Anda di halaman 1dari 119

PENGENALAN

BAHAN MAKANAN TERNAK


PENDAHULUAN

 Kualitas bahan makanan, ditentukan :

1. Fisik Organoleptik
2. Kimia Proksimat & Van Soest
3. Biologis Utilitas dalam tubuh
Tujuan dan Manfaat
 Tujuan
1. Bisa melakukan uji kualitas makanan
2. Tahu Klasifikasi dan Komposisi Nutrien Bahan Pakan
3. Tahu Kelebihan dan Kelamahan suatu Bahan Pakan
4. Tahu bahan Pakan Konvensional dan Inkonvensional

 Manfaat
1. Mampu memilih Bahan Pakan sesuai tujuan penggunaannya
2. Mampu mengantisifasi penggunaan bahan pakan beracun
3. Mampu memanfaatkan pakan inkonvensional
Sumber Bahan Makanan Ternak
 Konsentrat
1. Serealia
2. Umbi-umbian
3. Kacang-kacangan
4. Buah-buahan

 Hijauan
1. Rumput-rumputan
2. Leguminosa
Klasifikasi Berdasarkan Kandungan Gizi

 Sumber Energi
 Sumber Protein
 Sumber Mineral
 Sumber Vitamin
 Feed Additive
Klasifikasi Berdasarkan Penggunaannya

 Bahan Konvensional
(Biasa digunakan sebagai bahan pakan)

 Bahan Inkonvensional
(Tidak biasa atau terobosan baru sebagai bahan
pakan)
Analisa Kualitas Bahan Pakan
 Analisa Proksimat

Air

BM Abu

BK Protein Kasar

BO Lemak Kasar

BOTN SK

Karbohidrat

Beta-N
Keterangan :
 BM : Bahan Makanan
 BK : Bahan Kering
 BO : Bahan Organik
 BOTN : Bahan Organik Tanpa Nitrogen
 SK : Serat Kasar
 Beta-N: Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen = 100% - (air + abu + PK + lemak + SK)%
 Analisa Van Soest
Bahan
Makanan

Air Oven 105 Bahan kering

Isi sel Detergen netral Dinding sel (NDF)

Nitrogen
Dinding sel Detergen asam Lignosellulosa (ADF)

Sellulosa H2SO4 72% Lignin tidak larut


pengabuan

Lignin HBr 48% Silika


Energi
 Kata energi berasal dari bahasa Yunani yaitu : En =
in artinya dalam dan Ergon artinya kerja. Sehingga
kata energi diartikan sebagai dalam bentuk kerja.
 Diukur dengan Calorimeter Bomb.

 Prinsip Dasar

CHO + O2 CO2 + H2O + gas + panas

 Protein setara 5.65 kkal/g


 Karbohidrat setara 4.10 kkal/g
 Lemak setara 9.45 kkal/g
Calorimeter Bomb
 Kalorimeter ada 2 macam yaitu :
1. Bomb Calorimeter terdiri dari : Adiabatic Calorimeter dan Isotermik
Calorimeter.
2. Animal Calorimeter untuk mengukur energi metabolic seperti : Basal
Metabolic Rate (BMR), RQ dan NE.

 Karakteristik Adiabatic Bomb Calorimeter :


1. Panas tidak langsung, tidak ada panas yang menyeberang.
2. Mempunyai 2 suhu, sehingga perlu menyamakan suhu dan
disetarakan sehingga tidak saling mempengaruhi.

 Sedangkan karakteristik Isothermic Bomb Calorimeter adalah


panas bersambung, dan hanya ada satu suhu.

 Komponen Bomb Calorimeter adalah :


1. Jacket
2. Bucket untuk tempat air (suhu konstan)
3. Bomb berisikan cawan, kawat platina dan sample dalam bentuk
pellet, kemudian dialirkan oksigen untuk pembakarannya.
Tabel 4. Kandungan energi bruto beberapa bahan makanan ternak.

Bahan Energi Bruto (kkal/g)

Jagung 4.43
Kacang kedelai 2.52
Dedak Gandum 4.54
Glukosa 3.76
Karbohidrat 3.75-4.25
Lemak babi 9.48
Casein 5.86
Tabel 5. Kandungan energi bruto beberapa sumber protein dan lemak.

Bahan Energi Bruto (kkal/g)

Daging sapi 5.65


Gelatin 5.60
Albumin telur 5.71
Kuning telur 5.84
Kacang-kacangan 5.70
Sayur-sayuran 5.80
Lemak daging, ikan dan telur 9.50
Lemak hasil ternak perah 9.25
Lemak butiram 9.30
Kimia Pakan

 Kualitas Protein
1. Kimia
2. Biologis

 Secara Kimia
1. Chemical Score
2. Essential Amino Acid Index
3. Supplementary Effect
Chemical Score
Asam amino % AA dalam protein % AA dalam protein % AA defisien
telur gandum dalam gandum
Arginine 6,4 4,2 -34
Histidine 2,1 2,1 0
Lysine 7,2 2,7 -63
Tryptophan 1,5 1,2 -20
Tyrosine 4,5 4,4 -2
Phenilalanine 6,3 5,7 -10
Cystine 2,4 1,8 -25
Methionine 4,1 2,4 -39
Cystine & Methionine 6,5 4,3 -34
Threonine 4,9 3,3 -33
Leucine 9,2 6,8 -26
Isoleucine 8 3,6 -55
Valine 7,3 4,5 -37

Asam amino yang paling defisien adalah Lysine. Chemical Score dari
protein gandum 100 – 63 = 37.
Essential Amino Acid Index
100a 100b 100c 100n
EAAI  10    ......... 
ae be ce ne
a–n = % asam amino dari protein yang dinilai
ae – ne = % asam amino dari protein telur
untuk memudahkannya :

1  100a 100b 100n 


log EAAI   log  log  ...........  log 
10  ae be ne 
Supplementary Effect
 Misal :
1. Tubuh Membentuk AA A, B, C, D dan E
dengan ratio : 48,10,4,32 dan 6

Maka A48, B10, C4, D32 dan E6

2. Diberikan sumber protein, misal :


Sumber 1 : A26B28C2D34E10 maka C2limiting factor
Kegunaannya : 2/4 x (A26B28C2D34E10) 50%.
Sisanya dibakar menjadi energi.
 Bisa diperbaiki
1. Dengan Suplementasi asam amino murni.
2. Suplementasi dengan sumber protein lain.

