Anda di halaman 1dari 32

JOURNAL READING

Ekspresi gen pada plasenta lebih dipengaruhi oleh spinal atau epidural anestesi dibandingkan oleh
preeklamsia onset lambat atau diabetes melitus gestasional

Oleh :

Husnan Mujiburrahman (G1A016084)

Pembimbing : dr. Tendi Novara, M.Si.Med., Sp.An-KAO,

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2017
LATAR BELAKANG

 Plasenta adalah sebuah struktur gabungan dari jaringan embrio dan ibu yang memasok nutrisi
dan membuang produk sisa dari embrio yang sedang berkembang.
 Plasenta juga memiliki sistem endokrin dan immuno-modulator yang penting. Hingga 10% dari
kehamilan mengalami perkembangan plasenta abnormal dan, dengan demikian, berada
pada risiko tinggi untuk terjadi komplikasi seperti keguguran, preeklamsia (PE), diabetes melitus
gestasional (DMG), pembatasan pertumbuhan janin, dan kelahiran prematur1.
Preeklamsia ditandai dengan onset baru hipertensi dan kerusakan organ
setelah 20 minggu kehamilan dan mempengaruhi 3-5% dari seluruh
kehamilan.
PE onset cepat umumnya melibatkan perkembangan plasenta yang
buruk, sedangkan PE onset lambat diyakini muncul dari interaksi antara
plasenta normal dan mikrovaskular ibu yang rusak karena, misalnya,
hipertensi kronis atau diabetes.
GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang terjadi pertama kali
saat kehamilan. Hal ini dapat mempengaruhi hingga 20% dari wanita
hamil tergantung pada etnis dan kriteria diagnostik yang digunakan.
 Mekanisme pasti di balik DMG dan PE belum jelas.
 Sebelumnya, PE dan komplikasi terkait penyakit plasenta lainnya dianggap spesifik pada
kehamilan dan dapat kembali dalam beberapa jam atau hari setelah plasenta keluar.
 Belakangan menjadi semakin jelas bahwa penyakit tersebut dapat berkontribusi pada
pengembangan gangguan kardiovaskuler pada masa mendatang.
 Mengidentifikasi gen penting yang meregulasi fungsi plasenta dapat digunakan sebagai dasar
untuk mengungkap mekanisme yang mendasari kehamilan normal dan patologis.
 Ekspresi gen pada plasenta dengan PE telah dipelajari secara ekstensif menggunakan
microarrays dan RNA sequencing (RNAseq) dan pada tingkat lebih rendah pada plasenta dari
wanita dengan DMG.
Diagnosis Klinis DMG.

Sebuah tes toleransi glukosa oral (TTGO) dilakukan pada pagi hari setelah puasa semalam untuk semua
wanita pada minggu 30-32 kehamilan.
Sampel darah vena dikumpulkan ke dalam tabung dengan EDTA yang dianalisis pada perawatan
menggunakan Accu-Check Sensor glucometer (Roche Diagnostics GmbH, Mannheim, Germany).
Serum terpisah didapatkan dengan sentrifugasi selama 10 menit pada 3000 g dan disimpan pada suhu -
80 C.
Kadar glukosa juga diukur dari sampel serum beku yang dikumpulkan pada minggu 30-32
menggunakan metode Heksokinase (Hitachi Modular P8000, Roche Diagnostics GmbH, Mannheim,
Germany) pada sebuah laboratorium kimia klinik yang teakreditasi di Oslo University Hospital
Rikshospitalet, seperti yang dilaporkan terakhir kali.
DMG terdiagnosis pada TTGO 75 g menggunakan dua kriteria baru IADPSG dan kriteria lama WHO, di
antaranya :
 (1) Kriteria IADPSG: Glukosa plasma puasa (GPP) 5,1-6,9 mmol/L (92-124 mg/dL) dan glukosa plasma 1 jam ≥
10,0 mmol/L (≥180 mg/dL) atau glukosa plasma 2 jam 8,5-11,0 mmol/L (153-198 mg/dL)
 (2) Kriteria WHO : plasma glukosa 2 jam ≥7,8 mmol/L (140mg/dL), sesuai dengan laporan terakhir.
Diagnosis Klinis PE.

