Anda di halaman 1dari 22

Trakeostomi Perkutan dengan

Panduan USG :
Merupakan pilihan yang lebih baik
dibanding Trakeostomi perkutan
yang dipandu dengan bronkoskopi?
Dr. Muhammad Aripandi Wira

S
PENDAHULUAN

S Trakeostomi perkutan sering dilakukan di ICU.

S AMAN & LEBIH MURAH dibanding trakeostomi surgical


terbuka.

S Panduan bronkoskopi berguna untuk menghindari cedera


terhadap struktur sekitar, penempatan tabung yang terlalu
tinggi, cedera dinding posterior trakea dan untuk
mengkonfirmasi letak tube di area endotrakeal.
S Gambaran anatomis sebelum pungsi trakea selama proses PT
membantu mencegah perdarahan yang dapat berasal dari struktur
vaskular pre-trakea dan penempatan tube trakea diatas cincin
trakea pertama.

S Penggunaan panduan aktual ultrasonografi saat tindakan PT,


dengan visualisasi jalur jarum sampai ke dinding anterior trakea
seharusnya dapat menurunkan resiko pungsi di atas cincin trakea
pertama dan cedera terhadap struktur sekitarnya dan dinding
posterior trakea; juga dapat berguna ketika terdapat faktor- faktor
yang dapat meningkatkan kesulitan teknis saat dilakukan prosedur
seperti obesitas morbid, kelainan anatomis, dan kelainan spina
servikal.
METODE dan ALAT

S Prospektif, single centre randomised control trial yang dilakukan


terhadap 74 pasien yang berurutan.
S Semua pasien (untuk pasien yang tidak sadar dilakukan oleh
keluarga terdekat) telah memberikan persetujuan tertulis.
S Kami menginklusi semua pasien yang dirawat di rumah
sakit di ICU dan HDU dengan indikasi pemasangan PCT.
S Kriteria eksklusi adalah : umur dibawah 18 th, terdapat
kelainan koagulasi darah ( jumlah platelet di bawah
80000/mm3 dan INR ≥1,5) dan terdapat infeksi di lokasi
pungsi.
S Pada kedua kelompok PCT dilakukan setelah pemberian
sedasi dan analgetik dengan memberikan dosis intermiten
ketofol dan fentanil.

S Pasien kemudian dbantu dengan ventilasi mekanis dengan


fraksi O2 100% ( FiO2).

S Pengawasan berkesinambungan (EKG 3 lead, tekanan


darah, denyut jantung, dan saturasi oksigen) juga dilakukan.
S Prosedur PCT menggunakan teknik Griggs-single step.

S Set alat yang digunakan yaitu jarum pungsi, guide wire,


dilator kecil, dan tube trakeostomi berdilator lengkung.

S Mesin ultrasound yang digunakan adalah Sonosite M Turbo


dengan probe berfrekuensi 6-12 MHz.

S Protokol ini mengharuskan adanya 2 operator; satu


melakukan pemeriksaan USG aktual dan satunya
melakukan tindakan jalan nafas.
S Sebelum PCT, operator melakukan pemeriksaan USG di
area leher dengan potongan longitudinal untuk melihat
lokasi kartilagi krikoid, cincin trakea dan lokasi pungsi (
gambar 1).

S Kemudian operator akan melakukan pemeriksaan USG


dengan potongan transversal untuk mengindentifikasi arteri,
vena, kelenjar tiroid, trakea dan tube endotrakeal dan
mengukur ketebalan kulit di dinding anterior trakea (
gambar 2).
Gambar 1. Tampilan longitudinal USG leher.
Gambar 2. USG tampilan transversal.
S Setelah menentukan lokasi pungsi, operator 1 berdiri di dekat kepala
pasien dan mengeluarkan balon ETT dekat pita suara dengan
panduan USG.

S Operator kedua akan melakukan PCT dengan teknik single-stage


dilator dengan panduan USG.

S Jarum pungsi dengan spuit berisi larutan garam fisiologis ditusukkan


tegak lurus dengan kulit dan terus sampai jarum terlihat melewati
dinding anterior trakea saat aspirasi udara.

