PSIKIATRI
PADA EPILEPSI
IWAN HONEST
Gangguan mental organik didefinisikan sebagai
gangguan yang memiliki dasar organik yang
patologi yang dapat diidentifikasikan seperti tumor
otak, penyakit serebrovaskular, intoksikasi obat.
Gangguan mental organik umumnya terdapat
gangguan fungsi kognitif, sensorium, persepsi, isi
pikir, serta suasana perasaan dan emosi
EPILEPSI
Epilepsi adalah istilah untuk cetusan listrik lokal
pada substansia grisea otak yang terjadi sewaktu-
waktu secara mendadak dan sangat cepat.
Secara klinis epilepsi merupakan gangguan
paroksismal dimana cetusan neuron-neuron di
korteks serebri mengakibatkan penurunan
kesadaran, perubahan fungsi motorik atau
sensorik, perilaku atau emosional yang intermiten
dan stereotipik.
Psychoses of epilepsy (POE) diklasifikasikan
berdasarkan hubungan waktu antara kejadian
dengan masa iktal :
1. Psikosis iktal
2. Psikosis post-iktal
3. Psikosis intra-iktal
Psikosis Iktal
Psikosis iktal muncul selama terjadinya bangkitan epileptik
atau status epileptikus, dan pemeriksaan EEG
merupakan pilihan untuk diagnosis. Biasanya hal ini
berangkai dengan iritabilitas, keagresifan, otomatisme, henti
bicara atau mutisme. Kecuali untuk kasus status parsial
sederhana, keadaan perasaan secara umum menjadi
memburuk. Kebanyakan dari psikosis iktal mempunyai fokus
epileptiknya pada lobus temporal, hanya 30% focus
epileptiknya berada selain di lobus temporal (terutama di
kortek frontalis). Adakalanya, psikosis menetap meskipun
masa iktal telah selesai
Psikosis Post-Iktal
Hampir 25% dari kasus psikosis pada penderita epilepsi adalah psikosis
post-iktal. Secara umum, psikosis post-iktal muncul setelah terjadinya
peningkatan frekuensi dari bangkitan epilepsi. Biasanya terdapat
interval keadaan jernih selama 12-72 jam antara berakhirnya bangkitan
dengan awal dari psikosis (durasi rata-rata adalah 70 jam).
Gejala yang muncul:
◦ halusinasi (auditorik, visual ataupun taktil),
◦ perubahan prilaku seksual
◦ waham (keagamaan, kebesan ataupun kejar).
Psikosis post-iktal sepertinya berhubungan dengan munculnya focus
iktal dan intra-iktal pada simtim limbik regio temporal, IQ verbal yang
rendah, hilangnya konvulsi febril dan hilangnya sklerosis mesial-
temporal.
Psikosis Intra Iktal
Psikosis intra-iktal merupakan keadaan psikosis yang persisten,
dikarakteristikkan oleh paranoid, tidak berhubungan dengan kejadian
masa iktal dan tidak ada penurunan kesadaran. Kejadiannya diperkirakan
9% dari semua populasi penderita epilepsi, dan mulai dari usia 30 tahun.
Gejala yang biasanya muncul adalah waham (kejar dan keagamaan),
biasanya dengan onset yang tersembunyi, halusinasi pendengaran, gangguan
moral/etika, kurang inisiatif, pemikiran yang tidak terorganisir dengan baik,
perilaku aggresif dan ide bunuh diri. Durasinya adalah beberapa minggu dan
dapat juga berakhir setelah lebih dari 3 bulan (kronik psikosis intra-iktal).
Dibandingkan dengan skizofrenia, pada psikosis intra-iktal menunjukkan
perburukan intelektual yang lebih sedikit, fungsi pre-morbid yang lebih baik,
kemunculan gejala negatif yang lebih sedikit, dan fungsi perawatan diri yang
lebih baik.
STATUS EPILEPTIKUS
Status epileptikus didefinisikan sebagai keadaan
dimana terjadinya dua atau lebih rangkaian kejang
tanpa adanya pemulihan kesadaran diantara kejang
atau aktivitas kejang yang berlangsung lebih dari 30
menit.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa jika
seseorang mengalami kejang persisten atau seseorang
yang tidak sadar kembali selama lima menit atau lebih
harus dipertimbangkan sebagai status epileptikus.
KLASIFIKASI
Umumnya status epileptikus dikarakteristikkan
menurut lokasi awal bangkitan area tertentu dari
korteks (Partial onset) atau dari kedua hemisfer
otak (Generalized onset) kategori utama lainnya
bergantung pada pengamatan klinis yaitu konvulsi
atau nonkonvulsi.
PENATALAKSANAAN
Lini pertama dalam penanganan status epileptikus
menggunakan Benzodiazepin.
Benzodiazepin yang paling sering digunakan adalah
Diazepam (Valium), Lorazepam (Ativan), dan
Midazolam (Versed).
Bekerja dengan peningkatan inhibisi dari g-
aminobutyric acid (GABA) oleh ikatan pada
Benzodiazepin-GABA dan kompleks Reseptor-
Barbiturat.
PROTOKOL PENATALAKSANAAN
STATUS EPILEPTIKUS
PADA MENIT AWAL
1. Bersihkan jalan nafas, (bila perlu intubasi)
a. Periksa tekanan darah
b. Mulai pemberian Oksigen
c. Monitoring EKG dan pernafasan
d. Periksa secara teratur suhu tubuh
e. Anamnesa dan pemeriksaan neurologis
Menit Awal
2. Kirim sampel serum untuk evaluasi elektrolit, Blood Urea Nitrogen,
kadar glukosa, hitung darah lengkap, toksisitas obat-obatan dan
kadar antikonvulsan darah; periksa AGDA (Analisa Gas Darah Arteri)
3. Infus NaCl 0,9% dengan tetesan lambat
4. Berikan 50 mL Glukosa IV jika didapatkan adanya hipoglikemia, dan
Tiamin 100 mg IV atau IM untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
wernicke’s encephalophaty
5. Lakukan rekaman EEG (bila ada)
Menit Awal
6. Berikan Lorazepam 0,1 sampai 0,15 mg per kg (4 sampai 8 mg)
intravena dengan kecepatan 2 mg per menit atau Diazepam 0,2
mg/kg (5 sampai 10 mg).
Jika kejang tetap terjadi berikan Fosfenitoin (Cerebyx) 18 mg per kg
intravena dengan kecepatan 150 mg per menit, dengan tambahan 7
mg per kg jika kejang berlanjut.
Jika kejang berhenti, berikan Fosfenitoin secara intravena atau
intramuskular dengan 7 mg per kg per 12 jam. Dapat diberikan
melalui oral atau NGT jika pasien sadar dan dapat menelan
Jika kejang tetap berlangsung
20 sampai 30 menit