 PE didiagnosis dengan onset baru tekanan darah ≥ 140/90 mmHg dan proteinuria signifikan
(protein total urin/rasio kreatinin > 30 atau +1 pada dipstik urin). Semua kasus didiagnosis setelah
kehamilan 34 minggu (PE onset lambat).
TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Umum
 Studi ini mengkaji potensi RNAseq untuk menemukan gen baru yang dapat
mengkode prediksi dan pengelolaan PE dan DMG
Tujuan Khusus
 (1) untuk memeriksa DEGs pada plasenta dari ibu hamil dengan PE onset lambat dan
DMG dibandingkan dengan plasenta normal menggunakan RNAseq;
 (2) untuk mengidentifikasi DEGs dalam kaitannya dengan variabel ibu, janin dan
persalinan khusus menggunakan RNAseq
 (3) untuk menguatkan DEGs kami dengan identifikasi oleh RNAseq menggunakan RT-
qPCR dalam satu set sampel yang lebih besar dan untuk mengontrol pengaruh
variabel ibu, janin dan variabel persalinan khusus.
RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan sampling penelitian ini adalah penelitian analitik


(observasional) yang berbentuk studi prospektif kohort.
POPULASI DAN SAMPEL

 1031 wanita berisiko rendah berasal dari etnis Skandinavia yang


berencana untuk melahirkan di Rumah Sakit Universitas Oslo,
Rikshospitalet, antara tahun 2002 dan 2008, diikuti selama kehamilan
mereka.
POPULASI DAN SAMPEL (cont')

Kriteria eksklusi
1. meliputi kehamilan ganda,
2. diabetes pra-kehamilan yang diketahui,
3. kondisi medis kronis (seperti paru-paru, jantung, pencernaan atau penyakit
ginjal),
4. kehamilan dengan komplikasi malformasi janin besar atau aneuploidi.
VARIABEL

 Variabel Bebas
Ekspresi gen pada plasenta
 Variabel Terikat
Janin
Ibu
Persalinan khusus
PENGUMPULAN DATA

1.Alat Pengumpulan Data


Alat pengumpulan data menggunakan sumber data primer, langsung dari pasien yang sudah
mengisi lembar inform concern
2.Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dengan biopsi plasenta dikumpulkan setelah persalinan per vagina
atau sesar.
ANALISIS DATA

 Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS untuk Windows, versi 21.0 (Chicago, IL, USA).
Data dinyatakan sebagai rerata ± SD ketika secara normal didistribusikan dan median (25, 75
persentil) ketika bias.
 Perbandingan antara wanita dengan GDM atau PE dibandingkan dengan kontrol dilakukan dengan
menggunakan t-test atau Mann-Whitney U, berdasarkan distribusi, dan
 Chi-square test atau Fisher’s exact test (kurang dari 5 observasi) untuk variabel kategori.
 Univariat dan bertahap (variabel p < 0.2) pada analisis univariat.
 Analisis regresi linear dilakukan pada variabel pengubah log (jika bias) dan hasil yang diberikan
sebagai koefisien regresi standar. Hubungan linear, normalitas multivariat, multikolinearitas diuji oleh
faktor inflasi beragam, autokorelasi diuji oleh Durbin-Watson dan homoscedasticity diuji dan
ditemukan untuk regresi linear.
 Sebuah gen pada RNAseq dianggap sebagai ekspresi berbeda ketika False Discovery Rate (FDR)
atau tingkat penemuan palsu adalah <0,1. FDR dihitung sesuai dengan Benjamini dan Hochberg.
Hasil
Karakteristik Klinis.