Misal :
Sumber 1 : A26B28C2D34E10
Suplementasi sumber 2 : A46B18C6D20E10
Standar kebutuhan : A48, B10, C4, D32 dan E6
Campuran 1&2 (1:1) : A36B23C4D27E10
Limiting Faktor A36 : 36/48 x 100% = 75%

Setelah dicampur kegunaan AA naik dari 50% jadi 75%.


Bahan Makanan Ternak Nabati
 Asal dari tumbuhan.
 Mayoritas sumber energi.
 Sumber protein defesien AA esensial.
 Sumber serat kasar.
 Sumber vitamin.
 Beberapa sumber mineral Fe dan trace.
 Bahan baku pokok dalam formulasi.
Butir-butiran dan limbahnya

1. Jagung (zea mays)


• Energi tinggi
• TDN tinggi 82%
• Penggunaan Tidak Terbatas
• Palatabilitas sangat baik
• Bulk Density 626.6 g/l
• SK yang Rendah
• Sumber Energi Utama pada
Ransum Ayam Komersial
2. Dedak

• Limbah Penggilingan Padi


• Bersifat Pencahar
• Penggunaan terbatas
• Mudah Tengik
• SK cukup tinggi
• Vitamin lebih baik
• Lemak cukup tinggi
3. Pollard (Dedak Gandum)

• Limbah Penggilingan Gandum


• 25-26% dari Bahan Baku
• Bersifat Pencahar
• Penggunaan Terbatas
• Bulk Density 209 g/l
• Kaya Fosfor dan Fe
• Miskin Kalsium
4. Ampas Bir

 Konversi 1 : 1 dari Bahan Baku


 Cukup Disukai Ternak (terutama Ruminansia)
 Kaya Vitamin B Komplek
 Sifat Pencahar tergantung bahan bakunya
 Kaya akan mineral
 Penggunaan terbatas karena terbatasnya kandungan
gizinya.
5. Shorgum

• Kualitas Mirip Jagung


• Protein > dari Jagung
• Lemak < dari Jagung
• Methionin = Jagung
• Lysine < dari Jagung
• Tidak ada Xantophyl
• Tanin Tinggi
• Penggunaan Terbatas
6. Biji Kedelai

 Sangat disukai Ternak


 Protein Tinggi ± 37.5%
 TDN > dari jagung
 Pemakaian Tinggi Menggangu vit. A
 Mengandung Trypsine Inhibitor
 Mengandung Goitrogens
 Bisa diturunkan dengan pemanasan
 Bulk Density 650 g/l
7. Bungkil Kedelai

 Limbah Minyak Kedelai


 Sumber Protein
 Sangat Palatabel
 Trypsin Inhibitor < kedelai
 Bulk density ± 600 gr/l
 Luas penggunaannya
 Rendah Ca
 Produsen : Amerika & India
8. Ampas Tahu

 Limbah Industri Tahu


 Kadar Air Tinggi
 Sangat Palatabel untuk
Ruminansia
 Komposisi kimia beragam
tergantung pengolahan
 Sumber Protein Ruminansia
 Perlu penanganan hati-hati
 TDN 21-24%.
9. Ampas Kecap
 Limbah Industri Kecap
 ± 60% dari Total Bahan Baku
 Antinutrisi sama dengan kedelai tapi lebih
rendah karena pengolahan
 Kesalahan penanganan saat segar dapat
menurunkan kualitas nutrisi
 Kualitas dapat dilihat dari organoleptik dan
kimia
 Umum digunakan untuk ruminansia
10. Kacang Tanah (Arachis Hypogea)

 Sumber Protein
 Palatabel Bagi Ternak
 Antinutrisi : Goitrogens
 Perlakuan Panas dan
Suplementasi Iodium
dapat mereduksi efek
Antinutrisi.
 Bersifat Pencahar
 Penggunaan Terbatas
 TDN cukup tinggi
11. Bungkil Kacang Tanah
 Limbah Industri Kacang Tanah
 Sumber Protein Berkualitas
 Antinutrisi = Kacang Tanah, lebih
rendah karena pengolahan
 Bersifat Pencahar
 Bulk Density : 460 – 470 g/l
 Digestable Protein : 42 – 43%
 TDN cukup tinggi
Komposisi kimia butir-butiran dan limbahnya (%BK)

Bahan BK Abu PK Lemak SK Beta Ca P


N
Jagung 88.0 2.41 10.82 5.89 3.37 77.49 0.05 0.31
Ddk Kasar 89.6 15.87 6.53 2.36 29.81 34.89 0.14 0.60
Ddk Halus 88.2 12.28 9.80 4.81 15.86 45.80 0.09 1.09
Bekatul 88.2 10.04 11.37 7.03 8.24 52.04 0.07 1.06
Menir 89.2 3.00 7.31 1.70 4.07 72.87 0.03 2.23
Shorgum 89.0 2.40 11.00 3.40 2.08 81.10 0.03 2.23
Pollard 88.0 3.60 16.90 4.10 7.40 67.6 0.09 0.75
B. Kedelai 88.0 6.97 47.12 3.80 8.69 33.29 0.27 0.68
B. K. Tanah 89.2 5.51 35.78 11.13 7.42 33.29 0.29 0.52
K. Tanah - - - 36.00 - - 0.22 0.66
Ampas Tahu 11.0 - 3.26 26.81 7.79 43.93 0.47 0.18
Amp. Kecap 12.0 - 29.31 17.79 6.35 20.55 0.46 0.43
Ampas Bir 23.7 - 5.81 9.80 14.60 34.86 0.18 0.48
Umbi-umbian dan Limbahnya
1. Ubi Kayu
 Biasa digunakan sebagai Bahan Pangan
 Kandungan Protein Sangat Rendah
 Mengandung Antinutrisi HCN (Asam Sianida)
 Terbagi dalam 2 bentuk : Lanamarine, Lotaustarin
 Detoksifikasi dalam tubuh memerlukan Sulfur dari
Asam Amino atau Inorganik
 Meningkatkan kebutuhan AA bersulfur
 Penggunaan Terbatas
 Unggas 5-10%, Babi 40-70% dan Ruminansia 40-90%.
2. Onggok

