Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN
APPENDISITIS PERFORASI DG POST
LAPAROTOMI

Oleh :
Ruang Arafah-Mina RZ RIZANI
Laproran Pendahuluan
 Definisi
Appendiksitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di um
bai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawat
an, tetapi banyak kasus yang memerlukan laparotomi dengan
penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat,
angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan
shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur( Mansjoer,
2000 : 307).
 Etiologi
a. Fekolit / massa fekal padat karena konsumsi diit rend
ah serat
b. Tumor Appendiks
c. Cacing Ascaris
 Klasifikasi
Klasifikasi Apendisitis terbagi atas 2 yaitu :
a. Apendisitis akut, dibagi atas : Apendisitis akut fokalis atau segmentali
s, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur local. apendisitis purulent
a difusi yaitu sudah bertumpuk nanah.
b. Apendisitis kronis dibagi atas : Apendisitis kronis fokalis atau parsial,
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiv
a yaitu apendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
 Manifertasi Klinis
Tanda dan gejala apendisitis bervariasi tergantung stadiumnya :
1. Apendisitis akut (mendadak) : Gejala yang ditimbulkan, demam tinggi,
mual–muntah, nyeri perut kanan bawah, saat berjalan terasa sakit, na
mun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa jug
a bersifat meriang atau mual–muntah saja.
2. Apendisitis Kronik : Gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maa
q dimana terjadi nyeri samara (tumpul) di daerah sekitar pusar dan ter
kadang demam yang hilang timbul. Kadang disertai dengan rasa mual
, bahkan muntah, kemudian nyeri tersebut akan pindah ke perut kana
 Patofisiologi
 Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen ape
ndiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktu
r karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasm
a. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi muk
osa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin
banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterba
tasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.
Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limf
e yang meningkatkan edema, diapedesis bakteri dan ulserasi m
ukosa.Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditand
ai oleh nyeri epigastrium.
 Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningk
at. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bert
ambah dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang t
imbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga me
nimbulkan nyeri di daerah kuadran kanan bawah rongga abdom
en. Keadaan ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila din
 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Fisik : Pada inspeksi akan tanpak adanya pembe
ngkakan rongga perut dan dinding perut tempak mengencang (
distensi) pada palpasi di daerah perut kanan bawah, bila diteka
n akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa n
yeri.
2. Pemeriksaan Laboratorium : Pada pemeriksaan laboratorium d
arah ditemukan kenaikan sel darah putih (leukosit) hingga sekit
ar 10.000–18.000 / mm3
3. Pemeriksaan Radiologi : Foto polos perut dapat memperlihatka
n adanya fekalit, namun pemeriksaan ini jarang membantu dala
m menegakkan diagnosa apendisitis. USG cukup membantu dal
am menegakkan diagnosa (71–97 %) terutama pada wanita ha
mil dan anak–anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi deng
an pemeriksaan CT. Scan (93–98 )
 Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, ya
 Penatalaksanaan
1. Sebelum Operasi
a. Observasi dalam 8–12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda da
n gejala apendisitis sering kali belum jelas. Dalam keadaan ini o
bservasi ketat perlu dilakukan, pasien diminta untuk melakukan
tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila d
icurigai adanya apendisitis ataupun bentuk peritonitis lainnya. P
emeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah (leuk
osit dan hitung jenis) diulang secara periodik. Foto abdomen da
n toraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya p
enyakit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan den
gan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setela
h timbulnya keluhan. (Mansjoer, Arif. 2000 : 308)
b. Antibiotik : Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedah
an dilakukan. Analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditega
kkan. (Smeltzer, Suzanne C. 2001 : 1099)
2. Operasi Apendektomi : Apendektomi (pembedahan untuk men
 Tanggal pengkajian : 12 mei 2017.
 Identitas pasien
- Nama = Ny. “A”
- Umur = 65 tahun
- Jenis kelamin = perempuan
- Dx. Medis = appendisitis perforasi
- Sumber informasi = pasien dan keluarga

 Keluhan utama = nyeri pada luka bekas operasi

 RPS = pasien mengeluh nyeri pada daerah luka post operasi dg skala nyeri 7, mual,
haus.

