Anda di halaman 1dari 20

Demokrasi

Liberal ?
Pengertian
Demokrasi liberal (atau demokrasi konstitusional)
adalah sistem politik yang menganut kebebasan
individu. Secara konstitusional hak-hak individu dari
kekuasaan pemerintah. Dalam demokrasi liberal,
keputusan-keputusan mayoritas (dari proses perwakilan
atau langsung) diberlakukan pada sebagian besar
bidang-bidang kebijakan pemerintah yang tunduk pada
pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah
tidak melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu
seperti tercantum dalam konstitusi.
Demokrasi Liberal di Indonesia

Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI


Melaksanakan demokrasi parlementer-liberal dengan
mencontoh sistem parlementer barat dan masa ini
disebut Masa Demokrasi Liberal.

Indonesia sendiri pada tahun 1950an terbagi menjadi


10 Provinsi yang mempunyai otonomi berdasarkan
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950)
yang juga bernafaskan liberal.
SISTEM MULTI PARTAI ERA D.LIBERAL

- Dampak Positif :

1. Menghidupkan suasana demokratis di Indonesia.


2. Mencegah kekuasaan presiden yang terlalu besar,
karena wewenang pemerintah di pegang oleh partai
yang berkuasa.
3. Menempatkan kalangan sipil sebagai pelaksana
kedaulatan rakyat dan pemerintahan.
- Dampak Negatif :

1. Sejumlah partai cenderung menyuarakan


kepentingan kelompok sendiri, bukan banyak rakyat.
2. Ada kecenderungsn persaingan tidak sehat, baik
dalam parlemen maupun kabinet yang berupa saling
menjatuhkan.
PEMILIHAN UMUM ERA D.LIBERAL

- Hasil pemilu I memunculkan empat partai terkemuka


yang meraih kursi terbanyak di DPR dan kontituante ,
yaitu :

Perimbangan perolehan kursi DPR Hasi Pemilu Tahun


1955 tahap I :
* Masyumi : 60 kursi
* PNI : 58 kursi
* PKI : 32 kursi
* NU : 47 kursi
Perimbangan perolehan kursi kontituante Hasil pemilu
tahun 1955 tahap II:

* PNI : 199 kursi


* Masyumi : 112 kursi
* NU : 91 kursi
* PKI : 80 kursi
Partai lainnya memperebutkan sisa 118 kursi.
- Walaupun pemilu I dapat berlangsung dengan aman,
lancar dan tertib tetapi keadaan politik dan
keamanaan belum stabil,hal ini di sebabkan oleh :

1. Sering terjadi pertentangan antar politik.


2. Partai politik hanya mempertahankan keyakinan
partainya.
3. Anggota DPR hasil pemilu belum dapat memenuhi
harapan rakyat.
4. Badan kontituante gagal menyusun UUD.
DEKRIT PRESIDEN 5 Juli 1959
- Pertimbangan Lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :

1. Anjuran untuk kembali ke UUD 1945 tidak


memperoleh keputusan dari Konstituante.
2. Konstituante tidak mungkin lagi menyelesaikan
tugasnya karena sebagian besar anggotanya telah
menolak menghadiri sidang.
3. Kemelut dalam konstituante membahayakan
persatuan, mengancam keselamatan negara, dan
merintangi pembanggunan nasional.
- Keputusan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :

1. Konstituante dibubarkan
2. UUD 1945 kembali berlaku sebagai UUD Republik
Indonesia.
3. Segera membentuk MPRS dan DPAS.

- Sisi Positif Dekrit Presiden :

1. Menyelamatkan dari perpecahan dan krisis politik


berkepanjangan.
2. Memberikan pedoman yang jelas (UD 1945) bagi
kelangsunggan negara.
3. Merintis pembentukan lembaga tertinggi negara
(MPRS) dan lembaga tinggi (DPAS) yang selama
masa Demokrasi Liberal tertunda – tunda
pembentukanya.

- Sisi Negatif Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :

1. Memberikan kekuasaan yang besar kepada


Presiden baik terhadap MPR maupun lembaga
tinggi negara.
2. Memberi peluang bagi kalangan militer untuk
terjun dalam bidang politik.

Anda mungkin juga menyukai