 Limbah Pabrik Tapioka atau Gula


 Sekitar 60-65% dari Bahan Baku
 Sumber Energi
 HCN < daripada Ubi Kayu
 Untuk unggas 5% dalam Ransum
 Untuk Babi 25-30% dalam Ransum
 Untuk Ruminansia 40% dalam Ransum
3. Daun Ubi Kayu
 Berat 10-40% dari Biomasa Panen
 Mempunyai Nilai Gizi Tinggi
 75% dari PK adalah True Protein
 Komposisi AA = Kedelai, walau  beda
 Defesiensi AA Methionin dan Sistin
 Mengandung HCN (427-542 mg/kg pada
daun muda, 343-379 mg/kg daun tua)
 Serat Kasar Tinggi
4. Ubi Jalar
 Produksi 2.5-15 ton segar/Ha/tahun.
 Vareitas banyak, membedakan nilai gizi.
 Merupakan sumber energi.
 Varietas kuning mangandung ProVit A
dan karotenoid cukup tinggi.
 50% pengganti jagung pada ruminansia.
 90% pengganti jagung pada unggas
menyebabkan luka usus diikuti kematian.
5. Jerami Ubi Jalar
 Produksi basah 10-12.5 ton/ha/tahun.
 Sumber protein bagi ruminansia (19%).
 Sumber serat sekunder (16.2%).
 Dapat menggantikan rumput 1/3.
 Penggunaan lebih 1/3 dari rumput dapat
menurunkan produksi susu.
 Disukai ternak ruminansia.
C. Limbah Industri Perkebunan

1. Bungkil Kelapa (Cocos Nucifera)


 Kualitas bervariasi tergantung cara pengolahan
dan bahan baku.
 Sebagai sumber protein.
 Defisiensi Lysine dan Histidine.
 Penggunaannya dalam ransum :
 Unggas : 20%.
 Babi : 40-50%
 Ruminansia : 30%
2. Limbah Industri Coklat (Theobroma Cacao)

 Terdiri dari kulit buah (70%), kulit biji (15%)


dan lumpur.
 Sumber protein by pass yang baik untuk
ruminansia (kulit biji).
 Mengandung zat antinutrisi.
 Kulit biji bisa digunakan untuk semua ternak.
 Pada unggas dan babi : 10 – 24%.
 Pada ruminansia :30 40%.
3. Limbah Kelapa Sawit

 Tiga macam limbah :


 Bungkil kelapa sawit
 Lumpur Sawit
 Serat Sawit
Bungkil Inti Sawit

 Komposisi nutrisi bervariasi tergantung


cara pengolahan.
 Lemak dan Serat paling bervariasi.
 Sumber protein tapi lebih rendah
daripada bungkil kelapa.
 Defisiensi Methionine.
 Mengandung antinutrisi β-mannan.
 Penggunaan untuk unggas max. 5%.
Serat Sawit

 Serat Kasar ± 36%.


 Sebagai sumber serat pada ransum ruminansia,
dengan penggunaan 15-35% dalam ransum.
 Sebagai sumber lemak dalam ransum ruminansia
dengan kandungan lemak ± 14%.
 Palatabilitas lebih rendah daripada rumput.
 Kecernaan BK rendah, sehingga TDN rendah.
 Perlakuan fermentasi bisa meningkatkan kualitas
nutrisinya.
Lumpur Sawit
 Kandungan lemak tinggi, ± 24%.
 Mudah tengik, sehingga tidak bisa
disimpan dalam waktu lama.
 Bisa digunakan dalam ransum unggas
dan ruminansia.
 Kandungan β-mannan cukup tinggi.
 Penggunaan dalam ransum terbatas.
 Merupakan limbah dengan kuantitas
terkecil dibanding serat dan bungkilnya.
Crude Palm Oil
 Merupakan produk utama industri sawit.
 Merupakan sumber lemak utama untuk unggas
saat ini, pengganti beef tallow & minyak ikan.
 Kualitasnya ditentukan oleh free fatty acid (FFA).
 FFA maximal 5%.
 FFA yang tinggi menyebabkan pakan cepat
tengik.
 Merupakan sumber β caroten.
 Merupakan sumber pewarna pakan.
Crude Palm Oil
Komposisi kimia limbah perkebunan dan ikutannya

Bahan BK Abu PK LK SK BeN Ca P


Bungkil Kelapa 88.5 6.36 18.6 12.5 15.4 37.26 0.08 0.52
Limbah coklat
Kulit buah 93.5 11.63 8.0 1.3 40.1 38.49 0.58 0.18
Kulit biji 88.1 7.57 16.2 8.4 20.9 46.80 0.34 0.39
Limbah sawit
Lumpur sawit 90.5 8.56 8.6 24.1 32.4 2.10 - -
Bk. Sawit 88.3 15.83 15.8 2.9 33.0 43.21 0.40 0.71
Serat sawit 91.4 7.02 7.0 14.7 36.1 35.18 0.48 0.18
Limbah Gula
Pucuk tebu 24.8 5.47 5.5 1.4 37.9 45.06 0.47 0.34
Baggase 87.1 1.45 1.5 0.7 48.0 44.55 0.09 0.08
Tetes 82.4 3.95 3.9 0.3 0.4 84.40 0.89 0.14
Pengolahan Nenas 89.6 4.50 4.5 15.8 1.6 63.9 - -
4. Limbah Industri Gula

 Pucuk Tebu.
 Mempunyai kandungan nutrisi yang mirip dengan
rumput gajah dengan SK ± 37%.
 Bisa menggantikan rumput gajah dalam ransum
ruminansia tanpa ada efek negatif.
 Ampas Tebu (baggase).
 Kandungan SK tinggi ± 48%, sehingga
penggunaannya terbatas.
 Bisa digunakan 25% dalam ransum ruminansia.
 Tetes (Molases).
 Palatabilitas cukup tinggi, baik untuk ruminansia
maupun unggas.
 Kandungan karbohidratnya tinggi (48-60% dalam
bentuk gula).
 Mempunyai kandungan mineral yang cukup baik.
 Pada ternak ruminansia merupakan bahan
penting untuk pembuatan mineral blok.
 Kaliumnya tinggi sehingga penggunaan yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan diare.
 Penggunaannya pada unggas 5-6% dan
ruminansia 15%.
5. Limbah Industri Nanas.
 Terdiri dari : Kulit, mahkota daun, dan
buah hati nenas sebesar 30-40%.
 Pengolahan syrup terdapat limbah
tambahan yaitu ampas nenas.
 Mempunyai kandungan Beta-N yang
cukup tinggi yaitu ± 64%.
 Merupakan bahan makanan potensial
sebagai sumber energi terutama untuk
ruminansia.
D. Limbah Pertanian (Jerami)

 Merupakan biomassa ikutan tanaman


pertanian yang belum dimanfaatkan.
 Terdiri dari batang dan daun yang hasil
utamanya sudah diambil.
 Penggunaanya harus disuplementasi
bahan lain.
 Contohnya :
 Jerami Jagung
 Jerami kedelai
 Jerami kacang tanah
 Jerami padi.
Komposisi kimia limbah pertanian (%BK)

