Anda di halaman 1dari 46

REFERAT

Infeksi pada Lansia


Disusun Oleh:
Ruth Zechariah Wiyono (406148145)
Johan (4061481xx)

Pembimbing:
dr. Suryani
Kepaniteraan Klinik Ilmu Gerontologi Medik
Panti Werdha Kristen Hana
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Desember 2016 – 07 Januari 2017
Ciputat
Pendahuluan
 Dengan meningkatnya umur harapan hidup, jumlah
kelompok usia lanjut akan makin banyak, penyakit
infeksi juga makin meningkat
 Hal ini antara lain disebabkan karena pada usia lanjut
pertahanan terhadap infeksi terganggu atau menurun
 Infeksi  penyebab kematian yang paling sering pada
manusia
 Insidennya menurun setelah ditemukan antibiotik dan
meningkatnya teknik pencegahan penyakit
 Meskipun demikian, prevalensi infeksi sebagai penyebab
morbiditas dam mortalitas tetap tinggi pada populasi lanjut
usia
 Infeksi pada usia lanjut merupakan penyebab morbiditas
dan mortalitas nomor 2 setelah penyakit kardiovaskuler. Hal
ini terjadi akibat beberapa hal antara lain :
 Adanya penyakit komorbid kronik yang cukup banyak.
 Menurunnya daya tahan/imunitas terhadap infeksi.
 Menurunnya daya komunikasi usila sehingga sulit/jarang
mengeluh.
 Sulit mengenali tanda infeksi secara dini.
 Oleh karena banyaknya faktor penyebab infeksi pada lansia
& angka mortalitas yang tinggi  perlu tindakan cepat
dalam menangani infeksi pada lansia berupa deteksi dini
tanda-tanda infeksi yang terkadang samar-samar terlihat
dan memulai terapi empirik infeksi tersebut sambil
menunggu pemeriksaan penunjang untuk menentukan
penatalaksanaan selanjutnya.
DEFINISI
 Infeksi  terjadi keberadaan mikro-organisme di dalam
jaringan tubuh penderita dan mengalami replikasi.
 Infeksi  proses interaksi antara kuman (agent),
pejamu (host), dan lingkungan (environment).
FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor
Faktor Intrinsik Faktor Kuman
Lingkungan
(HOST) (AGENT)
(ENVIRONMENT)

• Kulit  Selulitis & • Faktor kuman yang • Apakah terdapat


Infeksi pada dekubitus masuk & bereplikasi infeksi di
• Saluran napas  • Virulensi kuman masyarakat, RS, atau
Pneumonia
Panti Werda
• GIT  Gastroenteritis
• Saluran kemih  ISK
• Penurunan imunitas
• Penyakit kronis
• Komorbid lain
MANIFESTASI KLINIS
 Demam
 Gejala tidak khas
 Gejala akibat penyakit penyerta
Berbagai Infeksi pada Usia Lanjut
Jenis Infeksi Catatan

Pneumonia Infeksi lansia dengan angka mortalitas tertinggi


(the old men’s friend)
Infeksi saluran kemih Penyebab sepsis terbesar pada lansia

Infeksi intra abdominal Gangren apendiks dan vesika felea terbanyak pada lansia,
divertikulitis terutama pada lansia
Infeksi jaringan lunak Dekubitus dan luka pasca operasi tersering terjadi pada lansia

Sepsis/bakteremia Mengakibatkan 60% kematian

Endokarditis infektif Prevalensi meningkat pada lansia

Tuberkulosis Meningkat mencolok pada lansia, termasuk yang berada di


panti werdha
Artritis septika Adanya penyakit sendi yang mendahului menyebabkan
peningkatan resiko pada lansia
Tetanus 60% kasus tetanus tetanus terjadi pada lansia

Herpes zoster Post herpetic neuralgia sering timbul pertama pada usia lanjut
Kuman penyebab infeksi
Jenis penyakit Kuman penyebab pada usia Kuman penyebab pada
muda lansia
Pneumonia di masyarakat Str. Pneumonia Str.pneumonia, H. Influenza,
staf. Aureus, batang gram(-)
ISK E.Coli E.coli, proteus sp, klabsiela
sp, batang gram(-)
Meningitis Virus, Str. Pneumonia Batang gram(-)