 Tabel 1 menunjukkan karakteristik populasi penelitian yang dipilih untuk RNAseq (n = 30) dan validasi
dengan RT-qPCR (n = 475).
 Dalam studi kohort RNAseq, seperti yang diharapkan, wanita dengan GDM memiliki BMI yang jauh lebih
tinggi dan berat badan plasenta dan wanita dengan PE memiliki DBP lebih tinggi pada kunjungan 4.
 Dalam validasi kohort, wanita dengan GDM dan PE memiliki BMI, BP yang lebih tinggi, lebih sering induksi
persalinan, dan durasi persalinan yang lebih singkat.
 Perempuan dengan GDM berusia tua, memiliki berat lahir dan berat plasenta lebih tinggi, lebih banyak
persalinan sesar, dan lebih sering nulipara.
 Usia kehamilan lebih singkat pada wanita dengan PE.
 Menggunakan standar World Health Organization (WHO) sebagai perbandingan dengan International
Association of Diabetes and Pregnancy Study Groups (IADPSG) untuk diagnosis DMG
 Membandingkan beberapa variabel ibu, janin dan persalinan khusus antara perempuan dengan dan tanpa
anestesi epidural atau spinal
Gen yang dieskpresikan paling tinggi pada plasenta

 Gen digambarkan oleh tingkat ekspresi rerata mereka.


 Gen-gen yang dapat mengatur plasenta/ pertumbuhan janin yang dieskpresikan paling tinggi, termasuk noncoding RNA, H19,
dan insulin growth factor 2 (IGF2)
 Banyak gen plasenta khusus yang juga diekspresikan dengan sangat tinggi, seperti placental lactogens (CSH1 dan CSH2),
placenta specific glycoproteins (PSG1, PSG3 dan PSG4, PSG5 dan PSG9), pregnancy-associated plasma protein A (PAPPA),
hCG alpha subunit (CGA), estrogen synthase (CYP19A1), ADAM metallopeptidase domain 12 (ADAM12), tissue factor pathway
inhibitor 2 (TFPI2), dan placenta specific 4 (PLAC4).
 Banyak gen plasenta khusus yang juga diekspresikan dengan sangat tinggi, seperti placental lactogens (CSH1 dan CSH2),
placenta specific glycoproteins (PSG1, PSG3 dan PSG4, PSG5 dan PSG9), pregnancy-associated plasma protein A (PAPPA),
hCG alpha subunit (CGA), estrogen synthase (CYP19A1), ADAM metallopeptidase domain 12 (ADAM12), tissue factor pathway
inhibitor 2 (TFPI2), dan placenta specific 4 (PLAC4).
 Sejumlah RNA berasal dari desidua ibu dan sel darah berinti diperiksa dengan melihat transkrip XIST di XX (median count
10.099) dan XY (median count 218,5) sampel plasenta
 Estimasi rata-rata untuk fraksi RNA yang berasal dari sel-sel ibu adalah 2,2% kisaran (25, 75) 1,7-4,6% (rata-rata, 4,0%). Hal ini
menunjukkan bahwa data RNAseq yang berkualitas baik secara teknis dan biologis dengan sedikit kontaminasi dari desidua atau
darah ibu
Pengaruh variabel ibu, persalinan khusus, dan janin
pada ekspresi gen plasenta oleh RNAseq.

 Kami mengevaluasi potensi ibu, persalinan khusus, dan variabel pengganggu janin pada DEGs plasenta
dengan FDR <0,1.
 Investigasi variabel pengganggu ibu menggunakan semua 30 sampel, 16 DEGs terdeteksi antara
primipara dibandingkan dengan wanita multipara. Dari jumlah tersebut, 15 diantaranya menurun dan 1
meningkat pada wanita multipara
 Sembilan DEGs terdeteksi antara pasien BMI rendah dan tinggi pada kunjungan 4. Dari jumlah tersebut,
8 mengalami peningkatan regulasi dan 1 mengalami penurunan regulasi pada plasenta dari wanita
dengan BMI yang lebih tinggi, termasuk peningkatan adipsin (CFD).
 Untuk BMI kunjungan 1 dan usia ibu, kami tidak menemukan apapun secara signifikan DEGs, FDR
<0,1
lanjutan