Bahan Abu PK Lemak SK BetaN

Jerami jagung 8.42 4.77 1.06 30.53 55.82


Jerami padi 19.97 4.51 1.51 28.79 45.21
Jerami kacang tanah 18.69 11.06 1.80 29.92 38.21
Jerami kedelai 7.56 10.56 2.82 36.28 42.80
E. HIJAUAN
 Hijauan adalah makanan utama (sumber
energi dan protein) bagi ternak ruminansia.
 Terdiri dari dua macam : rumput-rumputan
(energi) dan leguminosa (protein).
 Pada batas tertentu leguminosa dapat
diberikan pada monogastrik.
 Kandungan nutrisi berfluktuasi menurut
species, lingkungan dan cara budidaya.
 Source :
 Dibudidayakan.
 Alami (liar).
Rumput-rumputan (Graminae)
1. Rhodesgrass, rumput Rodhes
(Chloris gayana Kunt)
 Indonesia : Ada di Jawa, Irian dan Sumut.
 Asal : Afrika timur, tengah dan selatan.
 Kandungan PK dipengaruhi oleh : Umur, Cuaca dan
Pemupukan nitrogen. Variasi : 4-13%.
 Serat kasar bervariasi : 30-40%.
 Beta-N bervariasi : 40-50%.
 Palatabilitas cukup baik.
 KCBK cukup rendah : 40-60%
 Untuk ruminansia karoten cukup tersedia.
Chloris gayana Kunt
2. Guinea grass, green panic
(Panicum maximum Jacq)

 Indonesia : Rumput benggala, suket londo.


 Asal : Afrika tersebar ke Asia, Australia dan Eropa.
 Palatbilitas sangat baik.
 PK bervariasi : 4-14%.
 SK bervariasi : 28-9-36%.
 Kandaungan P umumnya sudah mencukupi
kebutuhan ruminansia.
 TDN : 38-61%.
 KCBK : 40-62%.
Panicum maximum Jacq
3. Australia grass, Common paspalum
(Paspalum dilatatum poiret)

 Indonesia : rumput australi atau dallies.


 Asal : Brazil, Argentina, Uruguay.
 PK bervariasi : 13-19%.
 SK bervariasi : 24-35%.
 Beta-N bervariasi : 40-49%.
 KCBK cukup baik : 50-63%.
 Mengandung HCN, cukup tinggi
terutama pada rumput muda.
 Dilaporkan terjadi keracunan HCN pada
domba.
 Penggunaan terlalu tinggi menyebabkan
diare.
4. Elephan grass, Napier grass
(Pennisetum purpureum Schumach)

 Indonesia : Rumput gajah.


 Asal : Afrika daerah tengah.
 Merupakan hijauan yang populer karena
produktivitasnya cukup tinggi.
 Pada rumput muda BK rendah : 12-18%, tetapi menaik
dengan cepat seiring dengan umur.
 Palatabilitas cukup baik.
 PK bervariasi : 4 – 9%.
 SK bervariasi : 26-40%.
 TDN cukup tinggi : 40-67%.
Pennisetum purpureum Schumach
5. King grass
(Pennisetum purpurhoides)
 Persilangan P. purpureum dan P. americanum
(Amerika tropis)
 Indonesia : rumput raja
 Asal : Afrika daerah tropis.
 Kualitas nutrisi lebih baik daripada R. Gajah.
 PK 25% labih tinggi daripada R. Gajah.
 KCBK sekitar 65%.
 Secara fisik hampir sama dengan R. Gajah.
 Tekstur lebih kasar daripada R. Gajah (berbulu).
6. Signal grass
(Brachiaria decumbens Stapf)

 Indonesia : R. signal (Malaysia), R. BD (Jabar).


 Asal : Afrika Timur (Uganda, Rwanda, Tanzania dll)
 Cocok untuk padang penggembalaan.
 Kualitas sangat baik (dilaporkan positif di semua
negara).
 PK bervariasi : 6-11%.
 SK bervariasi sampai dengan 37%.
 Palatabilitas cukup baik.
 Bisa jadi tanaman sela dengan tanaman besar (kelapa,
karet, sawit dll).
Brachiaria decumbens Stapf
7. Sudan grass, rumput sudan
 Shorgum x Drummoncodii (steud) Millsp & Chase.
 Asal : Arfika Tropis.
 PK bervariasi : 12-16%.
 Kecernaan protein tinggi : 65-70%.
 SK cukup rendah : max. 30%.
 Beta-N : 40-45%.
 Palatabilitas sangat baik.
 Mengandung HCN cukup tinggi (750 ppm).
 HCN meningkat seiring peningkatan pupuk nitrogen,
 Jarang sampai pada level mematikan.
8. Blady grass
(Imperata cilindrica (L) Raeuschel)

 Indonesia : Alang-alang, ilalang.


 Asal : Tropis dunia.
 Daya tumbuh cukup tinggi.
 Pada tanah subur PK bisa mencapai : 8-13%.
 SK bervariasi : 30-33%.
 Kandungan Beta-N : 40-45%.
 Belum dieksplorasi lebih jauh, baik secara nutrisi
maupun budidaya.
 Merupakan rumput yang berpotensi untuk diteliti lebih
jauh.
Alang-alang
(Imperata cilindrica (L) Raeuschel)
9. Rumput lapang, alam, liar

 Kandungan nutrisi : bervariasi tergantung komposisi


rumputnya.
 Komposisi rumput lapang : (sumber : Lab. Agrostrologi)

 Gigirinting 4.2% Sintrong 4.9% Eragrotis Sp 15%


 Teki 1.0% Jukut kebo 24.68% Digitaria Sp 14.5%
 Putri malu 4.3% Paspalium 5.0% Bereg-bereg 5.0%
 Babadotan 4.4% Jukut jampang 1.9% Jukut lampuyang 5.0%
 Jukut ibun 3.8% Brachiaria Sp. 2.6% Lain-lain 3.8%
Rumput Lapang
Kacang-kacangan (Leguminosa)
1. Sentro, butterfly pee
(Centrosema pubescent Benth)

 Indonesia : Kacang sentro


 Asal : Amerika tengah dan selatan tropis.
 Palatabilitas sangat baik.
 PK bervariasi : 11-24%.
 Sumber protein yang baik untuk ruminansia.
 Mengandung Oxalat 2.27%.
 Hanya 0.1% oxalat yang larut air.
Centrosema pubescent
2. Calopogonium
(Colopogonium mucunoides Desv)

 Indonesia : Kacang asu.


