukokortikoid masuk ke dalam inti sel-
sel lesi, berikatan dengan kromatin gen tertentu, sehingga aktivitas
sel-sel tersebut mengalami perubahan.
Sel-sel ini dapat menghasilkan protein baru yang dapatmembentuk
atau menggantikan sel-sel yang tidak berfungsi, menghambat
mitosis (anti- proliferatif), bergantung pada jenis dan stadium
proses radang.
Glukokotikoid juga dapat mengadakan stabilisasi membran
lisosom, sehingga enzim-enzim yang dapat merusak jaringan tidak
dikeluarkan.
Fungsi Glukokortikoid Topikal
Efektivitas kortikosteroid terkait pada 4 fungsi yang
dimilikinya, yaitu:
Vasokonstriksi : menyebabkan konstriksi pada pembuluh kapiler
di lapisan dermis, sehingga mengurangi eritem.
Antiproliferasi : menghambat sintesa DNA dan mitosis
Imunosupresi : mensupresi sitokin, .jumlah sel mast, imunitas
humoral menghambat kemotaksis neutrofil.dan menyebabkan
ekspansi jumlah sel B berkurang
Anti-inflamasi : menghambat pembentukan prostaglandin dan
fosfolipase A2 sehingga asam arakidonat tidak terbentuk, juga
menghambat proses fagositosis dan stabilisasi membran lisosom
pada sel fagosit.
Cara Pemakaian Kortikosteroid Topikal
Pemakaian kortikosteroid topikal poten tidak dibenarkan pada bayi
dan anak.
Pemakaian kortikosteroid poten orang dewasa hanya 40 gram per
minggu,sebaiknya jangan lebih lama dari 2 minggu. Bila lesi sudah
membaik, pilihlah salah satu dari golongan sedang dan bila perlu
diteruskan dengan hidrokortison asetat 1%.
Jangan menyangka bahwa kortikosteroid topikal adalah obat
mujarab untuk semua dermatosis. Apabila diagnosis suatu
dermatosis tidak jelas, jangan pakai kortikosteroid poten karena
hal ini dapat mengaburkan ruam khas suatu dermatosis. Tinea dan
scabies incognito adalah tinea danscabies dengan gambaran klinik
tidak khas disebabkan pemakaian kortikosteroid.
Dosis dan Formulasi
Penggunaan kortikosteroid 2 kali sehari
Untuk mengurangi resiko dan efek takifilaksis>> disarankan
pemakaian waktu jeda yang panjang.
Kortikosteroid topikal potensi lemah 4-6 minggu
Kortikosteroid topikal kuat 2 minggu
Dapat diberikan dalam segala bentuk (salep, krim, lotion,
foam)
Efek Samping
Striae dan atrofi kulit : biasanya terjadi karena penggunaan yang
lama (3-4 minggu). Terjadi pada daerah aksila atau inguinal dan
bersifat reversibel.
Steroid akne
Dermatitis perioral dan periocular : biasanya akan membaik
dengan menghentikan pemakaian
Retardasi pertumbuhan dan Iatrogenic Cushing’s syndrome: terjadi
akibat supresi aksis pituitari - adrenal
Dermatitis kontak alergi atau iritan
Hiperpigmentasi atau hipopigmentasi
Teleangiektasia
Hipertrikosis
Daftar Pustaka
AbidinTaufik. Oral Corticosteroid. 2009. Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/13461798/Oral-Kortikosteroid
Freeberg. M. Irwin, Eisen. Z. Atrhur, Wolff. Klaus, dkk. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Volume II B. Sixth
Edition. Newyork; Mc Graw-Hill Medical Publishing Division. 2003; 2381-2387, 2322-2327
Maftuhah. Husni, Abidin. Taufik, Oral Kortikosteroid. 2009. Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/13461799/kortikosteroid-topikal
Sutarman Putu Ngakan, Roma Julius. Pengaruh Kortikosteroid Terhadap Sistem Imun. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedoteran Universitas Hasanuddin Rumah Sakit Ujumg Pandang. Cermin Dunia Kedokteran No.85;1993. Diunduh dari
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13PengaruhKortikosteroid085.pdf/13PengaruhKortikosteroid085.html
Sularsito Adi Sri Dr, dkk. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Erupsi Obat Alergik. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
1995; 23-26
Djuanda. A, Hamzah. M, Aisah. S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007; 337-347
Agusni Indropo. Mekanisme Kerja Kortikosteroid Topikal. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga/RSUD Soetomo. Surabaya; 2001. Diunduh dari
http://ojs.lib.unair.ac.id/index.php/bipkk/article/viewFile/191/191
Ganiswarna G Sulistia. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Balai penerbit FKUI, 1995 ; 484-500
Polito Andrea; Aboab Jérôme; Annane Djillali, PhD. Adrenal insufficiency in
sepsis. 2009.Diunduhdari http://infoomega3.wordpress.com/2008/05/17/omega-3-3/
Ashari Irwan. Kortikosteroid Topikal. 2009. Diunduh dari http://irwanashari.blogspot.com/2009/02/kortikosteroid-
topikal.html
E health links. Synthetic Glucocoticoids. 2009. Diunduh dari http://www.endotext.org/adrenal/adrenal14/ch01s02.html
Corticosteroid. 2009. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1063590-treatment