Aspek Hukum Pemb. Syariah-7
Aspek Hukum Pemb. Syariah-7
FEB-UKK-2015
PERJANJIAN PEMBIAYAAN
Perjanjian dalam pembiayaan syariah tidaklah berbeda
dengan perjanjian dalam kredit pada bank konvensional,
karena sumber dari perjanjian tetap mengacu kepada Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang terdapat pada Buku
III tentang Perikatan Pada Umumnya. Perikatan menurut
pasal 1233 KUH Perdata lahir karena suatu perjanjian atau
karena undang-undang
Yang terpenting ialah perikatan yang timbul dari
perjanjian (hukum perjanjian). Oleh karena para pihak
mempunyai kebebasan untuk mengadakan segala jenis
perikatan, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-
undang, kesusilaan atau ketertiban umum (Pasal 1338 KUH
Perdata ayat 1, jo Pasal 1337 KUH Perdata)
PERIKATAN PEMBIAYAAN
Walaupun perikatan dan perjanjian mempunyai ciri-ciri yang sama, namun
ada perbedaannya :
Perikatan adalah suatu pengertian yang abstrak
Didefinisikan sebagai hubungan yang terjadi di antara dua orang atau lebih,
yang terletak dalam harta kekayaan, dengan pihak yang satu memiliki hak
atas prestasi dari pihak yang lain dan pihak yang lain dimaksud
berkewajiban memenuhi prestasinya. Dalam bahasa Belanda perjanjian
lazim disebut verbintenissenrecht.
Sedangkan Perjanjian adalah suatu hal yang kongkrit.
Kita tidak dapat melihat suatu perikatan, hanya dengan membayangkannya
dalam alam pikiran kita. Tetapi kita dapat melihat atau membaca suatu
perjanjian ataupun mendengarkan perkataan-perkataannya.
Dalam suatu proses pemberian pembiayaan maka hal yang terpenting
adalah dibuatnya suatu perjanjian pembiayaan, atau yang dalam
Perbankan Syariah biasa disebut dengan Akad Pembiayaan.
PERJANIJIAN PEMBIAYAAN
Perjanjian dikatakan sah apabila memenuhi syarat Subyektif
yaitu syarat yang berkaitan dengan subyeknya :
1. Adanya kata sepakat antara para pihak
2. Para pihak masuk katagori cakap hukum