 Asal : Amerika tropis
 PK tidak terlalu tinggi, ± 15%.
 SK cukup tinggi ± 35%.
 Palatabilitas kurang baik karena daun dan
batang legum ini mempunyai bulu.
Colopogonium mucunoides Desv
3. Puero (Pueraria
phaseoloides (Roxb.) Benth)

 Indonesia : Kacang-kacangan (Jawa)


 Asal : Asia timur dan tenggara.
 PK bervariasi : 11-19%.
 SK cukup tinggi : 36-41%.
 Ca dan P masing-masing : 0.85% dan 0.25%.
 Palatabilitas cukup baik.
 Daun dan batang berbulu.
Pueraria phaseoloides (Roxb.) Benth
4. Stylo (Stylosanthes
guianensis (Aublet) Swartz)

 Indonesia : Kacang stilo


 Asal : Bagian utara Argentina sampai mexico.
 PK bervariasi : 12-18%.
 Mengandung oxalat 1.72% dengan oxalat
larut air 0.15%.
 Palatbilitas bervariasi, tanaman muda kurang
disukai ternak.
 KCBK bervariasi : 40-70% tergantung umur
tanaman.
5. Carribian Stylo (Stylosanthes
hamata (L.) Taub)

 Indonesia : Kacang verano


 Asal : P. Carribia, Amerika tengah dan selatan.
 Kualitas nutrisi mirip dengan stylo.
 Palatbilitas cukup baik.
 KCBK bervariasi : 60-67%.
6. Glycine wightii (Wight & Arnot)

 Indonesia : Glycine javanica


 Asal : Afrika dan Asia.
 PK bervariasi : 11-20%.
 PK umumnya tinggi, bisa mencapai 30%.
 SK tinggi, bisa mencapai 42%.
 Beta-N bisa mencapai 40%.
 Ca dan P masing-masing : 1.5% dan 0.29%.
 Palatabilitas sangat baik.
 TDN segar 57% dan hay 53%.
Glycine wightii
7. Calliandra calothyrsus (Messn)

 Indonesia : Kaliandra
 Asal : Amerika tengah
 Populasinya sudah menyebar di Indonesia.
 PK daun cukup tinggi : 24%.
 SK relatif rendah : 24%.
 Umumnya tidak mengandung racun.
 Kandungan tannin cukup tinggi : 11%.
 Tannin ini menyebabkan KCBK randah.
Calliandra calothyrsus
8. Gliciridia sepium ( Jacq.)
 Indonesia : Gamal, Liriksidia.
 Asal Amerika Tengah.
 Kualitas nutrisi bervariasi.
 PK sekitar 19% dan akan menurun dengan
penambahan umur tanaman.
 Patabilitas kurang baik.
 Mengandung antinutrisi Flavano 1-3.5% dan
phenol 3-5% bahan kering.
 Sebaiknya dilayukan sebelum diberikan.
 KCBK 48-77%.
Gliciridia sepium ( Jacq.)
9. Leucana leucocephala
(Lamk) de Wit
 Indonesia : Klandingan, Lamtoro.
 Asal : Guatemala.
 PK bervariasi : 14-19%.
 SK bervariasi besar : 33-66%.
 Beta-N bervariasi : 35-44%.
 Defesien AA bersulfur.
 Kandungan Vit. C dan A biasanya tinggi.
 Mengandung Galactomannan Biomedical.
 Mengandung antinutrisi mimosin, berbahaya terutama
untuk monogastrik.
Leucana leucocephala (Lamk) de Wit
9. Sesbania grandiflora (L.) Poiret

 Indonesia : Turi, Toroy, Tuwi.


 Asal : Asia tenggara.
 Palatabilitas sangat baik.
 PK cukup tinggi sekitar 29%.
 SK cukup rendah 5-18%.
 Kandungan P cukup tinggi 0.3-0.45%.
 Mengandung saponin dan tannin, pada unggas
dapat menimbulkan efek negatif.
 KCBK cukup tinggi 65-73%.
Sesbania grandiflora (L.) Poiret
BAHAN MAKANAN TERNAK HEWANI

 Merupakan sumber protein dengan AA yang


seimbang.
 Beberapa merupakan sumber Ca dan P yang
berkualitas baik.
 Merupakan sumber Protein yang harus ada
dalam ransum monogastrik, terlebih bila tidak
ada suplemen AA murni.
 Sumber protein by pass yang cukup baik untuk
ruminansia walaupun jarang digunakan.
 Berasal dari hewan darat maupun air.
I. Asal Ternak dan Limbah Ternak
1. Tepung Daging
 Berasal dari daging yang tidak dikonsumsi
manusia seperti : daging yang melekat pada
tulang dan jeroan.
 Kebanyakan dalam bentuk Meat Bone Meal
(MBM) yaitu tepung daging dan tulang.
 MBM diolah → Meat Scrap → PK 50-55% dengan
Ca dan P tinggi.
 Meat Meal (MM) diolah → Tankage → PK 60%
dengan Vit. B tinggi.
 Pada tankage tidak boleh tercampur kotoran,
kuku dan bulu ternak.
 Sangat pupoler untuk ransum monogastrik dan
ikan.
2. Tepung Darah
 Berasal dari darah ternak yang bersih dan segar.
 Berwarna coklat kehitaman.
 Sulit larut dalam air.
 Untuk pembuatan 1 kg diperlukan 5 kg darah segar.
 PK sekitar 85% dengan kadar air 10%.
 Defisiensi AA isoleucine dan glycine.
 Palatabilitas rendah.
 Pemberian pada ternak monogastrik terbatas.
 Pemakaian harus dihentikan 1 bula sebelum ternak
dipotong agar daging tidak bau.
 Tidak lazim digunakan untuk ransum komersial
unggas.
3. Tepung Hati

 Dibuat dari hati ternak atau ikan yang tidak dikonsumsi


manusia.
 PK berkisar 60-62%.
 Kandungan lemak biasanya tinggi 16-17%.
 Kaya mineral Fe, Mg dan Cu.
 Kaya Vit. B → riboflavin, niacin dan asam panthotenat.
 Umum digunakan pada pakan hewan air terutama
udang, bibit ikan dan ikan hias.
 Sangat jarang digunakan pada pakan unggas karena
harganya cukup mahal.
II. Susu dan Limbah Pengolahannya

1. Susu Skim
 Adalah susu yang telah diambil lemaknya.
 Lemak rendah berkisar 0.1-0.2%.
 Banyak mengandung Vit. B12 dan riboflavin.
 PK cukup tinggi : 34-35% BK.
 Nilai hayati (Biological Value) sangat tinggi
sekitar 94%.
 Banyak digunakan sebagai pengganti air susu
(PAS) pasca collostrum untuk anak ruminansia.
 Sebagai bahan PAS untuk produksi Veal.
2. Butter Milk

 Merupakan sisa pembuatan mentega.


 Lemak lebih tinggi daripada skim 0.6-07%.
 PK cukup tinggi : 32-33%.
 Nilai BV mirip dengan susu skim.
 Banyak digunakan sebagai pengganti air susu
(PAS) pasca collostrum untuk anak
ruminansia.
 Sebagai bahan PAS untuk produksi Veal.
3. Whey

 Sisa Pembuatan Keju.


 PK lebih rendah daripada skim dan butter
karena sebagian terambil dalam keju.
 PK sekitar 12 % sebagian besar dalam bentuk
laktalbumin.
 Lemak sekitar 0.8%.
 Kurang disukai ternak karena rasanya pahit.
 Biasa digunakan dalam ransum ayam sebagai
sumber riboflavin.
III. Limbah Peternakan Ayam
 Biasanya adalah tepung bulu.
 Dibuat dari bulu yang segar dan bersih.
 Rasio bulu : 4-6% bobot tubuh.
 Berpotensi sebagai sumber protein.
 PK sangat tinggi : 80-90%.
 Defesiensi AA : Meth, Lys, His dan Tryp.
 Mengandung keratin, menyebabkab kecernaan
dan utilisasinya rendah.
 Bisa ditingkatkan kualitasnya dengan hidrolisis
menggunakan suhu, tekanan dan enzim.
IV. Tepung Ikan
 Dibuat dari ikan yang tidak dikonsumsi manusia.
 PK bervariasi tergantung cara pembuatan dan jenis
ikan yang menjadi bahan baku.
 PK tepung ikan lokal : 44 – 58%.
 PK tepung ikan impor : 54 - 63%.
 Lemak yang tinggi sering menjadi kendala utama,
terutama pada tepung ikan lokal.
 Kualitas PK sangat baik dengan AA seimbang.
 Kandungan Ca dan P cukup tinggi.
 Negara penghasil utama : Chili dan Peru.
 Merupakan sumber protein utama pakan ayam
komersial pada dekade 80-an dan 90 awal.
Tepung Ikan dan Penyimpanannya
V. Tepung Kepala Udang

 Dibuat dari kepala udang dan kulit yang tidak


dikonsumsi.
 Dengan Rasio 30-40% dari bobot tubuh udang.
 PK berkisar 43-47%.
 Mengandung chitin yang tinggi (20-30%) sehingga
kecernaannya rendah pada unggas dan ruminansia.
 Untuk meningkatkan kecernaanya bisa dilakukan
hidrolisis dengan asam atau basa.
 Merupakan bahan yang wajib dalam ransum udang
dan ikan hias.
 Chitin merupakan bahan pigmen untuk hewan air.
BAHAN MAKANAN TERNAK
INKONVENSIONAL

 Bahan pakan yang berasal dari bahan yang tidak lazim


digunakan.
 Untuk memenuhi kebutuhan pakan murah.
 Banyak digunakan oleh peternak kecil.
 Bila bahan tersebut berkualitas tidak menutup
kemungkinan menjadi sumber pakan utama.
 Contohnya : MBM, SBM dan fishmeal merupakan
pakan inkonvensional pada era 60-an, begitu juga
pollard pada era berikutnya.
Bungkil Jagung

 Merupakan sisa dari industri minyak jagung.


 Kandungan PK naik menjadi 21.89%.
 Kandungan lemak menurun.
 Sebagai sumber energi dan protein bagi ternak
ruminansia dan monogastrik.
 Untuk unggas : 30-40%.
 Untuk Babi : 40-50%.
 Untuk Sapi : 30%.
Biji Kecipir
(Psophocarpus Tetrabonolobus (L.) DC )

 Telah lama digunakan sebagai sumber pangan.


 Diduga berasal dari Papua, Asia Tenggara dan
menyebar ke Afrika.
 Nilai nutrisi mirip dengan kedelai.
 PK bervariasi : 30-39%.
 Lemak bervariasi : 15-20%.
 SK bervariasi : 4-16%.
 Defisiensi AA bersulfur Meth dan Cys.
 Mengandung antinutrisi Antitripsin dan Chimotripsin.
 Bisa mensubtitusi kedelai dalam ransum.
Biji Kapuk (Ceiba Petanra)

 Merupakan hasil sampingan dari serat kapuk.


 Biji kapuk dapat menghasilkan minyak kapuk.
 Bungkil biji kapuk yang dihasilkan dari proses ekstrasi
minyaknya bervariasi antara 40-70%.
 Biasanya digunakan untuk pupuk organik.
 Bila dijadikan bahan pakan dengan penggunaan yang
terbatas karena mengandung antinutrisi.
 Kandungan nutrisi : BK 90.73%, Abu 6.94%, Protein
kasar 31.37%, Lemak kasar 5.83%, Serat kasar
31.81%, Beta-N 32.42%, Ca 0.40% dan P 0.87%.
Bungkil Biji Kapas (Gossypium Irsutum
 Bungkil biji kapas dihasilkan dari proses pembuatan
minyak kapas (sebanyak 47%).
 Kandungan nutrisi dengan kulitnya : BK 80%, Abu
7.20%, PK 25.37%, Lemak 6%, SK 27.25% dan Beta-N
34.13%. Tanpa kulit BK 90%, Abu 7.39%, PK 45.625%,
Lemak 8.80%, SK 8.60%, Beta-N 30.35%, Ca 0.20%
dan P 1.28%.
 PK mempunyai kualitas yang baik tetapi rendah aa.
sistin, methionin dan lisin. Kaya akan thiamin tetapi
miskin akan karotin.
 Bungkil biji kapas mengandung gossipol yang dapat
mempengarusi kuning telur pada proses penyimpanan.
Limbah peternakan/hewan
Isi Rumen
 Kualitas isi rumen tergantung dari makanan ternak
yang dikonsumsinya. Bisa mengandung zat
antinutrisi bila ternak mengkonsumsinya. Isi rumen
dapat pula mengandung mikroba patogen jika proses
pengolahan dengan pemanasan tidak sempurna.
 Isi rumen dipisahkan antar cairan dan padatan
melalui proses pengepresan kemudian dikeringkan
pada baju 100C sampai kadar air 12% dan juga
untuk membunuh bakteri yang patogen.
 Komposisi nutrisi (%BK) : BK 88 %, Abu 11%, PK
17.6%, Lemak 2.1%, SK 28%, Beta-N 41.40%, Ca
0.79% dan P 0.67%. Kendala penggunaan isi rumen
sebagai makanan ternak adalah baunya, sehingga
palatabilitasnya sangat rendah
Limbah Penetasan