 RPK = keluarga mengatakan tidak ada yg mengidap penyakit menular atau menurun
dalam anggota keluarga.
 Pemeriksaan fisik
- k/u : lemah kesadaran : CM
- Nadi : 98x/menit - RR : 22x/menit
- Suhu : 36,6 - Tensi: 110/70 mmHg
a. Kepala :
- rambut : bersih, kering (-)
- mata : anemis(-), kemerahan(-), icterus(-)
- telinga : bentuk normal, bersih
- hidung : pernafasan cupung hidung(-), terpasang NGT
terbuka.
- mulut : mukosa kering, perdarahan gusi(-), sianosis (-).
- tenggorokan : radang tonsil(-)
- leher : kaku kuduk(-), pembesaran vena jugularis(-)
b. Thorax :
- dada : retraksi dinding dada(-), bentuk normal, irama nafas
reguler
- paru : terdengar sonor, saura nafas vesikuler, ronchi(-).
- jantung : redup, s1 s2 tunggal, irama gallop(-).
c. Abdomen :
inspeksi : bentuk normal, ada luka bekas
operasi, auskultasi : peristaltik usus (-),
palapasi : nyeri tekan (+), perkusi : timpani.
c. Genetalia : iritasi(-), edema labia(-).
d. Extremitas : kekuatan otot normal, edema(-).
e. Neurologi : kaku kuduk(-), reflek babinski(+)
f. Integumen : kulit halus, turgor normal, kering(-
).
g. Pola Aktivitas:
- pola makan dan minum : puasa.
- pola eliminasi : BAB (-), BAK (+).
- pola tidur/istirahat : tidur kurang nyenyak.
 Inf. Aminofluid : RD5 2:2
 Inj. Cefotaxime 3x1 gr.
 Inf. Metronidazole 3x1
 Inj. Ketorolac 3x1
 Inj. Omz 2x1
 Hasil pmx laboratorium
 Hasil USG abdomen dan cek albumin
 Hasil foto rontgen dan BOF
No. Analisa data Masalah keperawatan

1. S : pasien mengeluh nyeri pada luka Nyeri akut


operasinya.
O : K/U lemah, Kes. CM
- Skala nyeri 7
- Grimace (+), ada luka opersi di abdomen.
- nadi : 98, tensi : 110/70.

2. S : pasien mengeluh lemas, haus, mual. Nutrisi kurang dari keb.


O : K/U lemah, Kes. CM Tubuh.
-Hasil lab. Albumin 2.9 g%.
- terpasang NGT terbuka.
- pasien puasa makan dan minum

3. S : pasien mengeluh ada luka operasi di Resiko infeksi


perut.
O : K/U lemah, Kes. CM
- ada luka opersi di abdomen.
- lekosit : 15.860 /mm.
a) Nyeri akut b.d kerusakan inkotinuitas jaringan,
respon inflamasi.
b) Nutrisi kurang dari keb. Tubuh b.d intake
nutrisi tidak adekuat (puasa).
c) Resiko infeksi b.d adanya luka post op.
 Dx. Nyeri akut
a) Bina hubungan saling percaya.

b) Kaji skala nyeri pasien.

c) Ajarkan pasien teknik distraksi dan relaksasi

d) Kolaborasi dalam pemberian obat anagesik.

 Dx. Nutrisi kurang dari keb. Tubuh

a) Kaji kondisi umum pasien.

b) Observasi produkisi NGT terbuka.

c) Kolaborasi dalam pemberian terapi cairan intravena.

 Dx. Resiko infeksi

a) kaji kondisi luka pasien.

b) Lakukan rawat luka dengan teknik aseptik.

c) Anjurkan pasien dan keluarga menjaga kebersihan luka

d) Kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik.


1. Tanggal 13-5-2017
S/O = pasien mengeluh nyeri pada luka post op (+), skala nyeri 5,
BAK (+), puasa (+), NGT terbuka (+), akral hangat CRT < 2 dtk,
k/u lemah, kes. CM. luka post operasi laparotomi (+), albumin
2.9 , lekosit 15.860
TD : 110/70 N : 90 S : 37 RR : 20
A = - nyeri akut
- nutrisi kurang dari keb. Tubuh
- resiko infeksi
P = - lanjutkan intervensi
- KIE pasien untuk nafas dalam, inj. Ketorolac 30 mg via IV.
- berikan terapi cairan intravena inf. Aminofluid : RD5 2:2
per 24 jam.
- melakukan rawat luka operasi dengan teknik aseptik.
- inj. Obat cefotaxime 1 gr via IV.
2. Tanggal 14 mei 2017
S/O = pasien mengeluh nyeri pada luka post op (+), skala nyeri
5, BAK (+), puasa (+), NGT terbuka (+), akral hangat CRT < 2
dtk, k/u lemah, kes. CM. luka post operasi laparotomi (+),
albumin 2.9 , lekosit 15.860
TD : 120/70 N : 96 S : 37,4 RR : 20
A = - nyeri akut
- nutrisi kurang dari keb. Tubuh
- resiko infeksi
P = - lanjutkan intervensi
- KIE pasien untuk nafas dalam, inj. Ketorolac 30 mg via
IV.
- berikan terapi cairan intravena inf. Aminofluid : RD5 2:2
tiap 24 jam.
- melakukan rawat luka operasi dengan teknik aseptik.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai