Anda di halaman 1dari 19

Oleh: kelompok 2

ASUHAN KEPERAWATAN IBU


HAMIL DENGAN HIV/AIDS
Pengertian

 AIDS (acquired immunodeficiency


syndrome) adalah sekumpulan gejala atau
penyakit yang di sebabkan oleh
menurunnya kekebalan tubuh akibat
infeksi oleh virus HIV (Human
immunedeficiency syndrome) yang
termasuk famili retroviriade. AIDS
merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.
Epidemologi Penularan HIV dari
Ibu ke Bayi / Anak
Pada tahun 2002, diperkirakan 3,2 juta anak
dibawah umur 15 tahun terinfeksi virus
HIV/AIDS dan 800.000 anak terinfeksi Hiv
baru dalam tahun 2002. Kebanyakan dari
anak anak ini meninggal sebelum umur
remaja.
Etiologi
 Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah saalah satu agen viral
yang disebut HIV dari kelompok virus yang dikenal retrovirus yang
disebut Lympadenopathy Associated Virus(LAV) atau human T-
Cell Leukemia Virus(HTL-III yang juga disebut HumanT-Cell
Lymphotropic Virus (retrovirus).
 Melakukan seks bebas anal, oral, vagina yang tidak dilindungi
(tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
 Tidak menggunakan jarum suntik secara bersamaan. Tindik atau
tato yang tidak steril dan dipakai bergantian.
 Transfusi darah yang mengandung virus HIV.
 Penggunaan obat terlarang.
 Ibu penderita HIV positif pada bayinya ketika dalam kandungan,
saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI).
Manifestasi Klinis

 Tanpa gejala :Fase klinik 1


 Ringan :Fase klinik 2
 Lanjut :Fase klinik 3
 Parah :Fase klinik 4
Lanjutan...

 Fase klinik 1.
Tanpa gejala, limfadenopati (gangguan kelenjar
/ pembunuh limfe) menetap dan menyeluruh
 Fase klinik 2.
Penurunan bb (<10%) tanpa sebab. Infeksi
saluran pernapasan atas (Sinustis,tonsilitis
,otitis media, pharyngitis) berulang. Herpes
zoster,infeksi sudut bibir,ulkus mulut berulang
, popular pruritic eruptions , seborrhoic
dermathis , infeksi jamur pada kuku
 Fase klinik 3.
Penurunan BB (>10) tanpa sebab. Diare kronik tanpa sebab
sampai >1 bulan. Demam menetap (intermiten atau tetap
>1bulan). Kandidiasis oral menetap. TB pulmonal , plak
putih pada mulut, infeksi bakteri berat misalnya :pneumonia,
empyema (nanah dirongga tubuh terutama pleura, ebses
pada otot skelet , infesksi sendi atau tulang ), meningitis,
bakteremia, gangguan, inflamasi berat pada pelvik,
 Fase klinik 4
Gejala menjadi kurus (HIV wasting syndrome), pneumocystis
pneumonia (pneumonia karena pneumocytis carinii),
pneumonia bakteri berulang, infeksi candidiasis TBC
ekstrapulmonal, Cytomegalovirus, toksoplasma di SSP, HIV
encephalopaty, meningitis, infektion progresive multivocal
lympoma invasive cervical caesinoma leukoncephalopathy.
Periode Penularan HIV pada Ibu
hamil
 1. Periode Prenatal
Tes HIV sebaiknya ditawarkan kepada wanita beresiko
tinggi pada awal mereka memasuki perawatan
prenatal. Namun, soronegativitas pada uji prenatal
pertama bukan jaminan untuk titer negative yang
berlangsung. Misalnya, seorang wanita berusia 24
tahun yang mendapatkan perawatan prenatal selama 8
minggu mempunyai hasil tes western blot yang
negative. Namun, setelah terinfeksi HIV, serum
antibody membutuhkan waktu sampai 12 minggu untuk
berkembang. Tes western blot harus diulangi dalam 1
atau 2 bulan dan pada trimester ketiga. Tes prenatal
rutin dapat membantu mengidentifikasi wanita yang
terinfeksi HIV.
2. Periode Intrapartum
Perawatan wanita yang sakit saat melahirkan
tidak diubah secara substansial untuk infeksi
tanpa gejala dengan HIV. Cara kelahiran
didasarkan hanya pada pertimbangan
obstetric karena virus melalui plasenta pada
awal kehamilan. Terdapat kemungkinan
inokulasi virus ke dalam neonatus jika
dilakukan pengambilan sempel darah pada
bayi dilakukan atau jika elektroda jangat
kepala bayi diterapkan.
 3. Periode Postpartum
Wanita dan bayinya diarahkan pada dokter yang
berpengalaman dalam pengobatan AIDS dan
keadaan-keadaan yang menyertainya. Pengaruh
infeksi pada bayi dan neonatal mungkin tidak
jelas. Karena virus yang melalui plasenta, darah
di tali pusat akan menunjukkan antibody HIV
baik apabila bayi terinfeksi ataupun tidak.
Selama itu antibody yang melalui palang
plasenta mungkin tidak terdapat pada bayi yang
tidak terinfeksi sampai usia 15 bulan.
Pemeriksaan Diagnostik