 Termasuk limbah penetasan adalah telur


infertil, telur tetas dengan embrio mati dan
anak ayam umur sehari (DOC). Nilai gizinya
hampir sama dengan tepung daging. Tepung
limbah penetasan mengandung protein 10-
16% untuk ternak unggas. Selain sebagai
sumber protein tepung limbah penetasan juga
dapat digunakan sebagai sumber mineral
kalsium dan phosphor.
Tepung Limbah Kodok

 Dibuat dari limbah kodok yang terdiri dari tubuh


kodok tanpa paha belakang dengan konversi
70% dari total kodok. Kodok mentah sudah
sering diberikan pada ternak babi dan bebek
dengan cara dicacah. Untuk unggas perlu
mengalami pengolahan menjadi tepung.
Keuntungan proses penepungan adalah
menghilangkan unsur-unsur yang patogen dan
merugikan unggas. Pemakaiannya dalam
ransum berkisar 10%, lebih dari 10% kurang
palatabel dan bau amis yang menyengat.
Komposisi zat makanan tepung kodok BK 90%,
Abu 18.33%, PK 67.70%, Lemak 10.84%, SK
0.61%, Beta-N 2.18%, Ca 5.14% dan P 2.84%.
Tepung Bekicot

 Tepung bekicot merupakan bahan makanan


ternak sumber protein hewani yang dapat
menggantikan tepung ikan dalam ransum babi,
bebek dan ayam. Mengandung protein 60-
70%%. Kandungan SK-nya hanya 0.08%,
BK 9.19-9.25%, Ca 2%, P 8%, lysine 0.6%,
methionin % dan ME = 3400 kkal/kg.
 Penggunaan tepung bekicot dalam ransum
tidak lebih dari 10% (mentah) dan 15% (rebus)
Keong Mas
 Daging keong mas bisa digunakan sebagai
sumber protein. Komposisi kimianya (%BK) : BK
92.49%, Abu 9.03%, PK 30.68%, Lemak 3.2%,
SK 2.45%, Beta-N 24.32%, Ca 7.5% dan P
0.97%. Kendala penggunaan keong mas adanya
racun pada lendirnya, tetapi tidak terlalu
berbahaya untuk ternak.
 Metode pengolahan yang baik akan
menghilangkan racun tersebut. Penggunaannya
pada ransum maksimal 15 % (rebus).
 Rumah atau cangkangnya bisa digunakan
sebagai sumber mineral, terutama Ca.
Cacing Tanah (Lumbricus sp.)
 Cacing tanah adalah salah satu bahan yang
mempunyai potensi sebagai sumber protein dan
merupakan bahan berasal hewan yang belum
begitu banyak digunakan sebagai bahan
makanan ternak.
 Komposisi kimia (%BK) adalah: BK 92.63%, Abu
8.76%, PK 56.44%, Lemak 7.84%, SK 1.58%,
Beta-N 17.98%, Ca 0.48% dan P 0.87%.
 Kandungan asam amino lisin dan metioninnya
lebih tinggi dibandingkan dengan protein biji-
bijian. Cacing tanah mampu mensubstitusi
sumber protein seperti tepung ikan dan bungkil
kedele. Tepung cacing tanah sebaiknya
digunakan sebesar 10% dalam ransum.
Protein sel tunggal (PST)

 Protein Sel Tunggal berasal dari organisme


bersel satu. Organisme tersebut antara lain:
Yeast (ragi), Bacteria, Fungi (jamur) dan
Algae yang ditubuhkan pada media khusus
yang disiapkan.
 Tipe protein ini dapat diperoleh melalui
fermentasi pada petroleum atau sisa organik
dengan penerangan khusus.
 PST dapat dihasilkan melalui proses:
1. Non photosynthetic misalnya yeast, bacteria
dan fungi
2. Photosynthetic misalnya Algae
 Permasalahn dalam menggunakan PST adalah
sebagai berikut:
 Palabilitas PST rendah sehingga feed intake
berkurang.
 Harus ditingkatkan daya cernanya sehingga dapat
bersaing dengan protein yang bisaa digunakan.
 Banyak diperoleh N protein dalam bentuk asam
nukleat dimana dalam metabolisme akan dihasilkan
asam urat. Akumulasi asam urat dalam ginjal akan
menimbulkan batu ginjal. Sedangkan pada ruminansia
asam urat dan mikroorganisme membentuk allantoin
yang mudah larut dan diekskresikan.
 Toxin yang timbul dapat berasal dari: a. dalam atau
dihasilkan oleh mikroba itu sendiri b. karena adanya
kontaminasi dari luar.
 Protein yang dihasilkan dari PST defisien asam amino
bersulfur dan mungkin juga isoleucine.
PAKAN SUPLEMEN
 PAKAN SUPLEMEN
 Dalam penyusunan ransum, pakan sumber energi dan
serat yang biasanya dihasilkan di farm merupakan
pakan basal. Pakan tersebut biasanya defisien protein
dan kemungkinan defisien satu atau lebih asam amino,
mineral dan vitamin.
 Pakan suplemen merupakan pakan yang dipakai untuk
memperbaiki nilai gizi pakan basal. Biasanya pakan
suplemen merupakan konsentrat:
 Protein, atau satu atau lebih asam amino
 Satu atau lebih asam mineral
 Satu atau lebih vitamin dan
 Campuran mineral, vitamin dan protein
 Suplemen Protein
 Protein suplemen adalah bahan baku yang
mengandung protein lebih dari dua puluh persen
protein atau protein ekuivalen. Bahan ini dapat
diperoleh dari ternak, ikan, tanaman, mikroba, juga
dari nitrogen bukan protein seperti urea, biuret dan
produk amonia.
 Secara umum protein merupakan unsur yang kritis
pada ternak muda, ternak yang tumbuh cepat dan
untuk ternak yang berproduksi tinggi. Ternak tidak
dapat mengembangkan potensi genetik mereka,
tidak dapat menghasilkan produksi susu yang tinggi,
atau tidak dapat menghasilkan tenaga yang
maksimal kecuali apabila ransum mereka
mengandung protein yang cukup
 Suplemen Asam Amino
 Pada ternak muda yang rumennya
belum berfungsi, asam amino
merupakan unsur yang penting. Ternak
yang berproduksi tinggi memerlukan
asam amino yang lebih tinggi dan
mikroba rumen tidak dapat memenuhi
kebutuhan tersebut. Sehingga kualitas
protein ransum lebih penting untuk
ternak yang berproduksi tinggi
dibandingkan dengan kandungan
protein kasar.
 Suplemen Mineral