Endokarditis infeksiosa Str. Viridans Enterokokus, str.pneumonia,


str.viridans
Sepsis Gram negatif, str. aureus Gram(-), Msubkutis,
str.aureus, streptokoki
INFEKSI SALURAN KEMIH
DEFINISI
 Infeksi Saluran Kemih (ISK)  adanya invasi
mikroorganisme pada saluran kemih
 ISK  infeksi akibat terbentuknya koloni kuman di
saluran kemih. Kuman mencapai saluran kemih melalui
cara hematogen dan ascending.
 Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring
dengan meningkatnya usia
 Pada usia 40-60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2%,
sedangkan pada usia ≥65 tahun kira-kira mempunyai angka
prevalensi ISK sebesar 20 %.
 Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki
maupun wanita dari semua umur, baik anak-anak,
remaja, dewasa maupun lanjut usia.
 Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih
sering dari pria dengan angka populasi umum, kurang lebih
5-15%.
 Penyebab utama prevalensi ISK yang tinggi pada usia
lanjut antara lain disebabkan karena:
 Sisa urin dalam kandung kemih meningkat akibat
pengosongan kandung kemih kurang efektif
 Mobilitas menurun
 Pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik
 Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
 Adanya hambatan pada aliran urin
 Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat (laki-laki)
ETIOLOGI
 Bermacam-macam mikroorganisme dapat
menyebabkan ISK
 Mikroorganisme yang paling sering adalah bakteri
aerob
 Penyebab terbanyak adalah Gram-negatif termasuk bakteri
yang biasanya menghuni usus yang kemudian naik ke sistem
saluran kemih
 Dari Gram-negatif ternyata E.Coli menduduki tempat teratas, yang
kemudian diikuti oleh Proteus, Klebsiela, Enterobacter, dan
Pseudomonas
 Virus juga sering ditemukan pada urin tanpa ada gejala ISK
akut
 Adenovirus tipe 11 dan 12 diduga sebagai penyebab sistitis
hemoragik
 Jamur yang paling sering ialah Candida albicans dan Candida
tropicalis
 Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara
hematogen
Manifestasi Klinis
 Gejala klinis ISK tidak khas dan bahkan pada sebagian
pasien tanpa gejala
 Gejala yang sering ditemukan ialah
 Disuria
 Polakisuria  kandung kemih tdk dpt menampung urin >500
ml karena mukosa yang meradang sehingga sering kencing
 Terdesak kencing yang biasanya terjadi bersamaan
 Nyeri suprapubik dan daerah pelvis
 Stranguria, tenesmus, nokturia, enuresis nokturnal
sekunder, prostatismus, nyeri uretra, kolik ureter dan ginjal
juga sering ditemukan
 Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih
yang terinfeksi sebagai berikut
 ISK bagian bawah  rasa sakit atau rasa panas di uretra
sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa
tidak enak di daerah suprapubik
 ISK bagian atas  gejala sakit kepala, malaise, mual, muntah,
demam, menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri di pinggang
PNEUMONIA
 Pneunomia  peradangan alat parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli, yang disebabkan oleh
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, protozoa)
 Penyebab tersering pneumonia bakterialis  bakteri
gram positif
 Streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia
streptokokus
 Staphylococcus aureus dan streptococcus aeruginosa
 Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya
influenza.
 Pneumonia lobaris  peradangan jaringan yang akut &
berat yang disebabkan oleh Pneumococcus.
 Nama ini menunjukkan bahwa hanya satu lobus paru
yang terkena.
 Ada bermacam-macam pneumonia yang disebabkan
oleh bakteri lain, misalnya: bronkopneumonia yang
disebabkan oleh Haemophylus influenzae dan
Pneumococcus.
 Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis
pneumonia
 Gejala-gejala meliputi:
 Gejala Mayor:
 1.batuk
 2.sputum produktif
 3.demam (suhu>37,80c)
 Gejala Minor :
 1. sesak napas
 2. nyeri dada
 3. konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
 4. jumlah leukosit >12.000/L
Manifestasi Klinis
 Gambaran klinis biasanya didahului oleh:
 Infeksi saluran napas akut bagian atas selama beberapa hari
 Demam
 Menggigil
 Suhu tubuh kadang-kadang >40º C
 Sakit tenggorokan
 Nyeri otot dan sendi
 Batuk dengan sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang
berdarah.
Pemeriksaan Fisik
 Pada pemeriksaan fisik dada :
 I: terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernafas
 P : palpasi fremitus dapat mengeras
 P : perkusi redup
 A: auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai
bronchial yang kadang-kadang melemah.
 Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi basah
kasar pada stadium resolusi.

 Pneumonia pada usia lanjut seringkali memberikan gejala


yang tidak khas
 Selain batuk dan demam pasien tidak jarang datang dengan
keluhan gangguan kesadaran (delirium), tidak mau makan,
jatuh, dan inkontinensia akut.
DIARE AKUT PADA LANSIA
DEFINSI
 Diare  Buang Air Besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air
tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200
ml/24 jam.
 Definisi lain memakai kriteria frekuensi  buang air besar
encer lebih dari 3 kali per hari
 Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir
dan darah

 Diare akut  pasase tinja yang cair/ lembek dengan jumlah


lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 15 hari
 Diare kronik  diare yang berlangsung lebih dari 15 hari
PATOFISIOLOGI
 Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih
patofisiologi/patomekanisme sbb:
 Osmolaritas intaluminal yang meninggi, disebut diare osmotic.
 Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotic intralumen dari usus
halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (a.l. MgSO4,
Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus misalnya
pada defesiensi disararidase, malabsorpsi glukosa/galaktosa.

 Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik.
 Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dalam
usus, dan menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan
tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari
tipe ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau
Escherichia coli, penyakit yang menghasilkan hormon (VIPoma), reseksi ileum
(gangguan absorpsi garam empedu), dan efek obat laksatif (dioctyl sodium
sulfosuksinat, dll).
 Motilitas dan waktu transit usus abnormal
 Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas
usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus.
Penyebab gangguan motilitas antara lain: diabetes melitus, pasca
vagotomi, hipertiroid.

 Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik.


 Diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena
proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mucus yang berlebihan
dan eksudasi air dan elektrolit kedalam lumen, gangguan absorpsi
air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi
(disentri Shigella) atau non infeksi (colitis ulseratif dan penyakit
Crohn).
 Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.
 Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Yang
berperan pada terjadinya diare akut karena infeksi yaitu faktor
pejamu (host) dan faktor kausal (agent). Faktor pejamu adalah
kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap
organisme yang dapat menimbulkan diare akut. Terdiri dari faktor-
faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna, antara
lain: keasaman lambung, motilitas usus imunitas, dan juga
lingkungan mikroflora usus.
 Faktor kausal yaitu daya penetrasi yang dapat merusak
sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang
mempengaruhi sekresi cairan usus halus, serta daya
lekat kuman. Dari sudut kelainan usus, diare oleh
bakteri/parasit dibagi atas:
 Non-invasif (tidak merusak mukosa)
 Invasif (merusak mukosa)
INFEKSI TRAKTUR RESPIRSTORIUS
 Gejala klasik dari influenza;
 Onset cepat demam
 Sefalgia
 Mialgia
 Yang disertai faringitis, batuk nonproduktif, kongesti nasal.
 Selain itu karakteristik gejala dari influenza  nyeri retro-
orbita. Komplikasi tersering dari influenza pada lansia yaitu
pneumonia dan eksaserbasi yang mendasari penyakit paru
kronik.
 Kultur virus dari sediaan swab tenggorok sangat
berguna untuk menegakkan diagnosis karena
penyebab influenza cenderung sukar dibedakan dari
gejala-gejala yang terlihat karena cenderung mirip.
DIAGNOSIS
 Demam  gejala utama dari infeksi seringkali tidak mencolok atau
bahkan sama sekali tidak terjadi pada lansia
 Selain disebabkan menurunnya metabolisme basal pada lansia sehingga
menurunkan suhu basal , menurunnya respon berbagai sitokin pro-
inflamasi seperti IL-1, IL-6, TNFα terhadap berbagai pirogen juga
berpengaruh
 Ketiadaan demam selain menyulitkan diagnosis, juga menunjukkan
prognosis yang jelek, karena demam itu sendiri menunjukkan adanya
kemampuan tubuh dalam melawan infeksi.
 Norman dan yoshikawa mengusulkan kriteria baru untuk suhu pada usia
lanjut sebagai berikut :
 Peningkatan suhu tubuh ≥2˚F yang menetap dari suhu normal
 Temperatur oral ≥37,2˚C setelah pengukuran berulang
 Temperatur rektal ≥37,5˚C pada pengukuran berulang
DIAGNOSIS
 Anamnesis lengkap baik auto maupun allo-anamnesa
 Pemeriksaan fisik lengkap
 Penunjang diagnosis standar yang harus dilakukan untuk
mendeteksi adanya infeksi antara lain: darah rutin, urinalisa,
feses, foto torak, dan bila terjadi di daerah endemik suatu
penyakit maka makan lakukan pemeriksaan terhadap jenis
penyakit tersebut misalnya malaria, tifoid, hepatitis, dan
lain-lain.
DIAGNOSIS
 Cari faktor penyakit ko-morbid atau penurunan fungsi organ
seperti gula darah, protein darah, ureum, kreatinin,
elektrolit, analisa gas darah bila terdapat sesak napas, EKG
dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan
 Bila ternyata ada sumber infeksi maka lakukan kultur darah,
urin,pus, sekret, sputum sesuai dengan lokasi infeksi untuk
mencari mikro-organisme penyebab infeksi. Begitu
diagnosis infeksi dibuat, terapi harus segera dimulai
TATALAKSANA
 Terapi infeksi selalu memerlukan anti mikroba yang
sesuai dengan penyebab infeksi
 Namun pada infeksi virus banyak terdapat virus yang
tidak memiliki anti virus, sehingga penatalaksanaannya
lebih mengutamakan peningkatan daya tahan tubuh
untuk mengeliminasi virus tersebut
 Beberapa infeksi virus seperti influenza, pneumonia,
hepatitis, meningitis, enterovirus dapat dilakukan
pencegahan dengan melakukan vaksinasi.
 Yang termasuk dalam usia lanjut dengan risiko tinggi menurut The
National Health and Medical Research Council (NHMRC) Amerika Serikat
adalah sebagai berikut:
 Seluruh induvidu dengan umur >65 tahun
 Individu dengan asplenia baik fungsional maupun anatomi, termasuk
penyakit sickle-cell
 Pasien immunocopromised seperti: HIV(+) sebelum muncul AIDS,
nefrosis akut, multiple mieloma, limfoma, pemyakit Hodgkin dan
pasien dengan transplantasi organ.
 Pasien dengan immunocompetent, tetapi menderita penyakit kronik
seperti: penyakit jantung kronik, penyakit ginjal kronik, diabetes
mellitus, penyakit paru kronik, pecandu alkohol
 Orang aborigin dan Torrest Strait Islander dengan umur >50 tahun
 Pasien dengan kelemahan CSF.
Penampilan penyakit dan evaluasi infeksi pada
lanjut usia

