Anda di halaman 1dari 61

Keperawatan perioperatif

 Tiga istilah yang menggabungkan tiga fase pengalama


n pembedahan: pra operatif- intra operatif- pasca oper
atif
PENGERTIAN
 Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari
perawatan perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima
masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien
dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan
pembedahan.
 Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke
meja bedah dan berakhir bila pasien di transfer ke wilayah
ruang pemulihan.
 Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari
perawatan pre dan intra operatif yang dimulai saat klien
diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi dan
berakhir sampai evaluasi selanjutnya
PRE OPERATIF

 Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian,


yang meliputi persiapan psikologi baik pasien maupun
keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).
Kategori pembedahan
berdasarkan urgensinya
Kesiapan pasien pre Operasi
 Persiapan fisik
 Persiapan Penunjang
 Persiapan status anestesi
 Informed consent
 Persiapan mental / psikis
Persiapan Fisik
 Status kesehtan fisik secara umum
 Status Nutrisi:
Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien
mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di
rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi
adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya
jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan
penyembuhan luka yang lama
 Keseimbangan cairan dan elektrolit
 Kebersihan lambung dan kolon
Persiapan Fisik
Pengosongan lambung dan kolon
Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari
aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari
kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan
terjadinya infeksi pasca pembedahan.
Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya
infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang
tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
Personal Hygine
Pengosongan kandung kemih
Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperlukan
untuk mengobservasi balance cairan
Latihan Pra Operasi
Persiapan Penunjang
 1. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto
tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomog
raphy Scan) , MRI (Magnetic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystos
copy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECH
O, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
 2) Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin, angka
leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albu
min dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT, ureum, kr
eatinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsum tulang jika p
enyakit terkait dengan kelainan darah.
 3) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan
tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dil
akukan untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa i
nfeksi kronis saja.
 4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).
 5) Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pa
sien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan pua
sa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dila
kukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (post prandial).
Persiapan Anestesi
 Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiusan ditujukan untuk kesela
matan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anestesi demi kepentingan pe
mbedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan u
ntuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan
yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA
(American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat
dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, pere
daran darah dan sistem saraf..
Informed Consent
Informed Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit
menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau
orang yang bertanggung jawab terhadap pasien wajib
untuk menandatangani surat pernyataan
Persetujuan Operasi / Informed Consent

 Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia.


Persetujuan bisa didapat dari keluarga dekat yaitu
suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga
terdekat.
 Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai
wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat
izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah
dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak
dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih
mungkin
Persiapan Psikologi
 Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani
operasi emosinya tidak stabil. Hal ini dapat
disebabkan karena :
 Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.
 Keadaan sosial ekonomi dari keluarga.
Penjelasan tentang peristiwa dan Informasi yang dapat
membantu pasien dan keluarganya sebelum operasi :
- Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan
persiapan).
- Hal-hal yang rutin sebelum operasi.
- Alat-alat khusus yang diperlukan
- Pengiriman ke ruang bedah.
- Ruang pemulihan.
- Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi :
◦ Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.
◦ Perlu kebebasan saluran nafas.
◦ Antisipasi pengobatan.
Persiapan Fisiologi

Diet
 8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan
makan, 4 jam sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan
minum, (puasa) pada operasi dengan anaesthesi umum.
 Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal
anaesthesi makanan ringan diperbolehkan.
 Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum
pembedahan antara lain :
- Aspirasi pada saat pembedahan
- Mengotori meja operasi.
- Mengganggu jalannya operasi.
Persiapan Perut.

 Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan


pada bedah saluran pencernaan atau pelvis daerah
periferal. Untuk pembedahan pada saluran pencernaan
dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore dan pagi hari
menjelang operasi.
 Maksud dari pemberian lavement antara lain :
- Mencegah cidera kolon
- Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada
daerah yang akan dioperasi.
- Mencegah konstipasi.
- Mencegah infeksi.
Persiapan Kulit

 Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut.


Pencukuran dilakukan pada waktu malam menjelang
operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak
dan kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang
akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-
kurangnya 10-20 cm2.
Hasil Pemeriksaan

 Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG


dan lain-lain.
Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan
perawat OK)

1. Mencegah Cidera
 Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi
atau cidera perlu dilakukan hal tersebut di bawah ini :
 Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut
(lavement).
 Cek gelang identitas / identifikasi pasien.
 Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.
 Lepas perhiasan
 Bersihkan cat kuku.
 Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.
 Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.
 Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada
gangguan pendengaran.
 Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko
terhadap tromboplebitis.
 Kandung kencing harus sudah kosong.
 Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek
meliputi ;
- Catatan tentang persiapan kulit.
- Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN).
- Pemberian premedikasi.
- Pengobatan rutin.
- Data antropometri (BB, TB)
- Informed Consent
- Pemeriksan laboratorium.
2. Pemberian Obat premedikasi

 Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi


kecemasan, memperlancar induksi dan untuk
pengelolaan anaesthesi. Sedative biasanya diberikan
pada malam menjelang operasi agar pasien tidur
banyak dan mencegah terjadinya cemas
Pengkajian Keperawatan Pra Bedah
A. Data Subyektif
 Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
◦ Tempat
◦ Bentuk operasi yang harus dilakukan.
◦ Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit,
keterbatasan setelah di bedah.
◦ Kegiatan rutin sebelum operasi.
◦ Kegiatan rutin sesudah operasi.
◦ Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
 Bentuk, sifat, roentgen
 Jangka waktu
 Pengertian tentang bedah yang duanjurkan
 Pengalaman bedah terdahulu
Kesiapan Psikologis Menghadapi
Bedah

 Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan


menghadapi bedah yang dianjurkan.
 Metode-metode penyesuaian yang lazim.
 Agama dan artinya bagi pasien.
 Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
 Keluarga dan sahabat dekat
Status Fisiologi

 Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau


yang mendorong komplikasi-komplikasi pascabedah.
 Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
 Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
 Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan)
mual, anoreksia.
 Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki,
arthritis, bedah orthopedi yang terdahulu (penggantian
sendi, fusi spinal).
 Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
 Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman,
harapan mengenai terbebas dari nyeri setelah operasi.
Data Obyektif
 Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan
(cemas), kemampuan berbahasa Inggris.
 Tingkat interaksi dengan orang lain.
 Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang
sibuk (cemas).
 Tinggi dan berat badan.
 Gejala vital.
 Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.
 Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.
 Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
 Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan
bernafas dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan
pada pasca bedah).
 Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer
sebelum bedah vaskuler atau tubuh.
 Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di
tempat duduk, koordinasi waktu berjalan.
INTRA
OPERATIF………….
Fase intra operatif
 Dimulai ketika pasien masuk/pindah ke instansi
bedah dan berakhir dan pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan
 Peran perawat :
pemasangan IV cath, pemberian medikasi, intravensi,
melakukan pemantauan kondisi fisiologi yang
menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan
menjaga keselamatan pasien.
Prinsip-prinsip Umum
 Prinsip asepsis ruangan
alat-alat bedah, seluruh sarana kamar operasi,
personal operasi, sandal, baju, masker dan topi.
 Prinsip asepsis personil
1. Scrubbing (cuci tangan steril)
2. Gowning (teknik pemakaian gaun operasi)
3. Gloving (teknik pemakaian sarung tangan steril)
Prinsip-prinsip umum…
 Prinsip asepsis pasien
1. Desinfeksi lapangan operasi
2. Tindakan drapping (menutup pasien di meja operasi)
 Prinsip asepsis instrumen
sterilisasi alat, mempertahankan kesterilan alat pada
saat pembedahan yang digunakan teknik-teknik
tertentu tanpa singgung dan menjaga agar tidak
bersinggungan dengan benda-benda non steril.
Gowning
Gloving
Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra
Operatif
- Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya
di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan kategori
kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :
- Anggota steril
◦ Ahli bedah utama / operator
◦ Asisten ahli bedah.
◦ Scrub Nurse / Perawat Instrumen
- Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :
 Ahli atau pelaksana anaesthesi.
 Perawat sirkulasi
 Anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat
pemantau yang rumit).
Ahli bedah & asisten bedah
Ahli Anastesi
Scrub Nurse
Scrub Nurse (instrumentator):
 melakukan desinfeksi lap pembedahan dan drapping,
mengatur meja steril, menyiapkan alat jahit, diatermi
dan peralatan khusus utk pembedahan dan membant
u dokter selama pembedahan.
Circulating Nurse
Perawat Sirkuler bertugas :
1. Mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan
dan mengevaluasi aktivitas kep yg dpt
memenuhi kebut klien
2. Mempertahankan lingk yg aman dan nyaman
3. Menyiapkan bantuan kpd tiap anggota tim
menurut kebutuhan.
4. Memelihara komunikasi anatar anggoat tim
di ruang operasi
5. Membantu mengatasi masalah yg terjadi.
Aktivitas keperawatan
 Safety Management
 Monitoring Fisiologis
 Monitoring Psikologis
 Pengaturan dan koordinasi Nursing Ca
re
Safety management
 1. Pengaturan posisi pasien
 Pengaturan posisi pasien bertujuan untuk mem
berikan kenyamanan pada klien dan memudah
kan pembedahan.