 Untuk variabel persalinan khusus, kami menemukan 33 DEGs dengan anestesi epidural (22 mengalami peningkatan regulasi
dan 11 mengalami penurunan regulasi) dan 35 DEGs dengan analgesia spinal (10 mengalami peningkatan regulasi dan 25
mengalami penurunan regulasi).
 Wanita yang menerima anestesi umum (n = 1) dan blok pudendal (n = 1) dikeluarkan dari analisis ini.
 Secara khusus, 9 transkrip untuk heat shock protein (Hsp) milik Hsp70 dan Hsp40 yang dieskpresikan berlimpah dan
meningkat pada plasenta dari wanita yang menerima anestesi epidural local.
 Selain itu, myeloperoxidase (MPO), penanda aktivasi neutrofil, ditingkatkan pada wanita yang menerima anestesi epidural.
 Pada wanita yang menerima anestesi spinal, gen yang terlibat dalam regulasi respon imun termasuk beberapa immunoglobin
(yaitu IGHG2, IGJ, IGCL2, MARCH1) dan kemokin (CXCL9/10) yang meningkat dengan berbeda-beda
 Sehubungan dengan perbedaan yang berkaitan dengan jenis persalinan, 1 DEG itu menurun regulasi pada wanita yang
melahirkan secara sesar, dan 7 DEGs yang meningkat diregulasi dalam plasenta wanita dengan durasi persalinan yang lebih
lama, sementara tidak ada DEGs dikaitkan dengan induksi persalinan.
lanjutan

 Untuk variabel pengganggu janin (Gbr. 4), 51 DEGs dikaitkan dengan offspring-sex. Tiga
puluh tujuh orang mengalami peningkatan regulasi dan 14 mengalami penurunan regulasi saat
menggunakan laki-laki sebagai referensi
 Kami menemukan 4 DEGs antara berat plasenta median tinggi dan rendah. Tiga yang
mengalami peningkatan regulasi dan 1 mengalami penurunan regulasi pada plasenta dengan
berat tertinggi.
 Untuk berat badan lahir, tidak ada DEGs signifikan. Untuk berat badan lahir, tidak ada DEGs
signifikan
Pengaruh PE dan DMG pada ekspresi gen
plasenta oleh RNAseq
 Hanya 5 DEGs yang diidentifikasi antara kontrol dan plasenta PE dengan FDR <0,1. Dari
jumlah tersebut, ada 3 yang menurunkan regulasi gen non-coding, salah satu menurunkan
regulasi gen penyandi protein (angiopoietin 2 [ANGPT2]), dan satu meningkatkan regulasi
protein-coding gene.
 Jumlah median (25-75 persentil) untuk ANGPT2 dalam kontrol vs plasenta PE adalah 663
(224-933) dan 239 (155-386).
 Tidak ada DEGs yang terdeteksi antara GDM dan kontrol plasenta dengan FDR <0,1.
Validasi data RNAseq oleh RT-qPCR.

