AH2 dpt mjd tambahan AH1 pd kasus yg sulit disembuhkan -> urtika
ria idiopathik kronis, angioedema & pruritus
histamin
• Amine dengan berat rendah molekuler yang bera
sal dari L-histidine yang diproduksi di seluruh tub
uh.
• Melalui 4 reseptor :
Reseptor H1
Reseptor H2
Reseptor H3
Reseptor H4
Mekanisme kerja ah-1
Kotak 229-1 FARMAKOLOGI DASAR DARI ANTIHISTAMIN
•Baik H1 dan H2 adalah agonis terbalik yang reversibel mengikat dan menstabilkan
bentuk tidak aktif dari reseptor histamin,sehingga mendukung keadaan tidak aktif.
•Generasi pertama H1 adalah relatif lipofilik, yang meningkatkan sawar darah otak
dan menyebabkan sedasi.
•Generasi kedua, non sedasi H1 selektif mengikat ke reseptor H1 perifer dan memiliki
efek sistem saraf pusat sedikit.
•H1 dapat berinteraksi dengan obat lain yang dimetabolisme oleh sistem hepatik
sitokrom P450.
•Uji double blind, placebo terkontrol menunjukkan tidak ada bukti perkembangan
toleransi atau takipilaksis dalam penekanan tes kulit reaktivitas oleh H1.
•Penekanan dari reaktivitas tes kulit dapat diamati hingga 7 hari setelah
penghentian secara teratur digunakan sedatif antihistamin H1.
Generasi pertama antihistamin dibagi ke dala
m 6 kelompok berdasarkan struktur kimia:
(1) etilenediamin,
(2) ethanolamin,
(3) alkilamin,
(4) fenotiazin,
(5) piperazin,
(6) piperidin
Generasi pertama H1
PUSTAKA KASUS
seiring dengan waktu lesi bisa menjadi Erosi multipel Makula eritema da
bula, mengalami deskuamasi atau menj n violaceous multipel, batas tegas
adi krusta. bentuk bulat sampai oval
Bula multipel, bentuk bulat sampa
Lesi awal biasanya soliter i oval,berisi cairan serus dan dind
ing kendor.
Lesi pada FDE jika menyembuh akan
gatal (+)
meninggalkan bercak hiperpigmentasi p
ost inflamasi lesi di bibir (-)
Lesi di genitalia (-)
Gejala lokal FDE meliputi rasa gatal da Panas badan (-), pembesaran KG
n rasa terbakar, B(-)
PADA KASUS
Uji provokasi oral Mencetuskan tanda dan gejala klinis yang lebih ringa
n dengan pemberian obat dosis kecil biasanya 1/10 dari obat penyebab
DIAGNOSIS BANDING
-penyakit episodik pada kulit yang melib Lesi makula oval atau bulat, berwarna m
atkan membran mukus. erah atau keunguan, berbatas tegas,
-Penyakit ini ditandai dengan erupsi plei Lesi bisa menjadi bula, mengalami deskua
morfik, makula eritematosa, papul, ve masi atau menjadi krusta.
sikel Lesi awal biasanya soliter
- lesi target dimana bula berada diatas l Gejala lokal FDE meliputi rasa gatal dan ra
esi makulopapula yang eritema sa terbakar,
- Lesi cenderung simetris, dengan predil Jarang dijumpai gejala sistemik
eksi pada ekstrimitas terutama pada tan tidak dijumpai adanya pembesaran KGB re
gan. gional
HISTOPATOLOGI
PUSTAKA KASUS
PUSTAKA KASUS
PUSTAKA KASUS
Persamaan
Klinis
Histopatologi
Faktor risiko EPIDERMAL NEC
Obat penyebab ROLYSIS
Mekanisme
Perbedaan
Luas permukaan tub
uh yang terkena
EPIDEMIOLOGI
SSJ : 1 dari 6 kasus/juta orang-tahun
TEN : 0.4-1.2 kasus/juta orang-tahun
Semua usia
Wanita >
Risiko lebih besar : HIV, penyakit vaskuler kolagen, kanker
ETIOLOGI
Risiko tinggi, rendah, diragukan, tidak berisiko
OBAT 8 minggu pertama terapi
>> anak-anak
AGEN INF
Infeksi Mycoplasma pneumoniae, penyakit virus, i
EKSI munisasi
Kerentanan genetik
Area permukaan tubuh < 10% Area permukaan tubuh > 10%
Bangsal medis um
um
Lesi mukokutaneu
Gejala non spesifik
s
1/3 1/3
1/3
Dimulai de Dimulai den
Dimulai de
ngan gejal gan keterlib
ngan eksan
a non spesi atan mukos
tema
fik a
LESI KULIT
Wajah, trunkus bagian atas, dan bagian proksimal ekstremitas simetris (e
Lokasi
ktremitas distal, tungkai : umumnya tidak terkena)
Distribusi dapat meluas ke seluruh tubuh dalam beberapa jam-hari
Saluran gastrointestinal
Lebih jarang
Nekrosis epitel esofagus, usus halus, atau usus besar – perforasi usus
Manifestasi : diare profus disertai malabsorbsi, melena
Ginjal
Pernah dilaporkan
Proteinuria, mikroalbuminuria, hematuria, dan azotemia
LABORATORIUM
Tidak terdapat pemeriksaan lab yang dapat menunjang diagnosis EN
Pemeriksaan lab : untuk evaluasi keparahan
Komplikasi of
Stres pasca Hipo dan/atau hi
talmologi lam
trauma perpigmentasi
bat
Setelah melewati EN
pemeriksaan klinis lanjutan beberapa minggu setelah keluar rumah sakit d
an pada 1 tahun kemudian
PROGNOSIS DAN PERJALANAN KLINIS
Pelepasan epidermis berkemb
ang selama 5-7 hari
Prognosis
Tidak dipengaruhi tipe atau dosis obat penyebab, HIV
Prognosis berdasarkan SCORTEN
TERAPI
Perawatan suportif
Pemeliharaan keseimbangan hemodinamik
Pencegahan komplikasi yang mengancam nyawa
Penggantian cairan sesegera mungkin dan disesuaikan setiap hari
Suhu lingkungan
Penggunaan tempat tidur air-fluidized
Tunjangan nutrisi dini melalui nasigastric tube
Kultur bakteri dan jamur dari spesimen kulit, darah dan urine
Antibiotik jika dicurigai terjadi infeksi secara klnis
Debridemen epidermis nekrotik secara luas dan agresif : tdk direkomendasikan
Perawatan mata : Emolien, tetes mata antibiotik atau antiseptik, vit A, pelepasan sinekia
Perawatan mulut : dibasuh dengan cairan antiseptik atau anti jamur
TERAPI SPESIFIK PADA STADIUM AKUT
Masih kontroversi
Mencegah perluasan penyakit jika diberikan selama fase awal
KORTIKOSTEROID Tidak menghentikan progresi penyakit, ∞ peningkatan mortalitas d
an efek samping
Berdasar hipotesis bahwa kematian sel yang dimediasi oleh Fas dap
IMUNOGLOBULIN at menghambat aktivitas anti-Fas yang terdapat pada kumpulan kom
INTRAVENA ersial Ig manusia normal
Bukan standar perawatan
Agen imunosupresif
SIKLOSPORIN A Aktivasi sitokin Th2, hambatan mekanisme sitotoksik CD8+, dan efe
k anti apoptotik Fas-L, nuclear factor-κβ, dan TNF-α