Tampilan masalah non 1. Riwayat penyakit


spesifik 2. Temuan Pengkajian Lab awal
(jatuh, kehilangan pemeriksaan fisik dan radiografi
nafsu makan, dll) 3. Pengkajian lab dasar

Terapi organisme
Diagnosis spesifik
spesifik
Farmakokinetik Antibiotika Pada Usia Lanjut
Antibiotika Rute primer Interaksi obat
Pembuangan
β-Laktam (penisilin, Beberapa sefalosporin
sefalosporin, karbapenem, Ginjal (sefoperazon, sefotetan)
monobaktam) Warfarin
Makrolid (eritromisin, Digoksin, warfarin,
klaritromisin, roksitromisin, Hati terfenadin, teofilin
azitromisin)
Tetrasiklin Hati Digoksin, antasid, besi

Fluoroquinolon
(ciprofloksasin, ofloksasin, Ginjal Teofilin, antasid, besi
levofloksasin, dll)
Digoxin, procalnamide,
Trimetoprim-sulfametoksasol Ginjal/hati phenytoin, warfarin, obat
hipoglikemik oral
Vancomycin Ginjal Sedikit interaksi

Rifampisin (rifampin,
rifabutin) Lain-lain Hati beberapa

Clindamycin Hati -

Azole anti jamur


(ketoconazole, itrakonazol, Hati Beberapa H2 bloker/antasid
KESIMPULAN
 Penyakit infeksi pada usia lanjut perlu diwaspadai pada setiap adanya
perubahan mendadak dari tingkat kesadaran, kebiasaan, maupun
keadaan fisiknya. Setiap perubahan akut yang cenderung menurun
harus dipikirkan adanya penyakit infeksi dan perlu dinilai secara teliti
sampai diagnosis infeksi dapat disingkirkan. Bila terlambat akan
mempertinggi angka kematian pada usia lanjut.
 Panas yang merupakan tanda kardinal penyakit infeksi, kadang tidak
ditemukan pada usia lanjut(20-35% kasus tanpa demam).
 Penatalaksanaan infeksi pada usia lanjut selain antibiotika yang sesuai,
juga memerlukan terapi adekuat untuk penyakit ko-morbid yang diderita
pasien usia lanjut. Terapi perawatan kompleks dan terapi suportif seperti
nutrisi, cairan dan elektrolit, oksigen, dan lain-lain
DAFTAR PUSTAKA
 Braunwald E, et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th
Ed. McGraw Hill: USA; 2006.
 Darmojo R, Boedhi, H, Hadi M. Buku Ajar Geriatri. Balai Penerbit
FKUI: Jakarta; 1999.
 Syarif, et al. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta; 1995.
 Suyono S. Geriatri. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.
Edisi kelima. Balai Penerbit FKUI: Jakarta; 2009.
 Lonergan E, et.al. Geriatrics: A Lange Clinical Manual. International
Ed. Prentice Hall International Inc: USA; 2011.

Anda mungkin juga menyukai