 Untuk memvalidasi data RNAseq kami, kami melakukan RT-qPCR. Sampel untuk validasi RT-qPCR tidak hanya
30 sampel yang masuk dalam analisis RNAseq, tetapi semua 475 sampel plasenta dari studi STORK dengan
kualitas RNA yang tinggi.
 karena beberapa gen menunjukkan ekspresi gen yang berbeda, selain ANGPT2, kami memilih untuk mengukur
CXCL14 yang berada pada daftar teratas untuk PE dan DMG (disesuaikan p-value <0,0006 dan <0,001 masing-
masing), dan dapat dikenal berpotensi mengatur perkembangan trofoblas pada ibu-janin
 diferensial (penurunan) ekspresi ANGPT2 di plasenta PE dikonfirmasi oleh qPCR di 30 sampel yang sama yang
digunakan dalam percobaan RNAseq. Namun, di set sampel yang lebih besar, meskipun ekspresi ANGPT2
menurun pada plasenta PE dibandingkan dengan kontrol, perbedaannya tidak bermakna secara statistik (P = 0,74).
 Ekspresi CXCL14 tidak meningkat oleh qPCR di DMG (p = 0,055) dan PE (p = 0,085) pada 30 sampel plasenta
yang sama dengan yang digunakan dalam percobaan RNAseq atau dalam sampel set yang lebih besar (p = 0,14
(GDM WHO), p = 0,11 (GDM IADPSG), p = 0.93 (PE))
Prediksi ekspresi ANGPT2 dan CXCL14 pada
plasenta dalam kelompok besar.

 Untuk mengevaluasi pengaruh karakteristik ibu, persalinan khusus, dan janin pada ANGPT2 dan
ekspresi CXCL14, kami akhirnya melakukan analisis regresi multivariabel, termasuk kelompok
diagnostik (misalnya DMG atau PE) untuk mengidentifikasi prediktor yang paling penting
 Regresi linier bertahap untuk iidentifikasi usia kehamilan, paritas, dan keturunan seks sebagai prediktor
ekspresi ANGPT2.
 Usia kehamilan, diikuti oleh berat badan lahir, dan paritas adalah variabel yang diprediksi dari ekspresi
gen CXCL14
Diskusi

