Anda di halaman 1dari 32

Radio Terapi

Organ Reproduksi
Dr Bambang Satoto Sprad(K).Mkes
Radiologi FK Undip/FK Unisulla
Definisi
• Radioterapi adalah suatu upaya memberikan
suatu dosis terukur sinar pengion pada suatu
volume target tertentu dengan tujuan
terutama untuk pengobatan keganasan
dengan dosis seminimal mungkin pada
jaringan sehat disekitar tumor.
Penggunaan radioterapi saat ini terutama
ditujukan untuk pengobatan kanker, sedang
untuk tujuan-tujuan lain misalnya untuk
epilasi tidak dilakukan lagi mengingat
kemungkinan efek samping.
INDIKASI RADIOTERAPI
• Peran radioterapi dalam pengobatan kanker
bersifat terapi lokal, dengan tujuan
mematikan sel-sel kanker dengan seminimal
mungkin kerusakan jaringan normal
disekitarnya. Radioterapi memberikan
keuntungan karena biasanya fungsi organ
masih dapat dipertahankan dan kosmetik
cukup baik.
DOSIS
• Dosis radiasi dinyatakan dalam sentigray (
cGy), dimana dosis total dibagi menjadi
sejumlah fraksinasi. Dosis fraksinasi
konvensional adalah sebesar 180-200
cGy/hari, yang diberikan 5 kali seminggu.
RADIOBIOLOGI
• Apabila radiasi pengion baik sinar X, sinar gamma,
maupun partikel bermuatan mengenai jaringan, maka
energi radiasi akan diserap oleh jaringan tersebut.
Satuan dosis energi yang diserap tersebut adalah Gray (
Gy) yaitu energi sebesar 1 Joule yang diserap per 1 Kg
jaringan. (2,5).
• Energi tersebut menyebabkan ionisasi didalam tubuh
dan menyebabkan kerusakan dari DNA baik secara
langsung bila sinar mengenai molekul DNA atau tidak
langsung akibat terbentuknya radikal bebas atau
electron bebas dalam cairan interseluler. (4,6).
• Akibat kerusakan material genetic dalam sel ( DNA)
tesebut, pada proses pembelahan berikutnya sel akan
mati dan terjadi kematian sel proliferatif, atau terjadi
kegagalan sel untuk membelah diri dan membentuk
koloni. Sebagian sel tidak mengalami kematian
proliferatif, tetapi dalam tahap subletal, dan dapat
mereparasi diri sendiri bila keadaan memungkinkan,
yang tergantung radiosensitivitas sel dan besarnya
dosis. Dengan memberikan dosis yang berulang kali (
fraksionasi) maka sel-sel tersebut beulang kali
mendapat kerusakan subletal sehingga kerusakan tak
dapat diperbaiki lagi ( 4).
5R
• Dalam radiobiologi pada terapi radiasi dalam dosis yang
terfraksinasi, dikenal istilah 5 R yang merupakan factor-
faktor biologik yang berpengaruh terhadap
radiosensitivitas, yaitu:
• Repopulasi: Setelah suatu fraksi radiasi, akan terjadi
kematian sel baik sel tumor maupun sel sehat. Sel-sel yang
mati tersebut akan diganti oleh sel-sel yang berada dalam
fase G 0 ( fase istirahat) untuk masuk dalam siklus sel.
Kecepatan repopulasi berbeda-beda pada berbagai tumor,
dan repopulasi jaringan sehat ( acute responding normal
tissues) dibanding tumor.Pemberian beberapa dosis kecil
dalam 1 hari secara teratur akan menghambat repopulasi
tumor. ( 2,6).
• Repair: Sesudah radiasi, kerusakan DNA pada
sel subletal akan mengalami perbaikan dalam
beberapa waktu. Jaringan sehat ( slow
responding tissues, misalnya jaringan ikat dan
medulla spinalis) mempunyai kemampuan
repair lebih besar dibanding jaringan tumor
apabila jarak antar fraksi radiasi sedikitnya 6
jam. Proses repair sangat tergantung pada
pasokan oksigen dalam jaringan.(2,6).
• Redistribusi:Radiosensitivitas sel tergantung
pada fase mana sel berada. Sel paling sensitive
terhadap radiasi pada fase M ( mitosis).
Sesudah radiasi, sel-sel sehat maupun tumor
yang berada dalam fase M sebagian besar
akan mati, dan akan terjadi redistribusi dalam
siklus sel baik pada tumor maupun jaringan
sehat. Redistribusi tidak merperan sebagai
factor utama dalam resposn terhadap radiasi
pada late responding tissues. (2,6).
• Reoksigenasi: Tumor yang tumbuh membutuhkan
banyak nutrisi yang tak dapat dipenuhi oleh pasokan
vaskulernya. Tumor dengan vaskularisasi yang jelek
akan mengalami hipoksia dan nekrosis. Tumor yang
hipoksik 2-3 kali lebih resisten terhadap radiasi
dibanding sel ayng oksigenasinya baik.Setelah radiasi,
sebagian sel tumor akan mati, volume tumor
berkurang dan sel-sel tumor yang semula hipoksik akan
bergeser mendekat kepembuluh darah sehingga
oksigenasinya membaik, dan menjadi lebih
radiosensitive.Reoksigenasi terutama berlaku untuk
jaringan tumor. ( 2,6).
• Radiosensitivitas intrinsic : Berbagai tumor
bervariasi dalam radiosensitivitas intrinsiknya,
