sampel. • Gelombang diteruskan, dan ditangkap oleh detektor. • Komputer akan memberikan gambaran spektrum sampel. • Struktur kimia dan bentuk ikatan molekul sampel menjadi dasar bentuk spektrum yang diperoleh. Metode Biuret • Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptida (- CO-NH-N) dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida. • Prinsip penetapan kadar protein dalam serum dengan metode Biuret adalah pengukuran serapan cahaya kompleks berwarna ungu dari protein yang bereaksi dengan pereaksi biuret dimana, yang membentuk kompleks adalah protein dengan ion Cu2+ yang terdapat dalam pereaksi biuret dalam suasana basa. • Semakin tinggi intensitas cahaya yang diserap oleh alat maka semakin tinggi pula kandungan protein yang terdapat di dalam serum tersebut. Cara analisis : • Pembuatan kurva standar • Penetapan sampel • Pengukuran dengan spektrofotometri • Perhitungan Metode Lowry • Metode Lowry mengkombinasikan pereaksi biuret dengan pereaksi lain (Folin-Ciocalteauphenol) yang bereaksi dengan residu tyrosine dan tryptophan dalam protein. • Reaksi ini menghasilkan warna kebiruan yang bisa dibaca di antara 500 – 750 nm, tergantung sensitivitas yang dibutuhkan. • Akan muncul puncak kecil di sekitar 500 nm yang dapat digunakan untuk menentukan protein dengan konsentrasi tinggi dan sebuah puncak besar disekitar 750 nm yang dapat digunakan untuk menentukan kadar protein dengan konsentrasi rendah. Metode Bradford • Ikatan Coomasie Blue G250 dengan protein menyebabkan perubahan absorbsi maksimum reagen dari 465 nm (merah) menjadi 595 nm (biru) pada larutan asam. • Reagen ditambahkan kepada sampel, dan absorbansi diukur pada 595 nm. • Semakin banyak konsentrasi protein, semakin intens warna biru yang terjadi. Metode Kjeldahl • Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. • Prinsip kerja dari metode Kjeldahl adalah protein dan komponen organic dalam sampel didestruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. • Hasil destruksi dinetralkan dengan menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. • Destilat ditampung dalam larutan asam borat. Selanjutnya ion- ion borat yang terbentuk dititrasi dengan menggunakan larutan HCl. Uji Ninhidrin • Uji Ninhidrin atau tes ninhidrin digunakan untuk menunjukkan adanya asam amino dalam zat yang diuji . Dalam uji ini digunakan larutan ninhidrin untuk mendeteksi semua jenis asam amino. Ninhidrin merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk mendeteksi gugus amina dalam molekul asam amino. Uji Xantoproteic • Pereaksi xantoprotein adalah larutan asam nitrat pekat. Jika larutan HNO3 pekat dimasukkan ke dalam larutan protein secara hati-hati, akan terbentuk endapan putih, dan berubah menjadi kuning jika dipanaskan. Hal ini disebabkan nitrasi pada inti benzena yang terdapat dalam protein. Pereaksi xantoprotein positif terhadap protein yang mengandung asam amino dengan gugus samping fenil, seperti asam amino tirosin, fenilalanin, dan triptofan. Uji Pauly’s Diazo • Terjadi proses diazotization karena adanya sodium nitrite dan hydrohydrochloric acid, dan menghasilkan garam diazonium. Garam diazonium membentuk pasangan dengan tirosin atau histidin pada medium basa untuk menghasilkan warna merah. Western Blothing Meliputi 3 hal, yaitu: • Pemisahan berdasarkan ukuran protein. • Perpindahan protein ke membran. • Menandakan protein target dengan menggunakan antibodi primer dan sekunder LC-MS Kristalisasi X-ray • Kristalografi sinar-X menggunakan pancaran sinar-X yang ditembakkan mengenai suatu protein yang telah dimurnikan atau memiliki kemurnian tinggi sehingga berbentuk kristal. • Sinar X-ray dapat berinteraksi dengan elektron di sekitar molekul protein dan memantul. • Menggunakan model dan persamaan matematika untuk mengkontruksikan hasil difraksi menjadi bentuk 3D. • Dibutuhkan protein sangat murni dalam bentuk kristal dengan jumlah banyak. Spektroskopi NMR • NMR bekerja berdasarkan prinsip jika nuclei dari beberapa elemen atom seperti hidrogen, akan beresonansi saat sebuah molekul, seperti protein, ditempatkan pada medan magnet kuat. • NMR mengukur perubahan kimia pada nuclei atom pada protein, yang bergantung pada atom di sekitarnya dan jarak dengan atom di sekitarnya. • NMR akan mnghasilkan data berupa kemungkinan struktur yang terjadi, bukan sebuah struktur. Untuk protein kecil, NMR dapat secara akurat memprediksi strukturnya secara tiga dimensi. Mikroskopi Elektron
• Sinar elektron digunakan untuk menggambarkan
molekul secara langsung. • Hasilnya berupa gambar 3D. • Difraksi elektron digunakan untuk memetakan densitas 3D. • Metode mikrografi elektron sering digabung dengan kristalisasi X-ray atau spektroskopi NMR. • Metode ini telah terbukti berguna untuk struktur multimolekular seperti ribosom, tRNA, dll. CD Spektroskopi • Spektroskopi Circular Dichroism (CD) mengukur perbedaan antara penyerapan cahaya yang terpolarisasi tangan kiri versus cahaya terpolarisasi takan kanan yang muncul akibat struktur yang asimentri. • Spektrum CD dari protein pada daerah spektrum “near-UV” (250-350 nm) akan sensitif pada beberapa aspek struktur tersier. Pada panjang gelombang sebesar ini, chromophoresnya adalah asam amino aromatic dan ikatan disulfide, dan sinyal CD yang dihasilkan akan sensitive pada struktur tersier protein secara keseluruhan. • Sinyal pada daerah spectrum dari 250-270 nm akan cocok dengan residu phnylalanine, sinyal pada daerah 270-290 nm akan menunjukan tirosin, 280-300 akan cocok dengan atribut tryptophan.