 Kami melakukan analisis RNAseq untuk membandingkan ekspresi gen antara PE onset lambat, DMG dan kontrol pada
plasenta. Regresi linier bertahap untuk iidentifikasi usia kehamilan, paritas, dan keturunan seks sebagai prediktor ekspresi
ANGPT2. Usia kehamilan, diikuti oleh berat badan lahir, dan paritas adalah variabel yang diprediksi dari ekspresi gen
CXCL14
 Variabel ibu, persalinan khusus, dan janin dikaitkan dengan gen yang diekspresikan berbeda pada plasenta.
 Secara khusus, anestesi spinal dan epidural yang tidak diduga berkaitan dengan peningkatan regulasi yang signifikan pada
heat shock protection dan gen imunomodulator.
 Bila menggunakan qPCR pada kelompok yang lebih besar untuk memvalidasi gen dengan perbedaan ekspresi yang sangat
tinggi pada plasenta pasien dengan PE onset lambat dan DMG yang diidentifikasi dalam percobaan RNAseq (yaitu,
ANGPT2 dan CXCL14), tercatat bahwa variabel ibu, persalinan khusus, dan janin merupakan prediktor yang lebih kuat
untuk ekspresi gen daripada kelompok diagnostik.
 Hasil ini menunjukkan bahwa variabel ibu, persalinan, dan janin secara substansial berkontribusi pada ekspresi gen
plasenta dan harus dipertimbangkan ketika merancang dan mengevaluasi studi tersebut.
 Sampel dipilih untuk RNAseq yang cocok dengan kriteria klinis dan RNA dengan kualitas yang dapat
diterima dan dengan persentase kecil dari kontaminasi oleh desidua ibu dan sel darah berinti
 Selain itu, sebagian gen yang diekspresikan pada identifikasi dalam plasenta diketahui terlibat dalam
fungsi plasenta, dan overlap dengan transkrip yang diidentifikasi dalam studi sebelumnya. Untuk gen-
gen seks tertentu, 15 dan 19 dari DEGs yang diidentifikasi dalam penelitian ini berhubungan dengan
publikasi sebelumnya oleh Sober et al. dan Buckberry et al.
 Keseluruhan dari 51 DEGs, 28 yang terletak di kromosom Y, sementara 12 yang terletak di kromosom X
 Temuan utama dalam penelitian ini adalah dampak signifikan anestesi epidural dan spinal pada ekspresi gen plasenta.
 Sejak diketahui wanita yang menerima epidural mungkin lebih mudah mengalami hyperthermia, ekspresi peningkatan
coding mRNA untuk anggota keluarga HSP dapat mencerminkan respon heat shock, sebuah saklar pada transkripsi dan
translasi yang secara istimewa mengungkapkan HSP yang mungkin menyajikan protein penting.
 Penyebab lain yang terkait dengan peningkatan ekspresi HSP karena berbagai jenis stres bisa jadi infeksi, peradangan,
hipoksia, cedera dan juga adrenalin, yang merupakan komponen dalam anestesi epidural.
 Secara khusus, kami mengidentifikasi ekspresi yang lebih tinggi dari gen yang mengkode HSP70, sebuah HSP sering
dipelajari pada penyakit plasenta yang juga dapat memberi efek berbahaya jika terikat dengan toll-like receptor.
 Peningkatan ekspresi protein HSP70 telah dibuktikan pada plasenta wanita dengan PE dan dalam kaitannya dengan variabel
persalinan khusus, seperti persalinan prematur.
 Tidak menemukan hubungan yang signifikan antara ekspresi HSP dan cara persalinan, induksi, dan durasi persalinan, atau
adanya PE.
 Beberapa studi menunjukkan bahwa peradangan ibu yang dapat mendasari peningkatan risiko demam setelah anestesi
epidural. Namun, terlepas dari meningkatnya kadar MPO mRNA pada wanita yang menerima epidural, mungkin
mencerminkan aktivasi neutrofil selama respon hipertermia, beberapa gen inflamasi yang diatur secara berbeda.
 Penggunaan anestesi spinal dikaitkan dengan ekspresi mRNA beberapa gen inflamasi, termasuk IGJ, CXCL9 dan CXCL10,
semua kemokin khusus untuk sinyal T sel melalui reseptor CXCR3. Aktivasi sinyal CXCR3 berimplikasi pada persalinan.
identifikasi ditingkatkan dari ekspresi IGJ sebagai fitur yang sangat membedakan peradangan plasenta kronis selain CXCL9
dan komponen inflamasi lainnya dari sel T dan sel B
 Aktivasi reseptor opioid meningkatkan ekspresi CXCL10 dalam sirkulasi sel imun in-vitro.
 Penggunaan anestesi dapat mencerminkan kondisi obstetri yang mendasari dan kita tidak bisa mengabaikan bahwa perbedaan
dalam ekspresi mRNA diamati untuk penggunaan anestesi epidural dan spinal mungkin hasil dari mekanisme jangka panjang
dan respon stres sistemik ibu.
 Untuk variabel perancu ibu, ekspresi gen yang terlibat dalam peradangan dan plasentasi (yaitu, CX3CR136, TSC22D337 dan
PTX3) dikaitkan dengan paritas, menunjukkan bahwa wanita yang telah mengalami kehamilan sebelumnya dapat merespon
secara berbeda terhadap serangan trofoblas dibandingkan dengan wanita nulipara.
 Ekspresi adipsin, yang terbukti melimpah di jaringan adiposa, meningkat pada plasenta dari wanita dengan BMI tinggi, dan
plasenta dari wanita gemuk yang telah ditunjukkan untuk mensekresikan adipsin lebih tinggi.
 Beberapa gen yang diekspresikan berbeda dalam plasenta wanita dengan PE onset lambat dan tidak ada dalam plasenta wanita
dengan DMG. Kami menemukan hanya lima gen yang secara signifikan diatur berbeda dalam plasenta PE berdasarkan FDR <0,1.
 Hasil dari dua meta-analisis terbaru menemukan beberapa gen yang umum diatur dalam plasenta PE dibandingkan dengan controls.
 Menggunakan pengelompokan tanpa pengawasan dari 7 set data microarray, Leavey et al. menemukan derajat besar
pengelompokan PE dan sampel kontrol menunjukkan tidak ada penanda gen yang berbeda pada PE.
 Sober et al. mengidentifikasi pergeseran luas pada profil transcriptome plasenta pada PE onset lambat menggunakan RNAseq.
 kami menemukan peningkatan ekspresi pada pasien PE onset lambat yang berbeda dengan hasil mereka yang menurunkan regulasi
pada PE onset lambat. Namun, pasien memiliki fenotip yang kenyataannya lebih parah menurut kriteria ACOG 2013 (hipertensi
dengan gejala tambahan) dibandingkan dengan fenotip PE ringan pada pasien kami. Ini bisa berimplikasi bahwa bentuk-bentuk
yang lebih ringan dari preeklamsia yang memenuhi kriteria diagnostik mungkin sebenarnya tidak melibatkan patologi plasenta yang
mendasari dan karena itu secara teknis dapat mewakili hipertensi gestasional disertai disfungsi ginjal. Kemungkinan ini dapat
menjawab terapi antihipertensi yang baik dan sesuai standar dan tidak memerlukan penghentian kehamilan.
 Adapun DMG, penelitian sebelumnya mengevaluasi ekspresi gen yang telah dilakukan menggunakan kohort campuran (yaitu
wanita dengan PE dan DMG), pada perempuan yang sedang menjalani terapi insulin, menggunakan kriteria diagnostik yang
berbeda, atau dengan angka sampel yang sangat kecil, membuat perbandingan cukup sulit. Karena pasien kami tidak dalam
terapi insulin, mungkin masuk akal untuk mengasumsikan bahwa mereka memiliki fenotip DMG lebih ringan dibandingkan
dengan yang ada pada studi lainnya.
 Tidak termasuk beberapa perbedaan dalam BMI dan berat plasenta variabel perancu ibu, persalinan khusus dan janin adalah
tiga kelompok perbandingan kami (PE onset lambat, DMG, dan kontrol).
 Selanjutnya, ketika memvalidasi ANGPT2 dan ekspresi gen CXCL14 dalam kelompok yang lebih besar, ibu, kovariat janin,
dan persalinan khusus sebagai penentu terkuat dari ekspresi gen-gen tersebut.
 Karena tujuan dari analisis ekspresi adalah untuk mengidentifikasi pola ekspresi yang unik untuk entitas penyakit yang
berbeda, hasil kami menyoroti pentingnya fenotip juga ditandai untuk memungkinkan pencocokan akurat dan perbandingan
yang relevan antarkelompok.
Keterbatasan Penelitian

