ASMA
Polusi Udara
Perubahan cuaca
Makanan
Stress
Rhinitis
Kehamilan
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Hormon estrogen
Kehamilan dan progeteron
Estrogen Progesteron
menyebabkan kongesti menyebabkan laju
kapiler hidung pernafasan
Dyspnea
Wheezing.
EFEK ASMA TERHADAP
KEHAMILAN
Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan
mempengaruhi hidung, sinus dan paru. Peningkatan hormon estrogen
menyebabkan kongesti kapiler hidung, terutama selama trimester
ketiga, sedangkan peningkatan kadar hormon progesteron
menyebabkan peningkatan laju pernapasan.
Ada hubungan antara keadaan asma sebelum hamil dan
morbiditasnya pada kehamilan. Pada asma ringan 13 % mengalami
serangan pada kehamilan, pada asma moderat 26 %, dan asma berat
50 %. Asma pada kehamilan bervariasi tergantung pada derajat berat
ringannya asma. Asma yang berat akan mempengaruhi hasil akhir
kehamilan.
EFEK KEHAMILAN
TERHADAP ASMA
Pengaruh kehamilan terhadap perjalanan klinis
asma, bervariasi dan tidak dapat diduga. Dispnea
simtomatik yang terjadi selama kehamilan, yang mengenai
60%-70% wanita hamil, bisa memberi kesan memperberat
keadaan asma.4
Wanita yang memulai kehamilan dengan asma yang
berat, tampaknya akan mengalami asma yang lebih berat
selama masa kehamilannya dibandingkan dengan mereka
yang dengan asma yang lebih ringan. Sekitar 60% wanita
hamil dengan asma akan mengalami perjalanan asma
yang sama pada kehamilan-kehamilan berikutnya.8
EFEK KEHAMILAN
TERHADAP ASMA
Gluck & Gluck menyimpulkan bahwa peningkatan
kadar IgE diperkirakan akan memperburuk keadaan asma
selama kehamilan, sebaliknya penderita dengan kadar IgE
yang menurun akan membaik keadaannya selama
kehamilan.4
Eksaserbasi serangan asma tampaknya sering
terjadi pada trimester III atau pada saat persalinan, hal ini
menimbulkan pendapat adanya pengaruh perubahan faktor
hormonal, yaitu penurunan progesteron dan peningkatan
prostaglandin, sebagai faktor yang memberikan pengaruh.
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan asma pada
kehamilan mencakup sebagai berikut :
a. Penilaian obyektif fungsi paru dan
kesejahteraan janin
b. Menghindari faktor pencetus asma
c. Edukasi
d. Terapi farmakologi selama kehamilan
TERAPI FARMAKOLOGI SELAMA KEHAMILAN
2. Penatalaksaan asma akut pada kehamilan adalah
sebagai berikut:
Sebelum kehamilan - Konseling mengenai pengaruh kahamilan dan asma, serta pengobatan.
Penyesuaian terapi maintenance untuk optimalisasi fungsi respirasi,
- Hindari factor pencetus, alergen.
- Rujukan dini pada pemeriksaan antenatal.
Selama kehamilan - Penyesuaian terapi untuk mengatasi gejala. Pemantauan kadar teofilin dalam darah,
karena selama hamil terjadi hemodilusi sehingga memerlukan dosis yang lebih tinggi.
- Pengobatan untuk mencegah serangan dan penanganan dini bila terjadi serangan.
- Pemberian obat sebaiknya inhalasi, untuk menghindari efek sistemik pada janin.
- Pemeriksaan fungsi paru ibu.
- Konsultasi anestesi untuk persiapan persalinan.
Saat persalinan - Pemeriksaan FEV1, PEFR saat masuk rumah sakit dan diulang bila timbul
gejala.
- Pemberian oksigen adekuat.
- Kortikosteroid sistemik (hidrokortison 100 mg i.v. tiap 8 jam) diberikan 4
minggu sebelum persalinan dan terapi maintenance diberikan selama
persalinan.
- Pada persalinan operatif lebih baik digunakan anestesi regional untuk
menghindari rangsangan pada intubasi trakea. Penanganan hemoragi
pascapersalinan sebaiknya menggunakan uterotonika atau PGE2 karena PGE
dapat merangsang bronkospasme.
Pascapersalinan - Fisioterapi untuk membantu pengeluaran mucus paru, latihan pernapasan untuk
mencegh atau meminimalisasi atelektasis,dan terapi maintenance.
- Pemberian ASI tidak merupakan kontraindikasi meskipun ibu mendapat obat
antiasma termasuk prednisone.
KOMPLIKASI
Asma pada kehamilan yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan penurunan asupan oksigen ibu,
sehingga berefek negative bagi janin. Asma tak terkontrol pada kehamilan menyebabkan komplikasi
baik bagi ibu maupun janin.14