RHINITIS

VASOMOTOR

KELOMPOK 1
PEMBIMBING : dr. Susi Susilaningrum
Sp.THT-KL
DEFINISI

– Rinitis vasomotor adalah suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis

tanpa adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal
(kehamilan, hipertiroid), dan pajanan obat (kontrapsepsi oral,
antihipertensi, B-bloker, aspirin, klorpromazin dan obat topikal
hidung dekongestan)
EPIDEMIOLOGI

– Sebanyak 30 – 60 % dari kasus rinitis sepanjang tahun merupakan

kasus rinitis vasomotor
– Banyak dijumpai pada usia dewasa terutama pada wanita
– Biasanya timbul pada dekade ke 3 – 4
ETIOLOGI

Etilogi pasti rinitis vasomotor belum diketahui dan diduga akibat gangguan
keseimbangan sistem saraf otonom yang dipicu oleh zat-zat tertentu. Beberapa
faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor :

1. Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti

ergotamin, chlorpromazin, obat anti hipertensi dan obat vasokonstriktor topikal.
2. Faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembaban udara yang
tinggi dan bau yang merangsang.
3. Faktor endokrin, sepeti keadaan kehamilan, pubertas, pemakaian pil anti hamil
dan hipotiroidisme.
4. Faktor psikis, seperti stress, ansietas dan fatigue
PATOFISIOLOGI

1. Neurogenik (disfungsi saraf otonom)

2. Neuropeptida
3. Nitrik oksida
4. Trauma
GEJALA KLINIS

– Gejala yang dominan adalah hidung tersumbat bergantian kiri dan kanan
tergantung posisi pasien
– Terdapat rinore yang mukoid atau serosa
– Gejala dapat memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur oleh krn
perubahan suhu yg ekstrim, udara lembab
Berdasarkan gejala yang menonjol kelainan dibedakan dlm 3 golongan :
- Golongan bersin
- Golongan rinore
- Golongan tersumbat
DIAGNOSIS

Diagnosis umumnya ditegakkan dengan cara eksklusi, yaitu menyingkirkan

adanya rinitis infeksi, alergei, okupasi, hormonal dan akibat obat. Dalam
anamnesis dicari faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala.

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak gambaran yang khas berupa :

- edema mukosa hidung
- konka berwarna merah gelap atau merah tua, tetapi dapat pula pucat
- permukaan konka dapat licin atau berbenjol-benjol (hipertrofi)
- pada rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit. Akan tetapi
pada golongan rinore sekret yang ditemukan ialah serosa dan banyak
jumlahnya.
– Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan rinitis
alergi. Kadang ditemukan eosinfil pada sekret hidung, akan tetapi dalam jumlah
sedikit. Tes cukit kulit biasanya negatif. Kadar IgE spesifik tidak meningkat.
Riwayat penyakit -Tidak berhubungan dengan Radiologi X – Ray / CT - Tidak dijumpai bukti kuat
musim. keterlibatan sinus

-Riwayat keluarga ( - ) - Umumnya dijumpai

penebalan mukosa
- Riwayat alergi sewaktu anak-
Bakteriologi - Rinitis bakterial ( - )
anak ( - )

- Timbul sesudah dewasa

Test alergi Ig E total - Normal
- Keluhan gatal dan bersin ( - )

Prick Test - Negatif atau positif lemah

Pemeriksaan THT - Struktur abnormal ( - )

- Tanda – tanda infeksi ( - ) RAST - Negatif atau positif lemah

- Pembengkakan pada mukosa
(+)

- Hipertrofi konka inferior

sering dijumpai
PENATALAKSANAAN

1. Menghindari stimulus/ faktor pencetus

2. Pengobatan simtomatis, dengan obat-obatan dekongestan oral, cuci hidung
dengan larutan garam fisiologis, kauterisasi konka hipertrofi dengan larutan
AgNO3 25% atau triklor-asetat pekat
3. Operasi, dengan cara bedah-beku, elektrokauter, atau konkotomi parsial konka
inferior
4. Neurektomi n. Vidianus, yaitu dengan melakukan pemotongan pada n.
Vidianus, bila dengan cara di atas tidak memberikan hasil optimal
KOMPLIKASI

1. Sinusitis
2. Eritema pada hidung sebelah luar
3. Pembengkakan wajah
– DUBIA AD BONAM

Prognosis dari rinitis vasomotor bervariasi. Penyakit kadang-kadang dapat

membaik dengan tiba –tiba, tetapi bisa juga resisten terhadap pengobatan yang
diberikan. Prognosis pengobatan golongan obstruksi lebih baik daripada golongan
rinore. Oleh karena golongan rinorea sangat mirip dengan rinitis alergi, perlu
anamnesis dan pemeriksaan yang teliti untuk menastikan diagnosisnya.