 Hampir semua mineral ditemukan dalam jaringan ternak dan


mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses metabolisme.
 Metabolisme dan interrelationship diantara mineral sangat
bervariasi dan kompleks. Suatu kelebihan atau kekurangan
mineral tertentu dapat menyebabkan kekurangan atau kelebihan
dari mineral lain.
 Komposisi mineral pakan bervariasi tidak hanya karena perbedaan
tanaman dan spesies tetapi juga antar tanaman yang sama dengan
varietas yang berbeda.
 Kebutuhan mineral pada ternak sangat bervariasi tergantung pada
umur ternak, ukuran ternak, jenis kelamin, tipe produksi dan fase
produksinya.merupakan unsur yang penting.
 Ternak yang berproduksi tinggi memerlukan asam amino yang
lebih tinggi dan mikroba rumen tidak dapat memenuhi kebutuhan
tersebut. Sehingga kualitas protein ransum lebih penting untuk
ternak yang berproduksi tinggi dibandingkan dengan kandungan
protein kasar.
 Klasifikasi Pakan Mineral
 Pakan sumber mineral dibagi ke dalam tiga kategori
dasar yaitu:

 Limbah rumah tangga


 Limbah rumah tangga sangat potensial digunakn
sebagai sumber mineral seperti tulang dan jaringan
sendi yang dihasilkan dari pengolahan daging.
Limbah ini sangat baik digunakan sebagai sumber
Ca, P dan beberapa trace mineral.

 Mineral dari sumber alam


 Pakan ini diperoleh dari alam dan diolah agar aman
sebagai pakan. Contohnya adalah batu phosphat
yang dihilangkan flourinenya, NaCl, KCl, batu dolomit
dan CaCO3.
 Sumber alam sintetis
 Sekarang ini sudah banyak sumber mineral sintetis
yang telah dikembangkan dengan harga yang murah
dan kemurnian yang sangat tinggi. Sehingga
peternak bisa memberi mineral murni untuk tujuan-
tujuan tertentu.
 Perlunya Suplemen Mineral
 Hanya mineral yang diperlukan seyogyanya
disediakan. Kelebihan dan ketidakseimbangan
mineral harus dihindari. Kecuali bahan seperti urea
dan lemak hampir semua pakan dapat menyediakan
beberapa mineral. Meskipun demikian banyak
ransum yang telah disusun masih memerlukan satu
atau beberapa mineral makro/mikro
 Mineral makro.
 Dari beberapa mineral makro yang dibutuhkan
ternak, hanya garam (NaCl), kalsium (Ca),
phosphor (P), secara rutin ditambahkan ke
ransum ternak. Makro mineral lain seperti
magnesium (Mg), dan sulfur (S) kadang-
kadang ransum ternak dalam kasus tertentu.
Magnesium kadang-kadang disediakan pada
daerah dimana tetani masih merupakan
masalah. Sulfur secara rutin ditambahkan ke
dalam ransum yang mengandung urea karena
urea tidak dapat menyediakan sulfur seperti
halnya protein.
 Mineral Mikro atau Terbatas.
 Tujuh mineral mikro berikut yang sering
disuplementasikan ke dalam ransum yaitu:
Cobalt (Co), Tembaga (Cu), Iodium (I), Besi (Fe),
Mangan (Mn), Selenium (Se) dan Seng (Zn).
Meskipun ransum ternak tidak defisiean akan
tujuh mineral di atas, suplemen mineral tersebut
ke dalam ransum tidak berbahaya karena
besarnya batas ambang antara tingkat yang
dibutuhkan dengan tingkat toksisitasnya. Juga
sedikit ekstramikro diperlukan karena adanya
variasi kandungan mineral dalam pakan, variasi
dalam produktivitas ternak, stres dan hubungan
antar nutrien.
 Petunjuk Suplementasi Mineral
 Pertimbangan-pertimbangan dalam penggunaan
suplementasi mineral antara lain:
 Kebutuhan ternak
 Usia, jenis kelamin, berat, dan parameter produksi
harus dipertimbangkan.
 Jenis pakan
 Ternak yang menerima ransum konsentrat tinggi akan
memerlukan suplementasi mineral yang berbeda
daripada ternak yang menerima ransum hijauan tinggi.
 Daerah asal pakan
 Kandungan mineral pakan tergantung pada kandungan
mineral tanah dan faktor genetik tanaman.
 Fasilitas : Jika campuran ditawarkan dengan bebas,
maka diperlukan kontainer.
 Garam (NaCl)
 Garam diperlukan oleh semua kelas ternak, khususnya
ternak herbivora (pemakan hijauan). Rasio kalsium
dan natrium pada hijauan pakan dapat mencapai 17:1,
sehingga garam diperlukan untuk mempersempit rasio
agar tidak terjadi aksi metabolik dari tingginya kalsium.
 Jumlah garam yang dibutuhkan ternak bervariasi
tergantung pada tingkat pertumbuhan, komposisi
ransum, tingkat produksi, dan suhu lingkungan.
Beberapa ternak yang berkeringat lebih banyak dari
yang lainnya dan kebutuhan garamnya berkorelasi
positif dengan makin banyaknya keringat. Ternak yang
banyak terkena panas dan bekerja lebih berat
memerlukan garam yang lebih banyak dibandingkan
dengan ternak yang normal. Ternak ruminansia yang
digembalakan memerlukan garam untuk
menyeimbangkan kalium yang tinggi dan kalsium yang
rendah.
 Pemberian garam dapat disediakan dalam bentuk:

1. Garam blok
2. Garam bisaa (bentuk lepas/butiran)
3. Sebagai bagian campuran mineral (mineral mix)
4. Sebagai komponen dari campuran ransum

 Sumber Garam. Garam yang bisaa digunakan adalah natrium


chlorida (NaCl). Garam ini dapat diperoleh dengan cara penguapan
air laut atau dari pertambangan deposit garam di beberapa tempat
di dunia.

 Tanda-tanda defisiensi dan keracunan. Secara umum ternak yang


defisien garam akan menunjukan gejala seperti : hilangnnya cita
rasa (ternak akan memakan tanah, dinding atau bahan-bahan lain).
Kecepatan pertumbuhan menurun, kemandulan pada ternak jantan,
terlambatnya kematangan seksual pada ternak betina dan produksi
menurun.

Anda mungkin juga menyukai