a. Kesejajaran fungsional
 Memberikan posisi yg tepat selama op.
 Contoh :
 1. Supine (dorsal recumbent) : hernia,
laparatomy, explorasi laparatomy, ap
pendiktomy, mastectomy, reseksi usus.
Safety…
2. Pronasi : operasi pd daerah punggung dan
spinal, mis: Lamminectomy
3. Trendelenburg : dg menempatkan bg usus diatas
abdomen, sering digunakan utk op pd daerah
abdomen bwh atau pelvis.
4. Lithotomy : posisi ini mengekspose perineal dan
rectal, biasanya digunakan utk operasi vagina.
Dilatasi, kuretase dan pembedahan rectal ;
Hemmoroidectomy.
Safety…
5. Lateral : digunakan utk op ginjal, dada dan
pinggul.

 b. Pemajanan area pembedahan


 c. Mempertahankan posisi sepanjang prosedur o
perasi
Posisi operasi
Monitoring fisiologis
 Melakukan balance cairan
 Memantau kondisi kardiopulmonal
 Pemantauan terhadap tanda-tanda vital (vital sign)
Monitoring psikologis
 Memberikan dukungan emosional pada pasien
 Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan sela
ma prosedur indikasi.
 Mengkaji status emosional klien
 Mengkomunikasikan status emosional klien jika ada p
erubahan
nursing care

 Memanage keamanan fisik pasien


 Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis
Prinsip Tindakan Keperawatan Selama
Pelaksanaan Operasi.

A. Persiapan Psikologis Pasien


B. Pengaturan Posisi
 Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa
nyaman pasien dan keadaan psikologis pasien.
 Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam
pengaturan posisi pasien adalah :
- Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
- Umur dan ukuran tubuh pasien.
- Tipe anaesthesia yang digunakan.
- Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila
ada pergerakan (arthritis).
Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :

 Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.


 Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan
kakinya ditutup dengan duk.
 Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang
biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk
menjaga kerusakan saraf dan jaringan.
 Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk
meyakinkan terjadinya pertukaran udara.
 Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat
menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor
predisposisi terjadinya thrombus.
 Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini
dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
 Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
 Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.
 Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah secara
bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.
 Pengkajian psikososial
 Membersihkan dan Menyiapkan Kulit.
 Penutupan Daerah Steril
 Mempertahankan Surgical Asepsis
 Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan
Panas Tubuh
 Penutupan luka pembedahan
 Perawatan Drainase
 Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU
atau PACU.
Post Operasi
Post operasi
Dimulai masuknya pasien ke ruang pemulihan
(recovery room) dan berakhir dengan evaluasi tindak
lanjut pada tatanan klinik rumah.

Peran perawat :
fokus pengkajian efek anestesi, memantau fungsi vital
serta mencegah komplikasi.
Post op…
Perawatan post operatif meliputi beberapa tahapan,
yaitu:
 Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawa
tan pasca anestesr (recovery room/ruang pemulihan)
 Perawatan pasca anestest di ruang pulih (RR)
 Transformasi pasien ke ruang rawat
Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room
:

 Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan


pada pasien dengan pembiusan umum, sedang pada
pasein dengan anaesthesi regional posisi semi fowler.
 Pasang pengaman pada tempat tidur.
 Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
 Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
 Beri O2 2,3 liter sesuai program.
 Observasi adanya muntah.
 Catat intake dan out put cairan.
Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan
terjadinya situasi krisis

 - Tekanan sistolik < 90 –100 mmHg atau > 150 – 160


mmH, diastolik < 50 mmHg atau > dari 90 mmHg.
 - HR kurang dari 60 x menit > 100 x/menit
 - Suhu > 38,3 o C atau kurang dari 35 o C.
 - Meningkatnya kegelisahan pasien
 - Tidak BAK + 8 jam post operasi.
Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room
Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :
 Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.
 Tanda-tanda vital harus stabil.
 Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.
 Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.
 Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah
sempurna.
 Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan
dilaporkan.
 Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.
 Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk
kehadiran pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada
unit dimana pasien akan dipindahkan.
 Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk
menyiapkan dan menerima pasien tersebut.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi

 Pengkajin awal
 Status Respirasi
 Melipuiti :
 Status sirkulatori
 Status neurologis
 Balutan
 Kenyamanan
 Keselamatan
 Perawatan
 Nyeri
Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul

 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka


post operasi.
 Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.
Diagnosa Tambahan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret.
b. Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi,
bedah pelvis, dan kurang gerak.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah
memahami informasi.
d. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang prosedur pembedahan.
e. Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika,
ketidaseimbangan elektrolit.
f. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksoia, lemah, nyeri, mual.
h. Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi
Kebutuhan Penyuluhan..?
Selamat Belajar……………

Anda mungkin juga menyukai