 Kualitas RNA dapat lebih baik. Lima dari 30 sampel RNAseq memiliki nilai-nilai RIN bawah 7, dan tambahan 8
sampel memiliki nilai di bawah 8.
 Plasenta adalah jaringan heterogen dan biopsi diambil dari parenkim plasenta. Bagian lain dan sel-sel tertentu dari
plasenta mungkin perlu lebih diperhatikan ketika menyelidiki gen yang diatur pada PE dan DMG.
 Sangat mungkin bahwa profil ekspresi mRNA pada onset cepat akan lebih mencerminkan asal-usul dan patogenesis
penyakit dan mungkin lebih cenderung untuk menghasilkan fingerprint yang khas.
 Informasi tidak lengkap tentang waktu yang tepat dari ketika plasenta dilahirkan hingga pengambilan biopsi dan
penyimpanan jaringan pada suhu -80 ° C.
Kesimpulan

 Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel perancu memiliki pengaruh lebih besar pada ekspresi gen dalam
plasenta dibandingkan beberapa kondisi penyakit yang mendasari (seperti PE onset lambat dan DMG).
 Kami menemukan beberapa gen yang secara signifikan diatur berbeda antara PE onset lambat, DMG dan control
plasenta, menunjukkan bahwa faktor ibu mungkin lebih penting daripada faktor plasenta (janin), pada kondisi
kehamilan khusus tersebut.

Anda mungkin juga menyukai