Anda di halaman 1dari 34

Pembimbing

dr. Marshal, Sp.B, SpBTKV (K)


Pendahuluan
 Penyebab kematian tersering pada trauma setelah trauma kepala
yang disusul dengan trauma toraks
 Merupakan 20% penyebab kematian akibat trauma
 Kebanyakan kematian akibat trauma toraks sebenarnya dapat
dicegah  jika pengenalan masalah segera dapat dikenali dan
penanganannya segera dilakukan
 Menyebabkan kelainan serius : hipoksia, hipovolemia, gagal
jantung
Trauma Toraks
 Trauma toraks merupakan salah satu penyebab utama kematian sebelum
sampai ke rumah sakit (Death on Arrival)
 Trauma toraks kurang dari 10% yang diisebabkan trauma tumpul, 15 – 30 %
dari trauma tembus yang membutuhkan intervensi operatif (thoracoscopy atau
thoracotomy)
 Sehingga sangat penting dilakukan penatalaksanaan awal demi mencegah
kematian
 Sekitar 80% pasien dengan trauma toraks dapat ditangani secara non-operatif
 Trauma toraks adalah salah satu penyebab mortalitas yang dapat dicegah
dengan diagnosis dan tatalaksana segera
Thoracic Trauma – The Deadly Dozen
Immediately life-threatening  Potentially life-threatening 
primary survey secondary survey

Obstruksi jalan nafas Kontusio paru

Tension pneumothorax Kontusio miokardia

Open pneumothorax Aortic disruption

Hemothorax masif Traumatic diphragmatic rupture

Flail Chest Tracheobronchial disruption

Tamponade Jantung Esophageal disruption


 Tension pneumothorax  kebocoran
udara membentuk “one way valve” 
mediastinum tergeser ke sisi
kontralateral  venous return menurun
dan menekan paru kontralateral 
Shock caused by decreased cardiac
output
 Penyebab paling sering :
 Ventilasi tekanan positif pada pasien dengan
trauma pleura viseral
 Simple pneumothorax akibat trauma tembus
atau trauma tumpul (unstable pneumothorax)
 Kesalahan insersi CVC pada vena jugular
atau subklavia
 Chest pain  Elevated hemithorax
 Air hunger without respiratory
 Respiratory distress
movement
 Tachycardia
 Neck vein distention
 Hypotension
 Cyanosis (late
manifestation)
 Tracheal deviation away
from the side of injury
 Unilateral absence of
breath sounds
 Immediate decompression (Needle
decompression)
 Insersi abokat besar pada linea
midklavikula ke ruang interkosta 2

 Definitive treatment
 Insersi chest tube ke ruang
interkosta 5 (biasanya setinggi
papilla mammae, pada bagian
anterior dari linea midaksilaris.
 Defek pada dinding toraks yang terbuka
akan menimbulkan open pneumothorax
 Mekanisme keseimbangan tekanan
intratorakal dan tekanan atmosfer 
udara dari atmosfer akan terus berpindah
ke intratorakal dalam tiap respirasi 
ventilasi efektif terganggu  hipoksia dan
hiperkarbia.
 Gejala
 Pasien akan mengeluh sesak, nyeri dada dan
batuk-batuk.
 Udara yang keluar-masuk rongga toraks
melalui defek tersebut menimbulkan bunyi
seperti menghisap, disebut sebagai “sucking
chest wound”
 Sterile occlusive dressing (temporary)
 Ukuran yang cukup besar untuk
menutup seluruh defek pada
dinding toraks
 Plester tiga sisi  flutter-type valve
effect
 Insersi chest tube pada lokasi yang
jauh dari defek tersebut

 Surgical closure (definitive)