dan perbedaan tersebut di-ekspresikan dalam
rasio alfa dan beta.
• Nilai rasio yang relatif tinggi terdapat pada “
sensitive acute responding tissue” misalnya
kulit, dan nilai rasio yang rendah pada jaringan
yang relatif radioresisten misalnya jaringan
ikat. (2).
RADIOSENSITIVITAS
• ADALAH kemampuan relatif penyembuhan sel
dari kerusakan akibat radiasi. Radiosensitivitas
diukur pada kurva survival sel dengan
menghitung kapasitasnya untuk ber-
reproduksi setelah suatu dosis radiasi.
• Berbagai jaringan dan organ tubuh memiliki
radiosensitivitas yang sangat bervariasi,
dimana organ yang sangat sensitive akan
rusak oleh dosis yang rendah, sedangkan
organ yang radioresisten dapat bertahan
terhadap dosis yang lebih besar.
• Berdasar hal tersebut organ/ jaringan dibagi
menjadi tiga kelompok:
• Jaringan yang sangat radiosensitive :
epidermis, mukosa gastrointestinal, sumsum
tulang ( red marrow), organ reproduksi ( testis
dan ovarium), lensa mata.
• Jaringan dengan radiosensitivitas sedang:
hati, ginjal, berbagai kelenjar.
• Jaringan kurang radiosensitive: otot, tulang,
jaringan ikat dan saraf.
EFEK RADIASI TERHADAP BERBAGAI
ORGAN
• Dalam pelaksanaan terapi radiasi, disamping
tumor, terdapat jaringan sehat atau organ
kritis yang juga terkena radiasi dalam berbagai
tingkatan dosis, sehingga dapat timbul efek
samping tergantung organ yang terkena dan
besarnya dosis.
• Efek radiasi dapat dibagi dua, yaitu efek akut (
early effect) dan efek kronik ( late effect). Efek
akut biasanya timbul pada jaringan dengan
regererasi cepat ( rapid renewing tissue)
seperti kulit, mukosa traktus gastrointestinal
dan system hemopoitik.
• Untuk efek kronik, patogenesisnya tak bgitu
jelas, biasanya terjadi pada jaringan yang
berproliferasi lambat seperti paru, ginjal,
jantung, hati dan system saraf pusat. Terjadi
setelah melewati suatu masa laten yang
panjang. Efek kronik tak hanya terjadi pada
jaringan “ slowly renewing tissues”, tetapi juga
dapat terjadi pada jaringan yang “rapid
renewing” seperti kulit, berupa fibrosis,
telangiektasia atau atrofi.
Organ reproduksi
• Testis merupakan organ yang sangat
sensitive.Untuk dosis sebesar 4 – 6 Gy, akan
terjadi perbaikan setelah lebih dari 5 tahun.
Bila dosis lebih dari 6 Gy, terjadi steriltias dan
azoospermia permanen. Pada dosis kurang
dari 1 Gy akan terjadi kekurangan produksi
testosteron walaupun FSH dab LH mungkin
meningkat.
• Pada ovarium, dosis tunggal 6 Gy akan
berakibat amenore.Pada 30% pasien usia 30-
35 tahun akan terjadi amenore permanen
setelah dosis5 Gy. Untuk kebutuhan
radiokastrasi misalnya pada penderita kanker
payudara dapat diberikan dosis 12 Gy dibagi
dalam 4 fraksi.
• Pada janin intrauterine, dikenal istilah “
doubling dose” yaitu dosis yang dapat
meningkatkan mutasi genetic sspontan
sebesar 2 kali. Doubling dose pada manusia
sekitar 1 Gy.
Tehknik radoterapi
• Terapi radiasi dilakukan dengan radiasi eksterna /
teleterapi dan brakiterapi, atau kombinasi keduanya.
• Teleterapi dlakukan penynaran dar luar dengan
berbagai alat.
• Pesawat Cobalt 60 : Banyak dipakai dinegara
berkembang, karena cukup bagus untuk kebanyakan
tumor. Mengeluarkan sinar gamma dengan energi rata-
rata 1,3 MeV ( setara dengan Linac 2 MeV). Praktis,
kalibrasi tidak terlalu rumit, pemeliharaan relatif
mudah. Dinegara-negara maju sejak tahun 1970-an
sudah mulai ditinggalkan dan digantikan fungsinya oleh
pesawat Linac.Di-RSDK ada 2
• Brakiterapi. (4,8,9).
• Adalah teknik terapi radiasi dengan
memasukkan sumber radiasi kedalam tubuh
pasien. Teknik yang sekarang dilakukan adalah
dengan cara “after-loading”, dimana pada pasien
dipasang dulu aplikator dengan sumber radiasi
palsu ( dummy load), kemudian dibuat foto X ray
untuk mengetahui kedudukan masing-masing
aplikator, serta posisi organ kritis ( diberi marker
radio-opak) untuk dilakukan perencanaan radiasi.
• Tujuan brakiterapi adalah untuk memberikan dosis
yang tinggi ketumor dengan dosis yang rendah
kejaringan sekitar dengan memanfaatkan hokum
kuadrat jarak terbalik ( inverse square law), dimana
intensitas radiasi akan menurun sesuai kuadrat jarak
dalam sentimeter. Sebagai contoh: Bila titik A letaknya
1 cm dari sumber radiasi S mendapat dosis sebesar
1000 cGy, maka titik B yang jaraknya 2 cm dari sumber
radiasi akan memdapat dosis 1 : 22 dari 1000 cGy = 250
cGy dan seterusnya.