S Jarum diposisikan ke arah kaudal  mencegah pasase terbalik


(retrogade) guide wire.

S Jarum akan terlihat dalam mode ‘out-of-plane’ ( jalur jarumnya


dilihat dengan adanya bayangan akustik didepan jarum) pada
potongan transversal area leher ( gambar 3).
Gambar 3. Needle Path.
TR: Cincin Tracheal, TL : Lumen Tracheal.
S Guide wire dimasukkan, jarum dicabut, dan insisi
horizontal kecil dibuat di lokasi pungsi.
S Visualisasi guide wire  gambaran hiperekhoik pada
potongan transversal dan longitudinal.
S Selama prosedur, probe USG diletakkan di tiang pemegang
dan dikontrol oleh operator USG untuk gambaran potongan
transversal dan longitudinal (gambar 4).
S Kesterilan probe USG dipastikan dengan menutupi probe
dan sirkuit tiang pemegang probe dengan lapisan penutup
yang steril (gambar 5&6 ).
Gambar. 4: Guide Wire
(panah menunjukkan area hiperekhoik)
Gambar. 5 : Tiang pemegang probe yang disesuaikan.
Gambar. 6 : Penutup steril untuk tiang pemegang probe.
S Dilator kecil untuk membuat stoma inisial yang diikuti dengan dilator
forsep single-step Griggs di guide wire.

S Tube trakeostomi dimasukkan dengan panduan guide wire melewati


stoma.

S Penempatan tube endotrakea dikonfirmasi dengan auskultasi dan


diverifikasi dengan dengan pernapasan yang sesuai dengan mesin
ventilator dan adanya gambaran sonografik ‘lung-sliding’ di kedua
paru.

S Insisi 2,5 cm dibuat di kartilago trakea. Spuit berisi cairan garam


fisiologis dimasukkan ke trakea dan dapat dilihat langsung oleh
operator pada layar yang terhubung pada kamera serat optik di
bronkoskop. Jarum kateter berukuran 14G dimasukkan dengan
panduan bronkoskopi dan guide wire dimasukkan melalui kateter
(gambar 7).
Gambar. 7 : Tampilan Bronkoskopik guide wire
Komplikasi PCT
HASIL

S Prospektif, single centre randomised control trial yang dilakukan


terhadap 74 pasien yang berurutan.
S Semua pasien (untuk pasien yang tidak sadar dilakukan oleh
keluarga terdekat) telah memberikan persetujuan tertulis.
S Kami menginklusi semua pasien yang dirawat di rumah
sakit di ICU dan HDU dengan indikasi pemasangan PCT.
S Kriteria eksklusi adalah : umur dibawah 18 th, terdapat
kelainan koagulasi darah ( jumlah platelet di bawah
80000/mm3 dan INR ≥1,5) dan terdapat infeksi di lokasi
pungsi.
S Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PCT dapat
dilakukan dengan panduan USG aktual dengan hasil yang
sama –bahkan bisa lebih baik- jika dibandingkan dengan
PCT yang dipandu dengan bronkoskopi dengan durasi
pelaksanaan prosedur yang juga lebih singkat.
S Diantara komplikasi yang terjadi, insidensi hhipoksia,
pendarahan minor dan sedang, dan tertusuknya cuff trakea
lebih sering terjadi di kelompok pasien yang menjalani
BPCT dan signifikan secara statistik.
Kesimpulan

S PCT yang dipandu USG dapat dilakukan pada pasien kritis dan
insidensi komplikasinya rendah.

S Aplikasi USPCT menyediakan pemahaman anatomi leher yang


lebih baik sehingga dapat mencegah tertusuknya pembuluh darah,
dan membantu memandu prosedur trakeostomi.

S USPCT dapat menggantikan BPCT dan memiliki angka


komplikasi yang rendah, USG menyediakan pemahaman yang
lebih baik mengenai anatomi laher, mencegah tertusuknya
pembuluh darah, dan membantu memandu prosedur trakeostomi.

Anda mungkin juga menyukai