 Pneumotoraks udara yang
masuk ke ruang potensial antara
pleura viseral dan parietal.
 Disebabkan oleh trauma tajam
dan trauma tumpul
 Treatment
 Insersi Chest tube  evaluasi
foto thoraks untuk re-ekspansi
paru
 Tidak direkomendasikan
untuk anaestesi umum atau
ventilasi tekanan positif pada
pasien post traumatic
pneumotoraks atau dengan
risiko intraoperative tension
pneumothorax hingga chest
tube telah ter-insersi
 Segmen dinding dada yang
mengalami diskontinuitas dari tulang
kosta
 Biasanya diakibatkan oleh trauma
fraktur kosta multipel yaitu dua atau
lebih iga yang berdekatan mengalami
fraktur pada dua lokasi atau lebih.
 Gangguan pada pergerakan dinding
dada  mengecil pada saat inspirasi
dan bergerak mengembang pada saat
ekspirasi (berlawanan)
 Masalah : trauma pada paru yang
secara signifikan akan menimbulkan
hipoksia
 Inspeksi • Ventilasi adekuat
 Pergerakan dinding dada
asimetris dan tidak
• Pemberian okigen adekuat
terkoordinasi (paradoxical) • Resusitasi cairan : hati-hati fluid overload
 Palpasi • Analgesik
 Crepitation
• Hindari efek depresi nafas
 Radiologi • Nilai saturasi  jika menurun
 Fraktur kosta multipel pertimbangkan intubasi

• Definitive : Surgical repair


 Penyebab :
 Trauma tembus (most common)
 Trauma tumpul

 Clinical Signs (Beck’s triad) :


 Distensi vena jugular
 Hipotensi
 Suara jantung menjauh

 Kussmaul signs (peningkatan tekanan vena


ketika bernafas spontan)  tanda-tanda
abnormalitas tekanan vena
 Pemeriksaan Foto Thoraks
 Pemeriksaan EKG
 Didapati PEA
 CVP  Meningkat
 Echocardiogram
 FAST
 Pemberian O2
 Resusitasi cairan sesuai tatalaksana syok hipovolemik
 Pericardiosentesis
 Dengan guide USG dan pantau dengan EKG
 Apabila perikardiosentesis tidak dapat mengatasi tamponade 
pertimbangan prosedur torakotomi oleh ahli bedah
 Penusukan di sebelah inferior sudut
kostosifoid kiri dengan jarum 16-18 G
sepanjang 1-2 cm.
 Tusuk ke arah sefaloposterior dengan sudut
45o terhadap perut  kemudian arahkan ke
tip scapula kiri
 Jika ada darah + gambaran EKG baik 
aspirasi cairan perikard
 Tidak bersifat definitive
Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS)
 Hemotoraks (volume <1500 mL) penyebab utama ialah laserasi paru atau
laserasi pada pembuluh interkosta atau arteri mammary interna
dikarenakan trauma tembus atau trauma tumpul.
 Fraktur vertebra torakalis juga dapat berkaitan dengan hemotoraks.
 Perdarahan hanya sedikit dan tidak membutuhkan tindakan operasi
 Treatment :
 Chest tube caliber besar (Fr 36 – 40) untuk evakuasi sisa perdarahan
atau clotting hemotoraks
 Penilaian potensial trauma diafragma dari evakuasi darah dan cairan
 Keputusan torakotomi berdasarkan status hemodinamik penderita.
 Hemotoraks masif ialah akumulasi
darah yang cepat dengan jumlah
1500 ml atau 1/3 volume darah
pasien atau lebih di dalam rongga
dada.
 Penyebab :
 Luka tusuk yang mengenai hilus
pulmonal
 Trauma tumpul
 Signs :
 Vena jugular kolaps
(hypovolemia) atau distensi
(tension pneumothorax)
 Suara nafas menghilang
 Perkusi beda pada sisi dada yang
 Restoration of blood volume  infus  Kebutuhan untuk transfusi darah
kristaloid sesuai dengan derajat seterusnya
perdarahan, berikan PRC apabila  Trauma tembus (penetrating) pada
diperlukan dinding anterior medial dari papilla
 Decompression of chest cavity  chest tube mammae dan trauma tembus dinding
(Fr 36 atau 40) diinsersi, setinggi papilla posterior medial dari skapula
mammae, dan restorasi volume darah terus  Volume darah yang keluar dari chest tube
dilanjutkan dengan cepat hingga dan perdarahan aktif harus diperhitungkan
dekompresi rongga dada selesai untuk penggantian cairan resusitasi
 Thoracotomy indications :
 Untuk evakuasi darah sebanyak 1500 mL
 Pasien yang tetap bleeding (200 mL/jam
selama 2 – 4 jam) meskipun output
perdarahan kurang dari 1500 mL.

Anda mungkin juga menyukai