Perencanaan terapi radiasi
• Terapi radiasi harus direncanakan dengan baik,
karena menggunakan energi yang besar
dengan dosis yang besar juga. Perencanaan
dilakukan dengan menggunakan berbagai
peralatan seperti: simulator, alat moulding,
alat membuat kontur pasien, treatment
planning system ( TPS).
Terapi radiasi
• Dosis total radiasi diberikan tergantung dari
jenis tumor / hasil Patologi anatomi, stadium
penyakit serta tujuan terapi, apakah radikal
atau paliatif.
• Dosis tersebut dibagi dalam dosis- dosis harian
yang disebut fraksinasi. Dosis per fraksinasi
konvensional biasanya sebesar 200 cGy, yang
diberikan 5 kali dalam seminggu. Selain itu
dikenal juga istilah hiperfraksinasi, dimana dosis
diberikan lebih dari sekali dalam sehari dengan
interval waktu 6 – 8 jam misalnya sehari 2 X 120
cGy. Dikenal juga istilah hipofraksinasi, dimana
fraksi diberikan kurang dari 5 kali seminggu
dengan dosis lebih dari 200 Cy, misalnya 3 X 300
cGy.
Rdioterapi keganasan alat reproduksi
• Di-Indonesia serta banyak berbagai negara
berkembang ada beberapa keganasan yang
masuk dalam tiga besar yaitu : kanker leher
rahim, kanker payudara dan kanker
nasofaring.
• Dibawah ini akan dibicarakan beberapa teknik
radioterapi dari keganasan alat reproduksi,
diambil dari protap radioterapi di-RSUP. Dr.
Kariadi Semarang ( 12).
KANKER LEHER RAHIM

• Untuk stadium II A atau lebih:
• Radiasi eksterna:
• Sasaran radiasi : daerah serviks uteri, panggul dan kelenjar
limfe regional seperti obturator dan parailiakal.
• Lapangan radiasi : Whole pelvis dengan batas-batas: batas
atas, setinggi tepi atas L5, batas lateral 2 sentimeter
dilateral “bony pelvis”, batas bawah tepi bawah simfisis
pubis atau bila tumor telah meluas kevagina, sesuai batas
distal tumor.
• Radiasi diberikan melalui 2, 3 atau 4 lapangan. ( anterior,
posterior dan lateral).
• Dosis radiasi eksterna : 45 – 50 Gy tergantung stadium.
• Brakiterapi:
• Ddiberikan 1 minggu setelah selesai radiasi eksterna.
• Sasaran radiasi : tumor primer dan perluasannya dipelvis. ( pada
titik A).
• Teknik radiasi: dengan aplikator intra-uterine dan ovoid vaginal yang
dipasang dengan bantuan anestesi umum, dengan teknik after-
loading, dimana aplikator –aplikator dipasang dengan sumber
radiasi palsu ( dummy source), kemudian setelah dilakukan
perhitungan dengan TPS serta posisi sudah benar, barulah sumber
radiasi yang sebenarnya dimasukkan secara otomatis dengan
kendali jarak jauh.
• Radioisotop: Ir192 atau Cs137. laju dosis cepat atau medium.
• Dosis : 2 X 850 cGy, dengan interval antara kedua aplikasi selama 1
minggu.

Ca mammae
• Radiasi eksterna
• Sasaran grous tumor dan kelenjar
• Dosis 5000cGy ditamabah boster 1000 cGy
• Barchyterapi
Ca Ovarium
• Tergantung penyenbaran
• Khemoterapi lebih diutamana dari pada radio
terapi

Anda mungkin juga menyukai