 Hitung darah lengkap (HDL) dan jumlah


limfosit total
 EIA atau ELISA dan tes Western Blot
 Kultur HIV (dengan sel mononuclear
darah perifer dan, bila tersedia, plasma).
 Antigen p24 serum atau plasma
 Penentuan immunoglobulin G, M, dan A
serum kualitatif (IgG, IgN, dan IgA)
Pengobatan

 Selama kehamilan setelah trimester


pertama: dengan memberikan anti-HIV
sedikitnya tiga anti-HIV yang berbeda
yang dikombinasikan (atripla).
 Selama labor dan persalinan: diberikan
AZT (zidovudine) IV, kemudaian diberikan
anti-HIV yang lain melalui mulut.
 Setelah melahirkan: diberikan cairan AZT
selama 6 minggu.
Pencegahan

 Tidak melakukan hubungan seksual


 Dalam hubungan seksual setia pada satu
pasangan yang juga setia padanya
 Penggunaan kondom pada saat
melakukan hubungan seksual
Asuhan Keperawatan

• PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas klien
b. Riwayat Penyakit
Banyak penyakit kronik yang berhubungan
dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes
meilitus, anemia aplastik, kanker adalah
beberapa penyakit yang kronis, keberadaan
penyakit seperti ini harus dianggap sebagai
factor penunjang saat mengkaji status
imunokompetens pasien.
 C. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran TTV
b. Pemeriksaan Kardiovaskuler
 Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan
darah meningkat. Gagal jantung kongestif
sekunder akibat kardiomiopati karena HIV
c. Pemeriksaan Respiratori
Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak
napas, takipnea, hipoksia, nyeri dada, napas
pendek waktu istirahat, gagal napas.
 d. Pemeriksaan neurologik
 Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan
perilaku, nyeri otot, kejang-kejang, enselofati,
gangguan psikomotor, penurunan kesadaran, delirium,
meningitis, keterlambatan perkembangan
 e. Pemeriksaan gastrointestinal
 Berat badan menurun, anoreksia, nyeri menelan,
kesulitan menelan, bercak putih kekuningan pada
mukosa mulut, faringitis, candidisiasis esophagus,
candidisiasis mulut, selaput lender kering, pembesaran
hati, mual, muntah, colitis akibat diare kronis,
pembesaran limfa
 F. Pemeriksaan muskuloskeletal
 Nyeri otot, nyeri persendian, letih,
gangguan gerak (ataksia)
 G. Kaji status nutrisi
 H. Kaji adanya infeksi oportunistik
 I. Kaji adanya pengetahuan tentang
penularan
Uji Laboratorium dan Diagnostik

 ELISA :Enzyme-linked immunosorbent assay (uji awal yang


umum) untuk mendeteksi antibody terhadap antigen
HIV(umumnya dipakai untuk skrining HIV pada individu yang
berusia lebih dari 2 tahun).
 Western blot (uji konfirmasi yang umum) untuk mendeteksi
adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV.
 Kultur HIV untuk memastikan diagnosis pada bayi.
 Reaksi rantai polimerase (Polymerase chain reaction)/PCR
untuk mendeteksi asam deoksiribonukleat (DNA) HIV (uji
langsung ini bermanfaat untuk mendiagnosis HIV pada bayi
dan anak).
 Uji antigen HIV untuk mendeteksi antigen HIV.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi,


malnutrisi dan pola hidup yang beresiko ditandai dengan
penurunan berat badan, anoreksia, lemah, pucat
Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan output
cairan berlebih sekunder terhadap diare ditandai dengan
dehidrasi, lemas
Intolerans aktivitas berhubungan dengan nyeri otot, nyeri sendi
ditandai dengan kelemahan otot
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan
metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi ditandai
penurunan berat badan, anoreksia, mual dan muntah.

Anda mungkin juga menyukai